Kotak Perhiasan

2050 Words
19:20 terlihat rembulan utuh menampakan cahaya. Vios hitam telah mendarat di depan rumah Eva, seorang wanita berambut lurus membuka pintu, dia adalah Eva peran ia segera sedikit tergesa-gesa dan ia berada di sisi kanan sopir yang tak lain adalah Jefri yang sedang duduk, apa eva segera membungkuk dan berkata, "Terima kasih Jef, kau tampak tampan hari ini ketika kau mengantarkan ku, senyum Eva mengatakan, dan jef menjawab dengan tersenyum, "bisa saja kau ! "baiklah, aku akan segera pulang. Ok, terima kasih Jef.. kaca mobil Vios itu tertutup kembali hingga terbenam wajah jef yang berada di dalam, vios itu kembali meluncur, Eva membalikkan tubuhnya berjalan membuka pintu, masih tampak seperti biasa rumah itu tidak ada orang tua Eva ketika ia membuka pintu. telah sampai eva di pintu kamarnya, ia segera membuka perlahan sambil mengamati yang tak lain adalah lampu tidur yang berwarna kuning redup, tampak masih gelap kamar Eva, segera masuk Ia dan menutup pintu rapat-rapat, tangan kanan melemparkan tasnya di atas kasur, segera ia menuju ke toilet untuk membenarkan diri, cermin toilet itu sedikit buram dengan nyala lampu yang menyerupai lapu tidur di ruang kamarnya. Tangan kiri Eva memutar keran air, Eva sedikit merapikan rambutnya dengan kedua tangannya peran ia melihat cermin Dan perlahan menggosok giginya, setelah selesai menggosok gigi, ia seperti mendengar sesuatu yang berbeda, seperti seseorang sedang memaksa membuka pintu, lalu ia mematikan keran air yang sedari tadi di bukanya, ia menoleh ke belakang dan perlahan ingin menuju ke arah suara itu, dan berkata, ibu ! ayah ! apakah itu kalian? Lalu Eva mencoba keluar dari toilet lalu berjalan di gelapnya ruangan yang memang belum sama sekali lampu dinyalakan, eva matanya sedikit mengawasi dan berjalan kembali, di ruang tengah suara itu terus datang, perasaannya sedikit takut, dia sepertinya enggan untuk mendekatinya, namun suara paksa membuka pintu terus ada, dia teringat dan sepertinya itu berada di kamar ibunya, Eva mendekati suara itu, cepat dia sudah berada di depan pintu dan suara itu pun menghilang. sedikit takut dia dengan rasa merinding yang sering di alaminya datang lagi, pandangannya terperangah menuju ke arah yang tidak beraturan, pikirannya kacau, Iya langsung saja membalikkan tubuhnya, dan kembali ke jalan menuju kamarnya. dering handphone seketika itu berbunyi, cepat Eva menuju ruang kamarnya, dia segera meraih tas yang terdapat di atas kasurnya yang empuk, dan segera membuka handphone lalu melihat layar dan ternyata itu, telepon dari ibunya, lalu ia segera mengangkat sambungan Handphone terlihat panik. Halo Bu.. ibu kenapa telepon? ibu berada di mana? tanya Eva sedikit panik, Eva menunggu jawaban lalu ibunya menjawab. ibu sedang berada di jalan, apa kamu sudah berada di rumah? tanya ibu nya sedikit khawatir. Eva lalu menjawab sambil berjalan di tempat, dan mengatakan, ya aku di rumah Bu, aku mendengar sesuatu disini, cepatlah pulang. Kata Eva panik. Nafasnya menggebu-gebu seperti kelelahan. ya, aku dan ayah akan segera pulang, tunggu eva, mungkin sekitar 15 menit lagi. Jawab ibu Eva. Iya Bu, jawab Eva, seketika itu handphone pun berhenti, menandakan sambungan terputus. segera eva menaruh handphonenya di atas kasur, duduk ia di ruang rias dan seperti biasa Ia melepaskan anting-antingnya dan menaruhnya di meja begitu saja, karena ia enggan meraih kotak perhiasan yang memang sudah berada di tas. Dering handphone berbunyi, ia segera beranjak dan mengambil handphone yang berbunyi bising lalu mengangkatnya. halo marlyn. Sedikit terasa panik nada bicara Eva. halo Eva, jawab marlyn mendengarkan Eva. kalian berada di mana? Tanya Eva. kami sedang berada di jalan, tunggu lah. Imbuh marlyn dan Eva harus sabar menunggunya. baik marlin, segeralah datang, aku sendiri disini. setelah itu komunikasi pun berhenti, sambungan telfon di akhiri, ia menaruh kembali handphonenya di atas kasur, ia menoleh ke arah rembulan, dan rembulan itu berada di balik jendela yang belum tertutup, segera ia menuju jendela lalu mengancingkan kunci jendela, namun ia terkaget kan dengan adanya sosok Fedian yang memang dia suka sekali berdiri di bundaran taman sambil merokok, eva sendiri pun takut dengannya, tidak pernah bicara sekali. Dan sekali bicara pun Ia hanya menjawab dengan kata iya, atau mengangguk saja, ia segera menutup jendela kamar dan mengabaikannya, Srek.. hordeng biru mulai tertutup, perlahan eva berjalan keluar menuju ruang tamu yang gelap, Eva berjalan di seluruh ruangan sambil menghidupkan lampu-lampu di setiap ruang, namun seketika itu ia menghidupkan dan berjalan beralih ke stop kontak berikutnya, lampu yang dihidupkan nya seketika itu mati, kaget Ia lalu menoleh ke belakang lampu itu mati sendiri, namun ia masih mengabaikan dan dia tidak ingin merasa terganggu dengan gangguan seperti itu. meskipun ia memberanikan diri dalam dirinya, dalam hatinya dia terus berkata, aku harus berani ! setelah selesai ia menghidupkan lampu-lampu, dan sebagian lampu yang memang mati sendiri di antaranya lampu yang berada di ruang dapur, di kamar eva, dan di lorong menuju kamarnya. Ia sekarang berada di terang lampu ruang tengah, ia menunggu kedatangan Marilyn dan Gilang beserta kedua orang tuanya. sambil menonton tv yang tidak begitu sempurna gambarnya TV itu memang sedikit rusak terkadang tampak buram seperti semut berbaris di depan layar, terdapat lemari tua yang lain, itu adalah memang lemari kayu jati yang sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya, agar pemilik baru bisa menggunakannya, lemari itupun memiliki ruang atau meja, dan diatasnya terdapat guci-guci tua yang terbuat dari tembaga, Eva menyimak acara-acara TV, namun, sekilas tanpa ia melihat terlintas seperti ada pergerakan dari guci itu perlahan, dan suaranya pun cukup sempurna berada di telinganya, derit guci itu pun tak biasa, menandakan bahwa dia sedang berada di situ. bulu kuduk Eva mulai kembali merinding, namun ia mengabaikannya dengan ia membesarkan volume dari TV yang ditonton, serasa ingin teriak hatinya, namun tidak mungkin, jika Fedian masuk Eva merasa takut dan memang Eva tidak ingin terlalu dekat dengannya, Eva menguap sambil memejamkan matanya, menutup dengan tangan kanannya, terlihat sosok wanita berdiri di belakangnya, seakan-akan sosok itu ingin mencekik leher Eva, dan tiba-tiba suara mobil datang, pandangan Eva teralihkan, dan ia segera beranjak menuju pintu depan, lalu ia segera membuka pintu itu, dia tersenyum senang ternyata yang datang adalah kedua orang tuanya, eva segera keluar dan menyapa mereka yang sudah dengan mereka keluar dari mobil yang dikendarai, dan mobil itu sendiri pun Honda jazz yang dikendarai ayahnya. Kau sudah dari tadi Eva? tanya ayah Eva sambil ayahnya mengusap rambutnya, dan berjalan menuju ke dalam, ibu Eva memberikan sesuatu kepada Eva sambil berkata, ini Eva makanlah aku bawa sesuatu untukmu, makanan kesukaanmu. Eva segera meraih plastik putih yang bertuliskan McDonald's, dia berpikir pasti itu adalah burger dengan beef sapi kesukaannya, segera mereka bertiga masuk dan duduk berada di ruang tamu, ibunya melihat di lorong yang menuju kamar eva lalu ia mengamati. kenapa lampu itu mati? dan dia bertanya kepada Eva yang yang sedang duduk membuka bingkisan makanan, Eva sedikit ter focuskan. kau tidak menghidupkan lampu lorong dan kamarmu Eva? sejenak Eva terhenti untuk membuka bingkisan, lalu ia menoleh ke arah ibunya dan menjawab, Aku lupa Bu nanti aku hidupkan.. jawab Eva menutupi sesuatu dan Eva pun tidak ingin mengatakan yang sejujurnya, Eva segera membuka kotak makanan itu, lalu mengambil satu burger kesukaannya, tanpa ragu Ia lalu langsung melahapnya perlahan, sedikit manja Iya memakan burger, ibu dan ayahnya yang sedang sibuk keluar masuk kamar. eva sedang menonton TV dan memakan burger yang dinikmatinya, tak lama kemudian datang suara deru mobil yang tak asing, Eva langsung melihat pintu dengan keadaan yang masih terbuka, pikir Eva itu pasti mereka Marilyn dan Gilang, lalu segera menyudahi makannya Dan meletakkan sisa makanan yang masih setengah dimakan di dalam kotak di meja, kembali lalu Eva beranjak berjalan menuju pintu depan, ia menunggu berdiri dengan paras cantiknya yang ingin menyapa mereka, terlihat mereka sudah selesai lalu keluar perlahan dari mobil menuju kearah Eva yang sedang berdiri, lalu Eva menyapa mereka. Hai marlin, Hai Gilang.. kata Eva centil mengatakan itu, gilang tersenyum kepada Eva dan iya sedikit diam, mungkin dalam pikiran eva apakah ada sesuatu dengan marlin sehingga dia seperti itu, lalu Eva mempersilahkan mereka berdua masuk. Ayo masuk.. kata Eva, segera mereka bertiga menuju ke ruang tamu, duduk mereka bertiga di sofa ruang tamu, terlihat Gilang sedikit memperhatikan ruangan dengan gayanya yang stay cool, ya jelas, dia seorang detektif untuk sekarang, Eva memperhatikannya Dan teringat akan dirinya dulu ketika ia berpacaran dengan Gilang semasa SMA, Eva berpikir dulu Gilang tidak seperti ini, kenapa sekarang berubah, apa karena suatu pekerjaan ia berubah, tapi sudahlah. marlyn sedikit menoleh ke arah eva yang memperhatikan Gilang, mungkin dalam pikiran marlyn ia melihat Gilang adalah sosok pria yang memang sangat dikagumi oleh setiap wanita, maka marlyn mengabaikannya, Eva terpergok sedang memperhatikan Gilang yang sedari tadi memperhatikan ruangan, dan tersenyum kepada marlin yang melihatnya. Aku tidak bisa berkata apa-apa di sini Eva, ini sangat kuat Eva, kata Gilang yang sontak membuat mata Eva sedikit membelalak kaget, dengan maksudnya bicara seperti itu untuk memulai suatu pembicaraan, lalu Eva dan Marlyn menyimak dan Marlyn mulai berkata. Apakah lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya kau pernah menangani hal seperti ini? serius marlyn mengatakan, sampai dia terbawa suasana, Gilang merogoh saku jaket hitamnya yang berada di saku dalam, ia menaruh sebungkus rokok mild beserta korek gas yang sudah berada di meja, lalu menariknya satu batang perlahan dihidupkannya rokok itu yang berada di bibirnya, dan mengepulkan asap di ruangan. Perhatikan lampu lorong itu apakah itu menuju kamarmu Eva? tunjuk Gilang menuju arah lampu lorong yang mati, marlyn dan Eva menoleh ke arah lorong itu dengan sedikit panik, dan mungkin sedikit gusar. Kata hati Gilang berkata, ada apakah di sana sebenarnya?, Eva kembali tertuju pada Gilang, lalu Eva menjawab. Ya.. itu menuju kamarku Gilang, ada apakah di sana? jawab Eva melemah, seakan-akan sesuatu yang sangat berbeda, atau yang lebih kuat dari perkataan Gilang sebelumnya. HM.. tidak apa-apa, aku hanya menunjuk ruangan itu, apakah belum kau hidupkan lampunya? jawab Gilang seakan-akan menyembunyikan sesuatu agar membuat Eva tidak takut. Sedikit terlambat eva menjawab em.. Aku tadi sudah menghidupkannya, dan jujur, saat aku menghidupkan ruang berikutnya lampu itu mati seketika, aku berpikir mungkin karena stop kontaknya rusak, atau..? Ya, aku paham, kau tidak perlu melanjutkan penjelasanmu.. kata Gilang lalu ia kembali berucap, apakah Aku boleh memeriksa ruang kamarmu? Ya.. silakan saja ngilang, kau boleh memeriksanya, jawab Eva merasa sangat senang, karena memang itu sudah menjadi pekerjaannya, segera Gilang beranjak dari tempat duduknya, dan mematikan rokok disebuah asbak yang sudah terdapat di meja, sambil berjalan Ia berucap, kalian tunggu saja di sini, sebentar, aku ke sana. angguk mereka sambil memperhatikan Gilang menuju kamar Eva, pandangan Eva melihat kearah marlyn namun mereka kembali terfokuskan dengan Langkah gilang yang berhenti mengamati lampu lorong, ia menuju kamar Eva dan menekan stop kontak, ternyata lampu hidup, sambil mengamati ia berjalan kembali dan segera masuk ke kamar eva, Ia membuka pintu kamarnya perlahan dan itu terlihat oleh Marilyn dan Eva, masuk Gilang yang sudah tak terlihat di pandangan mereka, Marlina dan Eva hanya menunggu tanpa mereka bicara dan hanya saling melihat, tiba-tiba terdengar jelas pintu kamar Eva tertutup sangat kuat Braak..! Kaget marlin dan Eva lalu melihat ke arah suara itu, dan setelah dilihat lampu kamar Eva kembali menyala, tak berapa lama mereka menunggu Gilang sudah selesai dengan tugasnya tampak ia keluar perlahan dan menutup kamar Eva kembali, dia berjalan menuju kearah marlyn dan eva, dan duduk iya dengan meletakkan sebuah kotak perhiasan tua di meja. Gilang kembali menarik sebatang rokok dan menghidupkannya, dengan santainya dia bicara karena memang marlin dan Eva menunggu jawaban. Aku akan membawa kotak ini untuk pulang, boleh aku membawanya? dan isinya sudah aku keluarkan. kata Gilang masih sangat biasa. Untuk apakah kotak itu Gilang? tanya Eva sedikit heran dengannya. Ada sesuatu yang aku cari dari kotak ini, dan nanti jika sudah selesai akan aku kembalikan, lalu Gilang kembali mengatakan, mungkin hanya itu saja yang aku lakukan malam ini, esok akan aku selidiki kembali, rumah ini memang sudah sangat tua, aku berharap pikiranmu biasa saja, jangan tersugesti dengan hal-hal yang membuat imajinasimu menjadi nyata. Imbuh gilang dan itu adalah suatu imbuhan yang keras terhadap Eva yang sedikit belum mengerti tentang adanya hantu di rumah. Kapan kita akan ke sini lagi Gilang? Tanya marlin yang sedikit gusar. Mungkin dalam beberapa hari ini, kita akan kembali, dan tampaknya sudah cukup, malam berikutnya akan aku hubungi dirimu marlin, terang Gilang mengatakan dan Marilyn sangat mengerti dan dalam nalurinya dia hanya mengikuti saja apa yang dikatakan Gilang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD