Part 09

1041 Words
Moni dan Merlin sudah resmi menjadi istri Rangga Aditya, pria tampan yang banyak digandrungi oleh wanita-wanita, Rangga memiliki wajah tampan dan harta yang melimpah. Banyak wanita yang ingin menjadi pasangan pria itu, tapi, betapa beruntungnya Moni dan Merlin, menjadi istri Rangga.             Dua jam yang lalu akad pernikahan Rangga dan Merlin sudah siap dilaksanakan, dan kini Moni dan Merlin sedang membereskan barang-barang mereka untuk dibawa ke rumah baru mereka bersama dengan Rangga. Santi menyarankan agar mereka tinggal di sini sementara waktu, tapi, Rangga tidak mau dan ingin memboyong kedua istrinya ke rumah yang sudah dibeli olehnya.             Rumah yang dibeli oleh Rangga tak perlu renovasi lagi, semuanya sudah pas sesuai dengan selera Rangga sendiri dan kedua istrinya. Jadinya, siap menikah mereka akan pindah langsung. Barang-barang dalam rumah itu juga sudah lengkap, tidak perlu membawa barang-barang yang banyak lagi.             “Lagian beneran mau pindah langsung?” tanya Santi lagi.             Santi tidak mau kedua menantunya secepat ini pindah dari rumahnya. Karena Moni dan Merlin sangat menyenangkan, bisa diajak bercanda dan masa bersama. Santi yang tidak mempunyai anak perempuan dan hanya Rangga satu-satunya anaknya. Setelah melahirkan Rangga dahulu, Santi harus rela rahimnya diangkat karena mengalami kerusakan pada rahimnya akibat kecelakaan.             Rangga mendelik mendengar pertanyaan Mamanya untuk kesekian kalinya. Padahal jarak rumahnya dan rumah orangtuanya nanti tak terlalu jauh, hanya menempuh waktu sepuluh menit saja.             “Mama nggak usah lebay lagi. Lagian rumah Rangga dan rumah Mama nggak jauh kali, kalau Rangga pindah ke luar negeri baru Mama sedih,” ucap Rangga mengambil tas dari tangan Moni dan Merlin.             Moni dan Merlin menghampiri Santi memeluk ibu mertuanya itu. “Nanti kami bakalan sering main ke sini, Mama nggak usah sedih. Betul kata Mas Rangga, rumah kami dan Mama jaraknya tidak terlalu jauh, nanti kami yang akan main ke sini,” ucap Moni dan diangguki oleh Merlin.             Moni dan Merlin sangat menyayangi Santi, selayaknya ibu kandung mereka. Walau Santi awalnya menolak mereka sebagai menantu, bukan menolak, tapi, Santi mengira kalau Moni dan Merlin bukan gadis waras karena mau saja di madu dan berbagi suami. Sekarang Santi sudah mulai pernikahan mereka yang terlalu unik dan walaupun sudah biasa melihat pria berpolihgami, tapi, tak ada wanita yang bersahabat ingin memiliki suami satu bersama.             Santi membalas pelukan kedua menantunya, padahal dirinya baru merasakan bersama dengan Moni dan Merlin, yang asik diajak mengobrol dan kedua gadis itu sangat sederhana, semakin menjadi menilai plus di mata Santi. Zaman sekarang banyak wanita yang hanya memikirkan tas brandes, sepatu branded, dan lainnya. Sampai-sampai suami di rumah tak diurus.             “Kalian harus janji sering main ke sini, jangan nunggu Rangga yang mau main ke sini, Rangga tidak akan mau main-main ke sini lagi itu!” Santi kembali menjelekkan anaknya dan tidak peduli Rangga yang memandang Santi dengan tampang cemberutnya.             “Mama jangan jelekin Rangga depan kedua istri Rangga lagi, deh,” ucap Rangga kesal.             Santi bukannya merasa bersalah dan malah memeletkan lidahnya dan tidak peduli sedang kesal. Memang benar, Rangga itu kalau sudah pindah tak mau pulang ke rumah ini lagi. Dulu setahuh Rangga tinggal di apertemen, Santi sampai mengancam Rangga untuk tinggal di rumah ini lagi.             “Kamu emang kayak gitu. Moni, Merlin, kalau Rangga sakitin kalian bilang sama Mama biar Mama masukin Rangga ke dalam perut Mama lagi nanti.”             Moni dan Merlin mengangguk, mereka sangat sennag Santi perhatian pada mereka. moni dan Merlin seperti punya ibu ketiga. Ibu kedua mereka adalah Maryam, yangh sudah kembali ke panti setelah akad nikah Merlin dan Rangga siap dilaksanakan.             Maryam tak mau meninggalkan anak panti lama-lama, dan menyusahkan beberapa petugas panti asuhan. Moni dan Merlin, melihat kedatangan Maryam dan beberapa adik panti mereka saja sudah membua mereka senang dan tidak berharap lebih dengan Maryam lebih lama dengan mereka.             “Makasih Mama, kami seperti punya ibu ketiga. Kami menyayangi Mama, nanti kami akan mengadu kalau Rangga mau menikah ketiga kalinya, dan kami akan menyuruh Mama untuk ruqyah Rangga nanti,” ucap Merlin tertawa kecil.             “Sayang, aku nggak bakalan menikah lagi. Sudah cukup kalian berdua,” timpal Rangga dengan nada manjanya.             Moni, Merlin, dan Santi tertawa mendengar nada manja Rangga. Sifat Rangga yang asli ternyata sudah keluar.             Santi menghampiri anaknya dan memeluk Rangga, walau jarak rumahnya dengan rumah Rangga tidak terlalu jauh. Tetap saja, Rangga sudah tidak tinggal di sini lagi dan rumah nanti terasa sepi. Seharusnya dulu Santi menerima usulan suaminya saja, untuk mengadopsi anak. Tapi, Santi tidak mau. Karena Santi takut tidak adil pada anak angkatnya.             “Kamu sudah punya istri sekarang, jangan lihat wanita luaran sana dan ingatlah istri-istrimu di rumah. Mama tak akan mengizinkan kamu menikah untuk yang ketiga kalinya, kalau kamu mau menikah lagi nantinya kamu harus siap kehilangan dua wanita yang sangat mencintai kamu,” pesan Santi.             Rangga mengangguk, dirinya tak siap kehilangan Moni dan Merlin, dua orang yang sangat mencintainya. Kedua gadis itu sangat baik dan sederhana, tidak pernah minta macam-macam pada Rangga.             “Rangga bakalan ingat pesan Mama. Rangga juga tidak ada niat menambah istri, Rangga mencintai Moni dan Merlin,” ucap Rangga tersenyum manis kepada kedua istrinya.             Santi mengangguk, “ucapan kamu sudah Mama rekam, jangan macam-macam!” ucap Santi. Memperlihatkan Hp-nya pada Rangga dan ternyata memang benar Santi merekam ucapan dirinya dengan Rangga.             Rangga, Moni, dan Merlin menggeleng, kelakuan Santi memang tidak pernah bisa ditebak. Wanita paruh baya itu dengan bangga sudah berhasil merekam percakapannya dengan anaknya sendiri. Rangga mencium pipi Mamanya, tidak mau meladeni kelakuan Mamanya yang kelewat ajaib.             “Rangga pergi dulu, nanti Rangga bakalan sesering mungkin main ke sini,” ucap Rangga dan membawa barang-barangnya keluar rumah dan menyuruh pekerja di sini untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil.             Semua barang-barang Moni, Merlin, dan Rangga sudah dimasukkan ke dalam mobil. Moni dan Merlin memeluk Santi lagi, dan menghampiri Herman yang sedari tadi hanya melihat drama yang dilakukan oleh istrinya. Istrinya sudah patut mengambil serta dalam bermain sinetron atau FTV dengan gaya se-alay itu yang tidak mau anaknya pindah rumah.             “Pa, kami pergi dulu.”             Herman mengangguk membalas pelukan anak dan menantu-menantunya. Pria itu sebenarnya tidak mau juga anaknya memiliki rumah sendiri. Tapi, Herman gengsi mengatakannya, karena Herman tahu kalau gengsi lelaki itu sangat besar.             “Jaga diri kalian baik-baik,” pesan Herman.             Rangga dan kedua istrinya melambaikan tangannya pada Herman dan Santi. Santi mengusap air matanya, anaknya sudah memiliki keluarga sendiri dan sudah besar.               ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD