“Apa yang kurang dariku mas?! Aku tahu bahwa aku bukan istri yang sempurna, tapi kamu tak berhak memperlakukan aku seperti ini! Aku istrimu yang sah!” “Sifa, bersabarlah … saat ini ia tengah mengandung anakku.” “Kalau begitu lepaskan aku, mas! Lepaskan aku sehingga kamu bisa berbahagia dengan istri dan anakmu!” “Tidak, Sifa! Maafkan kekhilafan ku sehingga menyakitimu seperti ini … aku sungguh-sungguh mencintaimu! Beri aku waktu untuk melepaskan Ratih…” Arumi tersentak dari tidurnya ketika ada ketukan di pintu kamarnya begitu keras dan membangunkannya. Perlahan Arumi menghela nafas panjangnya dan mengusap wajahnya perlahan. Dipangkuannya ada salah satu diary sifa yang tengah ia baca. Entah sejak kapan ia tertidur dan sampai bermimpi melihat Sifa dan Saputra tengah berdebat mengenai k