Prolog: He Is Back!
Anming, Ibu Kota Kerajaan Daxiang.
Pemerintahan tahun ke-tiga puluh kaisar Zhonghui.
“Pangeran Li Xian masih hidup! Pangeran Li Xian masih hidup!!!” Suara teriakan-teriakan kecil ramai terdengar.
Sekelompok bocah lelaki berlari-lari dengan kaki mungilnya sembari berteriak menembus keramaian pasar seakan-akan mereka sedang membawa sebuah berita kemenangan dari medan perang —berita munculnya Pangeran Li Xian— tak butuh waktu lama berita ini telah menyebar dan heboh dibicarakan di sepanjang jalanan, di gang-gang sempit kota Anming, hingga ke seluruh penjuru kerajaan Daxiang.
“Pangeran Li Xian hidup masih hidup? Bagaimana mungkin, bukankah dia sudah wafat beberapa tahun lalu?”
“Apa jangan-jangan ada konspirasi dibalik kematiannya?”
“Mungkin saja…mungkin saja ia baru bangkit dari kubur? Ha ha ha!” celetuk seorang penjaja tanghulu yang diikuti gelak tawa orang-orang di sekelilingnya.
“Hush, hati-hati kalau berbicara.” Tegur salah seorang wanita tua di sampingnya.
“Eh tapi kudengar pemuda itu memang sangat mirip dengan Pangeran Li Xian,” sahut yang lain pun tak mau kalah berpendapat.
“Aku yakin dia pasti penipu, memanfaatkan sedikit kemiripan demi menjadi anggota kerajaan, siapa yang tidak mau menjadi anggota kerajaan bukan?“
Ah, bagaimana mungkin sebelas tahun sudah berlalu, memangnya siapa yang tahu bagaimana rupa pangeran Li Xian jika masih hidup, aku yakin dia hanya mengaku-ngaku saja.”
“Jangan-jangan Pangeran Li Xian memang belum meninggal,bagaimana kalau dia masih hidup dan selama ini menyamar sebagai r*kyat jel*ta.”
“Untuk apa menyamar menjadi r*kyat jel*ta sampai bertahun-tahun, meninggalkan kehidupan istana yang mewah dan serba ada, itu konyol.”
“Mengapa tidak, apakah kau lupa kalau semasa hidup pangeran Li Xian sangat dekat dengan rakyat biasa dan sering menyamar menjadi rakyat biasa.”
“Hei apa mungkin pangeran dibangkitkan kembali dengan ilmu sihir?”
Berita kembalinya Pangeran Li Xian menyebar dengan cepat bagai laju angin di padang pasir, bebas melaju tanpa kendali, menjadi topik pembicaraan hangat, pembahasan pun makin liar dan melebar kesana kemari dengan bumbu-bumbu yang membuat obrolan semakin menarik, mulai dari yang masuk akal hingga omong kosong, mulai dari opini hingga fakta semuanya tercampur baur menjadi satu hingga sulit untuk dipilah mana yang fakta mana yang bukan.
Kembalinya sang pangeran mau tak mau membawa kembali cerita lama Sebelas tahun lalu…
Saat itu Putra Mahkota Li Zixuan dan Pangeran Kelima Li Xian berangkat ke Lembah Anrui bersama dengan satu kompi prajurit kerajaan untuk membuat kesepakatan perdamaian dengan Suku Guan yang berniat memberontak dan melakukan penyanderaan, mayoritas pejabat istana saat itu mengusulkan agar Suku Guan dimusnahkan dan dihabisi hingga ke akar-akarnya, namun Putra Mahkota Li Zixuan dengan lantang berpendapat bahwa masih ada cara damai yang bisa digunakan, kaisar Zhonghui setuju dan mengutus Putra mahkota ke Lembah Anrui untuk melakukan perundingan dengan Suku Guan. Saat itu akhirnya kesepakatan berhasil dibuat antara pihak kerajaan dengan Suku Guan, pemberontakan berhasil diredam dan para sandera telah dibebaskan, namun tak lama setelahnya Suku Guan ternyata malah mengingkari perjanjian dan menusuk dari belakang, dalam perjalanan kembali ke Ibu kota rombongan kerajaan justru diserang oleh pasukan Guan dengan cara licik. Putra Mahkota Li Zixuan dikabarkan terbunuh dalam serangan itu, begitu pula dengan Pangeran Li Xian dan beberapa orang pasukan yang juga ikut dalam rombongan. Kabarnya jasad mereka ditemukan dalam keadaan mengerikan di antara puing-puing sisa ledakan. Kerajaan berkabung selama berhari-hari. Rakyat dan kerajaan pun seketika murka , dengan segera dikeluarkan perintah penangkapan para anggota Suku Guan.
sebelas tahun bukanlah waktu yang singkat, meskipun luka masih membekas di benak keluarga yang ditinggalkan namun kejadian itu sudah mulai samar di ingatan banyak orang, tergerus oleh waktu, Daxiang pun telah memiliki Putra mahkota lain. Namun hari ini kejadian yang sudah lama berlalu itu kembali ramai dibicarakan seperti baru saja terjadi kemarin sore.
****
Istana Liaoning, sebuah istana megah yang menjadi rumah kekaisaran Daxiang, di dalam Istana lioaning terdapat sebuah aula utama bernama Aula Shilin, sebuah aula megah yang dipenuhi dengan ukiran bercat merah dan ornamen-ornamen berlapis emas yang menambah kemegahan ruangan tersebut. Aula tersebut merupakan tempat Yang Mulia Kaisar bertemu dengan para pejabatnya, mendiskusikan berbagai macam urusan negara, Di dalam aula terdapat sebuah singgasana megah dengan ukiran-ukiran yang memukau, di atas singgasana tersebut duduklah seorang pria yang mengenakan jubah bersulam emas bermotif naga dengan sebuah mahkota di kepalanya, dialah Kaisar Zhonghui, kaisar Kerajaan Daxiang yang sudah bertahta memimpin negeri itu selama tiga puluh tiga tahun lamanya. Usianya kini sudah hampir enam puluh tahun, helai-helai rambut putih sudah hampir menutupi seluruh kepalanya, wajahnya sudah berkerut namun badannya masih tegap, aura keagungan dan kewibawaan masih jelas terpancar dari raut wajahnya, tatapannya masih tajam, suaranya masih tegas, sama sekali tak terlihat tanda-tanda rapuh di dalam dirinya.
Di sepanjang aula berdiri berjajar para pejabat-pejabat negara yang berdiri saling berhadapan saling berbisik-bisik satu sama lain, membicarakan berita yang sama dengan yang sedang ramai dibicarakan di luar istana, sebagian besar pendapat terbagi menjadi dua, pemuda itu—yang katanya memiliki kemiripan dengan Pangeran Li Xian—pangeran asli atau palsu.
“Aku dengar pria itu memiliki kalung giok Fenghuang yang hanya dimiliki oleh pangeran Li Xian, selain itu wajahnya sangat mirip, sudah pasti kalau pemuda itu adalah pangeran kelima.”
“Bukankah kita sering mendengar bahwa manusia di dunia ini memiliki tujuh orang yang mirip dengannya, jadi sedikit kemiripan saja tidak bisa dijadikan patokan bahwa ia adalah benar-benar pangeran Li Xian.”
“Omong kosong macam apa itu!?” Kata seorang menteri setengah berteriak, kemudian buru-buru ia menutup mulutnya.
“Yang Mulia, bukankah kita semua tahu jasad pangeran Li Xian sudah dimakamkan, di pemakaman keluarga kerajaan bahkan terdapat makam besar bertuliskan namanya, jadi bagaiman amungkin pemuda itu adalah pangran Li Xian.” Seorang menteri mengungkapkan pendapatnya dengan keyakinan seratus persen.
“Apakah kau lupa, dulu jasad pangeran hampir tak bisa dikenali, mungkin saja kalau pria yang dimakamkan sesungguhnya itu bukan pangeran kelima.” Sought menteri yang lain tak kalah yakinnya.
Perdebatan terus berlanjut hingga beberapa jam kedepan, para menteri saling bersilat lidah mengungkapkan pendapatnya masing-masing tanpa ada kesimpulan. Sebuah pemandangan yang sudah biasa terjadi di aula Istana Shilin.
“Cukup!!! hentikan perdebatan kalian!” Kaisar yang sedari tadi diam mendengarkan perdebatan para bawahannya akhirnya angkat bicara dan membuat semua yang ada di aula seketika terdiam.
“Aku ayahandanya, aku bisa mengetahui bahwa dia adalah putraku Li Xian dalam sekali pandang, apa kalian kira ikatan batin ayah dan anak itu mengada-ada hah? dan perlu kalian ketahui bukan dia yang datang ke istana kerajaan dan mengklaim sebagai putraku, tapi aku sendiri yang menemukan dan membawanya,” Nada kaisar meninggi, ” beraninya kalian berkata dia sama sekali tidak mirip dengan Li Xian, dengan sekali pandang saja aku langsung mengenalinya, apa mata kalian buta!!!?” Nada kaisar semakin meninggi, tiap-tiap kata diucapkan dengan intonasi yang jelas dan tajam.
Semua yang ada di aula diam membisu, tak berani menyanggah lagi, para pejabat itu telah paham, kaisar sudah membulatkan pendapatnya sendiri, tak ada gunanya perdebatan lebih lanjut.
Tak lama kemudian pertemuan pun dibubarkan, Para pejabat itu memberikan salam hormat, Kaisar Zhonghui lantas beranjak dari singgasananya di ikuti oleh kasim Gao, kemudian satu persatu pejabat istana bubar meninggalkan aula istana, seketika aula Shilin menjadi sunyi.
*****
Pemuda yang seharian ini menjadi objek pembicaraan sedang duduk di sebuah ruangan yang sama sekali asing baginya, tatapannya kosong, sedari tadi ia diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa di jawabnya.. Penampilannya lusuh namun tak menutupi wajah tampannya, matanya terang, alisnya tebal, matanya terang, tubuhnya tinggi dan tegap, usianya sekitar akhir dua puluhan. Pemuda itu duduk terdiam sedari tadi, ada raut kebingungan di wajahnya, baru tadi pagi ia sedang menampilkan seni pedang di jalan-jalan ibu kota sebelum tiba-tiba beberapa orang prajurit membawanya ke tempat ini. Entah sudah berapa kali ia ditanya mengenai identitasnya, mengenai apa yang terjadi sebelas tahun lalu, mengenai kalung yang ada padanya, ia benar-benar serasa diinterogasi seperti seorang kriminal, belakangan ia baru tahu bahwa alasan dirinya dibawa ke tempat ini adalah karena mereka mengira dirinya adalah Pangeran Li Xian!
“Kaisar tiba!” Seorang pengawal mengumumkan kedatangan kaisar, tanpa dikomando spontan semua yang ada di ruangan itu dengan segera membungkuk memberikan hormat.
“Pengawal Fu, Bagaimana apakah dia sudah ada perkembangan?” tanya kaisar Zhonghui kepada kepala pengawal istana begitu ia masuk ke dalam ruangan itu.
“Lapor Yang Mulia, Pangeran Kelima sepertinya benar-benar tidak mengingat apapun tentang masa lalunya bahkan tentang dirinya sendiri,” jawab kepala pengawal istana Fu, yang sejak tadi menginterogasi pemuda itu dengan berbagai pertanyaan berulang.
Kaisar berjalan mendekati pemuda yang sedari tadi membatu di depan matanya, spontan ia memeluk pemuda tersebut, tatapan matanya penuh kasih.
“Terima kasih karena telah kembali.” Mata kaisar mulai berkaca-kaca meki begitu ada raut kebahagiaan di wajahnya, sedangkankan pemuda dalam pelukannya masih diam membatu masih dengan wajah kebingungannya.
Pemuda itu nampak terkejut dan mencoba melepaskan dirinya,“Maaf ta-tapi… hamba tak mengerti apa yang anda katakan yang Mulia, hamba sungguh tak mengingat apapun.”
“Jangan pikirkan itu Li Xian, yang terpenting sekarang kau sudah kembali…suatu saat kau pasti akan dapat mengingat semuanya, percayalah. Kau pasti lelah bukan? beristirahatlah, jangan pikirkan apapun sekarang.” Kaisar berkata dengan penuh kasih sayang sambil menepuk bahu pemuda tersebut, ”Kasim Gao, antarlah pangeran ke Paviliun Yuxuan.”
Pria tua yang barusan dipanggil segera mendekat,”Baik Yang Mulia.”
Kasim Gao adalah kepala kasim Istana Liaoning umurnya sudah lima puluhan, ia sudah menghabiskan sebagian besar hidupnya melayani sang kaisar, pria tua itu berjalan dengan agak membungkuk berjalan beriringan dengan pemuda yang disebut-sebut sebagai Pangeran Li Xian, di belakangnya ada dua pelayan yang berjalan mengiringi sambil membawa dua lampu lampion merah berbentuk kotak yang menyala terang menerangi perjalanan mereka menuju ke Paviliun Yuxuan, setelah menyusuri koridor-koridor istana yang sangat panjang seakan tak berujung akhirnya mereka sampai di depan bangunan, sebuah paviliun megah dengan halaman yang luas, di depan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam ikan yang cukup besar dengan bunga-bunga teratai di atasnya, di bagian depan paviliun itu tergantung sebuah papan nama besar dengan huruf berwarna emas. Papan nama itu bertuliskan ‘Paviliun Yuxuan’.
Kasim Gao berbicara panjang lebar kepada pemuda itu, memperkenalkan beberapa hal mengenai paviliun itu, sementara yang diajak bicara hanya diam mendengarkan, tatapan matanya menerawang “Yang Mulia, apakah ada yang ingin anda tanyakan?” Kasim Gao menunggu jawaban untuk beberapa saat namun tak mendapatkan jawaban. “Jika tak ada yang lain hamba akan undur diri yang mulia, anda pasti ingin beristirahat.”
Pemuda itu menoleh dan melihat bahwa kasim tua di depannya sedang menunggu jawaban darinya.
“Aku mengerti, terima kasih Kasim Gao, kau boleh pergi.” Kata pemuda itu dengan sopan.
Kasim Gao dan para pelayan pun kemudian undur diri, setelah membungkuk memberikan hormat mereka meninggalkan pemuda itu ia sendiri di dalam paviliun besar itu. Pemuda itu melihat sekeliling ruangan, ada perasaan aneh yang tak bisa ia jelaskan, perasaan yang ada sejak pertama kali ia menginjakkan kakinya di paviliun megah ini. ia berjalan ke arah jendela, terdiam sambil menatap keluar, sinar rembulan yang bersinar malam itu memantul menyinari wajah tampannya sekaligus menampakkan perubahan raut wajah, seketika rona mukanya berubah, wajah bingung, takut yang sedari tadi menghiasi wajah tampan itu seketika sirna, ia menarik napas panjang, sebuah senyum dingin samar-samar muncul di kedua ujung bibirnya, ia menatap tajam keluar melalui jendela.
“Ini baru dimulai.” Katanya lirih.