Sore itu kang Adma datang bersama putra tunggalnya. Aku merasa senang karena Ren tampak asik bermain dengan anak kang Adma dan tampak akur sekali. Aku benar-benar terkejut saat kang Adma bilang, “Lihat anak-anak bermain bersama sambil menikmati sore indah ini rasanya kita benar-benar sudah seperti keluarga.” Aku hanya bisa diam tapi tak bisa menahan untuk tak tersenyum walaupun senyuman itu terpaksa aku kulum kembali. Bagaimana bayangan indah itu terlintas di benakku sedangkan aku masih istri seseorang. Tak pantas dan tak baik untukku memikirkannya. “Bercerailah dengan Saputra, neng … aku akan menunggumu sampai masa iddah selesai nanti. Aku tahu perkataanku terlihat kejam karena ingin memisahkan kalian berdua. Tapi aku lebih tidak tega melihatmu seolah mati pelan-pelan karena sikap suam