bc

Suamiku Calon Ayah Tiriku

book_age18+
9
FOLLOW
1K
READ
comedy
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

Malam ini adalah keputusan yang sangat berat bagi Anita dan Devan. Karena hubungan yang telah mereka jalin bertahun-tahun dan tidak lama akan diresmikan harus tertunda beberapa bulan ke depan. Demi karirnya dalam dunia entertainment, impian yang telah idamkan selama ini, dengan terpaksa ia harus mengorbankan perasaan cintanya pada Devan. Meskipun Devan terpaut usia dua tahun lebih muda dari Anita. Tetapi Devan sangat mencintainya, wanita dewasa berusia 36 tahun itu.

chap-preview
Free preview
Keputusan terberat
*** Malam ini adalah keputusan yang sangat berat bagi Anita dan Devan. Karena hubungan yang telah mereka jalin bertahun-tahun dan tidak lama akan diresmikan harus tertunda beberapa bulan ke depan. Demi karirnya dalam dunia entertainment, impian yang telah idamkan selama ini, dengan terpaksa ia harus mengorbankan perasaan cintanya pada Devan. Meskipun Devan terpaut usia dua tahun lebih muda dari Anita. Tetapi Devan sangat mencintainya, wanita dewasa berusia 36 tahun itu. "Anita, kenapa kamu tega menunda pernikahan kita? padahal sudah bertahun-tahun aku menunggu moment ini." ucap Devan dengan lirih, ia tak bisa membendung rasa kecewanya. "Maafkan aku, Mas. Ini impianku.. kamu tahu sendiri, aku sudah mengidamkan pekerjaan ini sejak lama. Dan inilah saatnya, mas!" ungkap Anita, berusaha menjelaskan semua keinginannya pada Devan. Devan berjalan pelan menghampiri Anita, lalu meraih tangan Anita. Tatapan Devan penuh harap pada Anita. Devan menggenggam erat tangan Anita. "Please..! Aku mohon. Tunda saja pekerjaanmu itu sampai kita selesai menikah, Anita" "Tidak mas! Aku tidak bisa! Aku tetap pada pendirianku dan aku tetap akan pergi ke Aussie pekan depan." Anita melepas genggaman tangan Devan, kemudian memutar tubuhnya membelakangi Devam. Anita berusaha menutupi kesedihannya. Dengan cepat ia mengusap air matanya. "Lagian ini hanya delapan bulan, setelah itu aku akan kembali, barulah kita menikah," lanjut Anita. "Hah.. delapan bulan?! itu waktu yang cukup lama, aku tidak bisa menunggu lama lagi." ucap Devan gusar. "Kalau begitu kamu cari wanita lain saja, Mas!" "Apa kamu sudah gila, Anita?! tidak semudah itu aku mencari wanita lain. Dan sampai kapanpun aku hanya ingin menikah denganmu," ucap Devan mulai terpancing emosi. Devan meraih punggung Anita, lalu menariknya, sehingga tatapan mereka semakin lekat.Anita hanya terdiam, ia mencoba memalingkan wajahnya dari Devan. "Mommy!" Panggilan lembut seorang gadis kecil membuat kedua pasangan dewasa itu tersadar. Devan melepas pelukannya pada Anita. "Amara!" Anita bergegas pergi dari hadapan Devan kemudian menghampiri Amara, anak gadis semata wayangnya itu. "Mommy sama om Devan lagi ngapain?" "Maafin mommy, tadi mommy lagi latihan akting sama om Devan. Amara kenapa belum tidur?" tanya Anita berusaha mengalihkan ingatan Amara soal ia berpelukan dengan Devan tadi. "Amara gak bisa tidur, Mommy. Amara pengen tidur sama mommy malam ini." Anita tersenyum kecil menatap wajah polos gadis kecil itu, sesekali ia mengusap kepala Amara. "Kalau begitu Amara duluan ke kamar Mommy gih.. nanti Mommy menyusul, soalnya mommy mau selesaikan urusan dulu dengan om Devan. Gak papa kan sayang?" "Baiklah Mommy, Amara tunggu di kamar ya," Amara tersenyum gembira, ia melepas pelukannya pada mommynya itu kemudian pergi. Setelah Amara kembali ke kamar, Anita menoleh kearah Devan yang tengah duduk santai disofa, menikmati sejuknya udara malam di balkon rumah Anita. "Mas, sebaiknya kamu pulang dulu. Masalah itu nanti kita bicarakan besok." pinta Anita, lalu duduk tepat di samping Devan. "Tidak! Aku tidak akan pergi! Malam ini kita harus selesaikan masalah ini, Anita," ucap Devan menolak permintaan Anita untuk pergi "Apa keputusanmu sudah bulat pergi ke Aussie, Anita?" Devan melayangkan pertanyaan yang ke sekian kalinya pada Anita. Anita memijat dahinya yang mulai pusing, beberapa kali ia menghembuskan napasnya. Anita bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Devan. "Iya, aku tetap akan pergi ke Aussie, Mas!" Jawab Anita mulai emosi. Devan tertunduk lesu mendengar keputusan Anita. Meskipun sakit tapi Devan mencoba tegar dan menerima keputusan Anita. "Baiklah kalau itu keputusanmu, Anita. Pergilah! Aku tidak akan mencegahmu." Anita tersenyum, ia meraihh tangan Devan lalu menggenggam dengan erat. "Makasih mas, aku senang kamu bisa menerima keputusanku. Aku janji setelah pekerjaan ini selesai, kita langsung menikah." "Iya, demi cintaku padamu, aku akan coba bersabar menunggumu, sayang," ucap Devan akhirnya. Raut wajah Anita yang semula terlihat letih, berubah jadi semangat. "Terima kasih, Mas.. Oh iya Mas, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Devan mengernyitkan dahinya setelah mendengar ucapan Anita dan membuatnya penasaran. "Apa itu?" tanya Devan. "Bisakah aku menitipkan Amara padamu, Mas? Selama delapan bulan aku di Aussie." Meskipun ragu, Anita akhirnya nekat mengutarakan permintaannya pada Devan. Devan menarik napas panjang, ia tak mengerti kenapa harus dia yang Anita percayakan menitip Amara. "Ta-pi kenapa harus aku? Kenapa tidak titipkan pada keluarga saja?" "Mas, kamu tahu sendiri 'kan kalau keluargaku tidak ada yang menyukai, Amara. Makanya aku titipkan Amara padamu. Karena cuma Mas yang bisa aku percaya," ujar Anita. Devan menarik nafas panjang, karena ini adalah hal berat, namun disisi lain Devan tak bisa menolak permintaan Anita. "Nanti aku pikir-pikir dulu, sayang. Besok aku kabari kamu lagi, untuk bahas soal ini," Ucap Devan beranjak dari duduknya. Devan bergegas mengambil kunci mobilnya seraya memakai jaket Levis miliknya. "Aku pulang dulu ya sayang!" Pamitnya kemudian mengecup kening Anita, lalu pergi meninggalkan Anita. Anita hanya mengangguk, ia berdiri mengikuti Devan sampai ke pintu rumah. "Hati-hati dijalan sayang." Anita melambaikan tangannya ke arah Devan yang sudah berada di dalam mobil. Perlahan pria itu melaju dengan mobilnya, keluar dari pintu gerbang rumah Anita. Setelah Devan pergi, Anita menarik napas panjang merasa lega. Kemudian ia kembali masuk ke dalam rumahnya. *** Ceklek Amara terperanjat saat mendengar pintu kamar terbuka. Amara menutup ponselnya lalu menatap ke arah ibunya yang sedang menghampirinya. "Kok belum tidur?" tanya Anita setelah berada di samping Amara. "Dari tadi Amara nungguin mommy. Lama sekali!" Ucap gadis itu merasa kesal. Anita hanya tersenyum lalu memeluk Amara. "Maafin mommy, nak! Tadi mommy lagi bicara penting sama om Devan." Amara mendongak menatap wajah Anita "Memangnya mommy bicara apa sama om Devan sampai selama itu?" Tanya Amara dengan wajah polosnya. Sejenak Anita terdiam mendengar pertanyaan Amara. Ia baru teringat kalau pekan depan ia akan ke Aussie. Sementara Amara belum mengetahui keberangkatannya ini. "Hey Mommy! Kok bengong?" Amara mencubit kecil hidung mancung wanita yang berada di hadapannya itu, membuat Anita tersadar. Anita tersenyum lalu melepas pelukannya pada Amara. Kini posisi mereka sejajar seraya bersandar di kepala ranjang. "Amara, sebenarnya ada yang ingin mommy bicarakan padamu." "Apa itu mommy?" Tanya Amara seraya mengerutkan keningnya. "Tapi janji kamu tidak akan marah pada Mommy?" tanya Anita penuh cemas. "Iya janji," Amara menggelengkan kepalanya seraya mengangkat tangan dengan dua jarinya, sebagai tanda setuju. Anita menarik napas dalam, lalu menjelaskan semuanya pada Amara. "Minggu depan mommy mau berangkat ke Aussie untuk melakukan syuting, mungkin agak lama, sekitar tiga bulanan, sayang." Amara terdiam tidak mengeluarkan sepatah kata. Anita yakin pasti saat ini Amara kaget mendengar kabar ini. Anita segera menangkupkan kedua tangannya di pipi Amara. "Maafin mommy, terpaksa mommy harus pergi, karena demi Amara juga. Untuk masa depan Amara." Amara masih saja terdiam. Ia melepas tangan mommynya lalu membaringkan tubuhnya membelakangi ibunya. Tak terasa air mata jatuh di pipi Amara, hingga membasahi bantal yang ia pakai. Anita ikut berbaring lalu memeluk Amara dari belakang. Ia tahu Amara sedang kecewa. Disatu sisi Anita merasa bersalah, namun disisi lain ia harus bekerja keras demi masa depan Amara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
653.8K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
15.1K
bc

After That Night

read
13.4K
bc

Revenge

read
28.1K
bc

BELENGGU

read
68.0K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.9K
bc

Pak Bos Gila Jadi Jodohku

read
90.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook