16. Jogja 2

2417 Words

“Pagi, Pak Dipta ...” sapaku pagi itu ketika bergabung di meja makan untuk sarapan. Pak Dipta datang lebih dulu, tidak tahu sejak kapan. Tadi dia hanya mengirimiku pesan kalau kami harus sudah sarapan sebelum jam delapan. “Iya, pagi.” “Pak Dipta belum ambil sarapan?” “Saya nunggu kamu.” Aku mengangguk, lalu ketika Pak Dipta berdiri, aku mengikutinya. Selama mengambil sarapan, aku melihat Pak Dipta sesekali menguap. Aku juga melihat matanya agak sayu, padahal dia terlihat sudah mandi karena rambutnya tampak masih setengah basah. “Pak Dipta kecapekan, kah?” tanyaku ketika kami sudah kembali ke meja makan dengan satu nampan berisi aneka makanan. “Memangnya kenapa?” “Matanya kelihatan agak sayu, gitu?” “Tadi malam kamu tidur nyenyak, Rin?” tanyanya setelah menyeruput teh hangat.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD