Chapter-3 | Diculik Kakak Sepupu

1197 Words
*** Tak membutuhkan waktu lama, sosok misterius itu langsung membawa Caroline keluar dari aula. Tak ada satupun orang yang menyadarinya, termasuk Axel yang bahkan posisinya berdiri berhadapan dengan calon pengantinnya. Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba lampu aula pun kembali menyala. Dan seketika mereka semua terkejut karena tidak melihat sosok Caroline disana. "Caroline…!" suara Axel menggema saat memanggil nama calon pengantinnya. Mereka semua panik, terutama Celine. Sedangkan Morgan, pria paruh baya itu bergegas mengerahkan semua pengawal disana agar segera mencari keberadaan putrinya. "Tuan…," salah satu pengawal datang menghampiri. "CARI PUTRIKU, CEPAT…! CARI DIA SAMPAI KETEMU!" teriak Morgan emosi. Sang pengawal pun langsung bergidik saat melihat sang Tuan mengamuk. Morgan melarikan pandangan ke arah sang putra, Lucas. Pemuda itu tampak biasa saja, bahkan tetap tak bergeming. Morgan lantas mengeraskan rahangnya saat mulai menyadari sesuatu. 'Jangan-jangan Gabriel…?!' geram Morgan dalam hatinya. "Sayang, kenapa kamu diam saja?! Adikmu hilang, Lucas…!" pekik Celine. "Mau aku cari dimana, Mom?" tanya Lucas santai. Celine melongo tak percaya. Kenapa putranya ini seperti tak mengkhawatirkan adiknya sama sekali? Celine melarikan pandangan kearah lain. Disana ia juga menemukan pemandangan yang sama. Erlan, putra bungsu Gamal dan Megan, juga sama seperti Lucas. Hanya berdiam diri melihat Morgan kalang kabut dan terus meneriaki semua pengawal disana. "Apa yang terjadi, sayang? Kamu tahu sesuatu mengenai adikmu?" tanya Celine. "Aku tidak tahu, Mom. Tapi, ya sudah, aku akan cari dia sekarang." putus Lucas, kemudian berlalu pergi dari hadapan sang Mommy. "Cari adikku segara! Kalau kalian gagal, Tuan Morgan pasti aman meledakan kepala kalian semua! Ayo, cari yang semangat, supaya nyawa kalian selamat!" ujar Lucas memerintahkan mereka. Lucas menoleh ke samping kanan dan pandangannya lantas bertemu dengan kedua netra tajam ayahnya, Morgan. Kemudian Lucas terkekeh pelan. "Benar-benar keterlaluan!" geram Morgan. Sedangkan para tamu undangan mulai berbisik-bisik, mempertanyakan kemana perginya sang calon pengantin wanita dan kira-kira siapa yang sudah membawanya kabur. Sedangkan keluarga besar Addison tampak kecewa dengan kejadian memalukan ini. Namun tidak dengan Charles, ayahnya Axel. Pria paruh baya itu tampak tenang, seakan pasrah dengan keadaan. "Charles, aku benar-benar minta maaf." ucap Morgan kepada calon besannya itu. "Tidak mengapa, Morgan. Kau tidak perlu meminta maaf. Aku paham, kejadian ini diluar kendali kita. Dan sebaiknya sekarang, kita cari Caroline." ucap Charles. Sedangkan Axel, saat pria itu hendak melangkah, tiba-tiba ia melihat sebuah kertas diatas lantai. Axel pun mengambilnya dan membuka lipatan kertas itu. "Caroline adalah milikku. Gabriel!" Deg! Axel menatap tajam pada tulisan tangan Gabriel diatas kertas itu. Tidak hanya sorot matanya yang semakin lama kian menajam, namun juga rahang tegasnya semakin mengeras kuat bersamaan dengan giginya yang bergemeletuk. 'Kurang ajar! Rupanya dia orang yang sudah membawa Caroline pergi!' batin Axel menggeram marah. "Tidak perlu mencari Caroline." ujar Axel tiba-tiba. Semua mata lantas tertuju padanya saat mendengar kalimat yang barusan ia lontarkan. Termasuk Morgan dan Charles. "Tidak perlu mencarinya, karena orang yang sudah membawanya pergi adalah Gabriel. Gabriel Emerson Williams!" lanjutnya, namun dengan nada penuh penekanan. Deg! Beberapa dari mereka lantas membelalak kedua mata. Sementara Megan dan Celine tertegun dengan tubuh menegang kaku. Berbeda dengan Morgan. d**a bidangnya tampak naik turun akibat deru nafas memburu. "Ini buktinya!" Axel mengangkat secarik kertas di tangannya. "Gabriel meninggalkan ini untuk kita semua." Morgan terdiam. Axel melarikan pandangan menatap ke arah Morgan, pria yang hampir saja menjadi ayah mertuanya. "Dan saya beserta keluarga sangat dirugikan atas tindakan Gabriel ini. Saya dipermalukan disini, dan … tentunya semua ini harus ada timbal baliknya!" ujar Axel melanjutkan. Morgan lantas mengerutkan kening. "Apa maksudmu?" Sebelum menjawab pertanyaan Morgan, Axel melirik sejenak ke arah gadis cantik yang sedang berdiri di ujung sana. Dia adalah Clarissa Leanna Blaxton. "Saya menginginkan Clarissa sebagai gantinya!" pungkas Axel. Lagi-lagi mereka semua kembali membelalak kedua mata. Bukan hanya keluarga besar Blaxton yang terkejut atas keinginan Axel, tetapi juga keluarga Addison. "Axel…! Tidak perlu seperti ini." hardik Charles pada sang putra. "Aku tidak akan mengabulkan permintaanmu." tolak Morgan. Axel terkekeh pelan. Ia hendak membuka suara membalas ucapan pria itu, namun urung saat tiba-tiba Clarissa membuka suara. "Tidak mengapa. Aku bersedia menggantikan posisi Caroline." putus gadis itu. Clarissa menoleh ke samping kanan dan melihat sang kakak Lucas menatap tajam padanya. Namun Clarissa tidak ingin peduli. Clarissa mengalah dan rela berkorban demi kebahagiaan adik kembarnya, Caroline. Adiknya sudah dibawa pergi oleh Gabriel, pria yang mencintai Caroline dengan tulus. _¤_ Sedangkan di tempat lain… Gabriel melangkah lebar sambil menggendong gadisnya naik ke atas sebuah helikopter yang telah disediakan untuknya. Setelahnya, helikopter itu lekas diterbangkan oleh sang pengemudi dan tujuan mereka adalah Airport. Yah, orang yang telah menculik Caroline, lebih tepatnya membawa kabur gadis itu saat hendak melakukan pemberkatan pernikahan, adalah Gabriel. Gabriel sangat sadar jika tindakannya ini akan membuat Caroline sangat marah padanya, atau mungkin Morgan akan murka. Belum lagi kekecewaan keluarganya lain. Namun apalah arti dari itu semua daripada Gabriel harus kehilangan gadisnya dan merelakannya bersama pria lain. Tidak. Gabriel tidak akan sanggup membayangkan Caroline akan menghabiskan sisa hidupnya bersama pria lain. Ia tidak akan rela. Caroline hanya boleh bersamanya. Maka dari itu, Gabriel sampai nekad seperti ini. Entah apa rencananya setelah ini terhadap Caroline. °°° Menit berlalu… Tak membutuhkan waktu lama, Gabriel dan Caroline pun tiba di Airport. Setelah mengurus semuanya, Gabriel langsung membawa Caroline menuju privat Jet miliknya. Dan disinilah mereka saat ini. Diatas jet, tepatnya di dalam sebuah kamar pribadi milik Gabriel. Dan kebetulannya Caroline sudah sadar. Disana, Caroline berdiri di hadapan Gabriel sambil menatap nyalang dan kecewa pada pria itu. "Jangan menatapku seperti itu, Carol. Aku bukan musuhmu." ucap Gabriel. Caroline lantas mendengus kesal. "Kenapa kamu melakukan semua ini?!" tanya Caroline terdengar dingin. "Kamu tahu jawabannya." timpal Gabriel. "Tapi aku akan menikah, Kak! Kenapa kamu malah membawaku kabur seperti ini?! Kau menculikku! Dan sekarang, kamu mau bawa aku pergi kemana?!" pekik Caroline. Gabriel diam sambil menatap lekat wajah cantik Caroline. "Kamu sadar tidak. Tindakanmu ini sudah membuat malu keluarga kita?! Dad pasti sangat marah sekarang. Kenapa kamu jadi nekad seperti ini?" timpa Caroline dengan nada bergetar di akhir kalimatnya. "Jawab aku, kenapa!" desaknya lagi. "Karena aku mencintaimu!" balas Gabriel mutlak. Deg! "Aku tidak peduli dengan mereka. Aku hanya peduli dengan milikku. Kau! Kau adalah milikku, Carol." Gabriel melangkah semakin dekat dan berhenti tepat di depan Caroline. Gabriel membawa sebelah tangan meraih pinggang ramping gadis itu hingga membuat jarak terkikis diantara mereka. Caroline reflek membawa kedua tangan menahan d**a bidang Gabriel. Ia menengadahkan wajah menatap gugup wajah tampan itu. Ini adalah kali pertama Gabriel memperlakukan dirinya seperti ini. Perlakuan ini jelas adalah perlakuan seorang pria terhadap wanita, bukan perlakuan seorang kakak terhadap adiknya. "Seumur hidupku, sedari aku kecil, aku tidak pernah mengecewakan Dad Morgan sedikitpun. Aku selalu menuruti semua yang dia katakan dan perintahkan. Tapi untuk kali ini, maaf, aku tidak bisa, Carol." ucap Gabriel. Caroline terdiam tetap pada posisinya. Sedangkan Gabriel kembali melanjutkan. "Aku sudah meminta dengan cara baik-baik, tapi Dad menolakku. Aku tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan ini. Maaf." "Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang sama aku?" tanya Caroline akhirnya membuka suara. "Menikahimu." jawab Gabriel tanpa ragu. Deg! Caroline menelan saliva susah payah. "Aku akan menikahimu segera." ulang Gabriel sekali lagi sehingga lantas membuat telinga Caroline seperti berdengung. Kemudian Gabriel mendekat dan memiringkan wajahnya, lalu mengecup basah telinga kanan Caroline sehingga membuat sang empu reflek memejamkan mata. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD