Merlin dan Moni merasa sangat senang diajak makan siang oleh Rangga. Tadi Rangga datang keruangan mereka dan mengajak mereka makan siang bersama. Tentu saja mereka berdua sangat senang, dan di sinilah mereka sekarang, dalam ruangan Rangga dengan makanan tambahan di atas meja yang dipesan oleh Rangga.
Rangga memerhatikan dua gadis itu dan tersenyum. Melihat kedua gadis itu menahan senyuman mereka dan saling menggengam tangan. Seandainya Rangga boleh memiliki mereka berdua dan menjadikan mereka berdua sebagai istrinya. Sangat menyenangkan sekali.
“Kalian tidak makan?” tanya Rangga mengambil makanannya dan menyendokkan makanan itu ke dalam mulutnya.
Moni dan Merlin mengangguk bersamaan dan mulai memakan makanan mereka masing-masing. Hem, ternyata makan dihadapan orang yang mereka cintai ternyata lebih nikmat rasanya. Seandainya mereka bisa makan setiap saat bersama dengan Rangga.
“Kamu suka makanan buatan kami?” tanya Moni pada Rangga.
Rangga mengangguk, “masakan kalian berdua sangat nikmat dan enak. Kalian sangat pandai memasak, apalagi memasak kue,” puji Rangga membuat Merlin dan Moni tersenyum senang dan semakin semangat untuk memasak.
“Terimakasih atas pujiannya. Kami akan membuatkan kamu makanan setiap harinya,” kalau kamu menjadi suami kami. Tentunya ucapan ini hanya bisa dikatakan dalam hati mereka masing-masing.
Moni dan Merli, akan menemui orangtua Rangga secepatnya dan meminta Rangga sebagai suami mereka berdua. Agar tak ada wanita lain yang akan menjadi istri Rangga. Rangga itu sangat tampan dan kaya, banyak gadis yang mau menjadi istri atau kekasih Rangga.
Moni dan Merlin tidak mau menjadi kekasih Rangga, mereka hanya mau menjadi istri Rangga. Tidak mau menjadi kekasih yang gampang putus. Walau pernikahan ada perceraian, tapi, tetap saja mereka akan memiliki Rangga sepenuhnya bukan hanya sebatas kekasih yang kapan saja bisa diambil oleh gadis lain.
“Kalian tidak keberatan bangun pagi terus dan membuatkan makanan untukku?” tanya Rangga tak mau dua gadis itu akan kesusahan membuatkan makanan untuk dirinya.
Kedua gadis itu menggeleng, mereka tak akan keberatan malahan sangat senang membuatkan makanan untuk Rangga, apalagi Rangga akan mengajak mereka makan bersama seperti sekarang ini. Karyawan wanita di sini akan semakin membenci mereka, karena makan siang bersama dengan Rangga. Sedangkan mereka jangankan makan siang bersama, bekal mereka saja ditolak oleh Rangga. Betapa bahagianya Moni dan Merlin melihat para wanita itu ditolak oleh Rangga.
Rangga itu pria impian setiap wanita. Sifatnya yang tidak pernah melakukan ONS atau One Night Stand menjadi pria alim yang tidak suka jajan dan takut pada penyakit kelamin. Sehingga Moni dan Merlin harus bertindak secepat mungkin menjadikan Rangga sebagai suami mereka.
Kalau wanita lain yang mendengar mereka akan berbagi suami, akan mengakatan mereka gila dan sudah tidak waras. Tapi, bagi Moni dan Merlin tidak masalah, karena mereka yakin kalau Rangga nanti bisa adil pada mereka berdua nantinya.
“Kami tidak keberatan. Lagian, kami juga membuatkan bekal untuk kami,” jawab Merlin diangguki oleh Moni.
Rangga tersenyum mendengar jawaban kedua wanita itu. Dirinya bisa merasakan masakan kedua gadis itu setiap harinya, tentu saja kecuali hari libur. Rangga tidak akan merasakan masakan kedua gadis itu. Rangga sangat menikmati masakan Moni dan Merlin, apalagi kue buatan mereka sangat enak. Seharusnya mereka membuka toko kue saja daripada bekerja di perusahaan seperti ini.
“Terimakasih, kalau aku tidak sedang sibuk kalian bisa makan bersama denganku nantinya,” ucap Rangga membuat Moni dan Merlin mengembangkan senyuman mereka.
Moni dan Merlin tentunya akan sangat merasa senang bisa makan bersama dengan Rangga setiap harinya. Karena mereka semakin dekat dengan Rangga. Saat waktu SMA dahulu, kelas mereka berbeda dengan Rangga sehingga mereka hanya memerhatikan Rangga dari jauh dan tidak seberani sekarang.
Palingan dahulu mereka hanya akan berkumpul dengan Rangga saat mengadakan rapat osis dan selain itu mereka hanya berpapasan dan menyapa Rangga di jalan. Dulu mereka hanya gadis SMA yang masih lugu dan menyimpan sedikit rasa malu. Kalau sekarang mereka malu, maka Rangga akan diambil oleh orang lain.
Buang rasa malu. Itu yang akan mereka lakukan nanti saat menemui orangtua Rangga dan meminta Rangga sebagai suami mereka.
Suami?
Membayangkannya saja sudah membuat mereka tersenyum-senyum sendiri—bagaikan orang bodoh. Padahal mereka belum tentu berhasil dan diterima lamarannya oleh Rangga sendiri. Dan mereka sudah senang saja membayangkan Rangga menjadi suami mereka berdua.
Memang khayalan lebih indah daripada eksptasi sendiri. Karena khayalan akan membawa kita terbang tinggi dengan angan-angan yang ingin kita capai. Seperti itulah, yang dirasakan oleh Moni dan Merlin, mereka sudah berkhayal lebih dahulu. Padahal belum tentu mereka diterima.
“Mon, Mer, kalian melamun?”
Moni dan Merlin terlonjak mendengar ucapan dari Rangga yang memanggil mereka berdua.
“Iya sayang, eh, Rangga maksudnya,” ucap keduanya kikuk.
Rangga terkekeh mendengar ucapan Moni dan Merlin, kedua gadis ini sangat lucu sekali. Rangga ingin menghalalkan mereka berdua, tapi, apakah mereka mau menikah dengan Rangga apalagi dimadu. Ahh, rasanya tidak mungkin. Rangga tidak boleh berharap akan menjadikan dua gadis itu sebagai istrinya.
Wanita mana yang mau madu. Tak ada wanita yang mau dimadu zaman sekarang, bisa-bisa nanti burung Rangga yang di bawah dipotong oleh mereka dan Rangga tidak memiliki benda pusaka yang dirawatnya selama ini. Rangga tidk akan mau benda pusakanya dipotong.
“Kalian tidak kembali bekerja, tiga menit lagi jam istirahat sudah habis,” ucap Rangga.
Moni dan Merlin mendengkus dalam hati mereka, bersama Rangga sangat cepat berlalu. Kenapa juga jam harus terus berputar dan tidak berhenti saja. Agar mereka bisa melihat wajah tampan Rangga lebih lama lagi.
“Yah, kami akan kembali bekerja, oh ya, kami membawa tempat bekalnya, ya?”
“Iya, kalian bawa saja, lagian semua makanannya juga sudah habis. Makasih sudah membawakan bekal,” ucap Rangga mengucapkan terimakasih pada Moni dan Merlin.
Moni dan Merlin mengangguk, mereka juga tidak keberatan membuatkan bekal untuk Rangga. Malahan mereka sangat senang membuatkan bekal makan siang untuk Rangga, dan mereka lebih senang lagi kalau diajak makan siang bersama oleh Rangga setiap harinya.
Karyawan yang mengejar-ngejar Rangga agar segera mundur dan tidak mendekati Rangga lagi, karena Rangga tidak mengubris para wanita itu. Wanita yang memamerkan lekuk tubuh mereka dan tidak memikirkan bagaimana mereka dilihat rendah di mata lelaki, dengan memakai pakaian kurang bahan.
Zaman sekarang banyak kasus pelecehan karena dari cara wanita itu sendiri memakai pakaiannya. Baju belum jadi saja sudah dipakai. Moni dan Merlin tidak akan mau memakai baju kekurangan bahan seperti itu.
“Kami kembali ke ruanagn kerja kami dulu,” pamit Moni dan Merlin.
Rangga mengangguk dan mengucapkan kata terimakasih sekali lagi.
***