Chapter 9

1493 Words
(Perhatian, Bab ini tidak ada maksud untuk SARA atau melecehkan agama manapun, jika ada pembaca yang tersinggung dan tidak menyenangkan, mohon berkomentar agar saya perbaiki, mohon kritik dan saran dari para pembaca, terima kasih.) Shen Mujin keluar dari dalam ruang kerjanya setelah jam delapan malam. Dia terlihat manggut - manggut seperti telah mendapatkan pencerahan. Lu Yang mengekori dari belakang. Kaki Lu Yang hampir patah karena berdiri seharian menatap dan menunggu sang bos berselancar di Baidu.  "Penerjemah yang aku suruh untuk terima dia bekerja lagi, di mana?" tanya Shen Mujin menaiki lift eksekutif hanya miliknya seorang. "Sudah menunggu di depan mobil Anda dari dua jam yang lalu, Bos," jawab Lu Yang.  "Sudah kamu berikan daftar pertanyaan yang aku berikan padamu ke dia?" tanya Shen Mujin lagi. "Sudah, Bos," jawab Lu Yang. "Mana jawaban dari pertanyaanku?"  "...." Lu Yang berkedip - kedip. Jawaban pertanyaan dari bos nya … dia tak merangkumnya! Bos tak bilang jika dia ingin jawaban di kertas! Buddha! Tolong aku! Aku akan ke kuil malam ini! Batin Lu Yang berteriak. "Bos, kupikir sebaiknya jawaban dari pertanyaan Bos itu dijawab dan dijelaskan langsung oleh penerjemah itu, berjaga saja jika ada pertanyaan dari jawaban yang dia berikan, penerjemah itu bisa menjawab, atau mungkin Bos belum mengerti sesuatu, dia bisa menjelaskan," ujar Lu Yang. "Jadi menurutmu aku bodoh karena tak dapat mengerti penjelasannya?" "!!!" Jika ini adalah tangga, Lu Yang lebih baik memilih berselancar di gagang tangga. Namun, ini lift!  Dia ingin membuka paksa pintu lift lalu lari.  "Bos, jangan salah paham. Maksudku, jika Anda punya pertanyaan seputar kebiasaan yang dilakukan oleh orang Indonesia secara langsung ke orang yang lahir di Indonesia, Anda bisa bertanya pada penerjemah itu," ujar Lu Yang. Shen Mujin hanya melirik ke arah Lu Yang.  Pintu lift terbuka, Shen Mujin keluar dari dalam lift diekori Lu Yang yang berkeringat bagaikan selesai olahraga. Olahraga jantung, Lu Yang spot jantung! Satu bos dan satu asisten pribadi memasuki mobil. "Mana penerjemahnya?" tanya Shen Mujin ketika berada di dalam mobil. Pria itu menaikan sebelah alisnya. Lu Yang yang duduk di jok penumpang depan menoleh ke arah Bos di belakang.  "Bos, penerjemah itu di mobil belakang," jawab Lu Yang. "Kenapa tidak masuk ke dalam mobil ini?" kening Shen Mujin berkerut. Nenek moyangku bos besar Shen. Apakah anda sendiri lupa bahwa anda tak pernah sudi duduk bersamaan dengan orang lain di dalam mobil? Batin Lu Yang. "Tidak ada tempat duduk yang tersedia, Bos," jawab Lu Yang. "Kenapa tidak duduk di depan saja?"  "Lalu saya akan duduk di mana, Bos?" "Di luar." "...." °°° "Berdasarkan yang saya ketahui dari Indonesia, tempat kelahiran saya, ada banyak sekali fakta dan keunikan, diantaranya yang sudah saya rangkum. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, sekitar tujuh belas ribu pulau ada di Indonesia, diantaranya ada enam pulau besar di sana," Johni – penerjemah itu mulai menjawab pertanyaan - pertanyaan dari Shen Mujin. Shen Mujin mendengarkan. "Di Indonesia beragam suku bangsa, banyaknya suka di sana juga membuat banyak bahasa daerah di sana, seperti yang saya tahu, bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa, di sini layaknya bahasa Mandarin. Namun, keseharian mereka menggunakan bahasa melayu atau bahasa suku. Bahasa Indonesia digunakan di perkantoran dan acara resmi lainnya, atau seperti berbicara secara formal dengan orang yang baru kita kenal. Ada sekitar tujuh ratus lebih suku bangsa di Indonesia, bahasa daerah atau bahasa lokal sekitar lima ratus lebih." Lu Yang manggut - manggut. Banyak juga bahasa di sana. Unik. Batin Lu Yang. "Karena Indonesia memiliki banyak pulau, di sana juga merupakan negara perairan. Banyak pantai yang indah di sana, salah satu yang terkenal di pulau Bali." "Ah, Bali rupanya." Lu Yang manggut - manggut. "Baiklah, sekarang kit bahasa karakteristik masyarakat Indonesia," ujar Johni. Lu Yang mengangguk. "Negara Indonesia sangat menjunjung nilai gotong royong atau kebersamaan yang cukup tinggi. Masyarakat Indonesia memiliki nilai dan rasa kekeluargaan yang tinggi, sangat ramah pada orang." Lu Yang terus manggut - manggut. "Di Indonesia banyak sekali budaya dari daerah masing - masing, seperti tarian, lagu daerah, baju daerah, permainan tradisional, dan lain - lain." "Lalu mengenai makanan yang orang Indonesia makan, berdasarkan sensus penduduk memang Indonesia adalah negara dengan penganut Islam terbesar di dunia. Namun, bukan negara Islam. Makanan yang dimakan tentu saja halal, salah satunya tak mengandung babi. Mau itu daging atau lemak, atau kulit, umat muslim tak makan, karena itu dilarang dalam kitab suci umat Islam – Alquran. Seperti ini wujudnya." Johni menunjukan gambar Alquran di dalam laptop. Shen Mujin menatap gambar itu. Itu mirip dengan buku yang dibaca oleh Aini waktu itu. Sekarang dia tahu itu adalah kitab suci umat Islam. "Sebenarnya, makanan apa saja bisa dimakan oleh orang Islam yang penting makanan itu halal, tidak mengandung babi, tidak ada bangkai, tidak ada makanan atau daftar hewan yang diharamkan dalam agama Islam," ujar Johni. "Jadi, bukan hanya babi saja yang tidak bisa dimakan?" kening Shen Mujin berkerut. "Ya. Sebenarnya ada juga makanan haram untuk umat islam, seperti darah," jawab Johni. "Apakah sosis darah juga dilarang?" tiba - tiba Lu Yang bertanya ingin tahu. Ups! Asisten pribadi Shen Mujin itu menutup mulut. "Ya, sosis darah dilarang," jawab Johni. Aku sering makan itu, rasanya enak. Batin Lu Yang.  "Mengenai islam secara umum yang saya tahu, mereka menyembah Tuhan yang disebut Allah, pengikut nabi yang bernama Muhammad, kitab suci Al-Quran, tempat ibadah masjid, hari besar Idul Fitri dan Idul Adha." "Em, saya pikir sudah dijelaskan semua pertanyaan dari Tuan Shen. Apakah ada pertanyaan lain lagi?" tanya Johni ke Shen Mujin. "Bagaimana … prefensi pria yang disukai oleh wanita Indonesia?" "!??" Wajah Johni penuh tanda tanya. Jawaban untuk pertanyaan ini agak sedikit sulit. "Em, untuk prefensi pria yang disukai oleh wanita Indonesia itu cukup beragam, mengingat banyak kepribadian dan latar belakang yang berbeda - beda. Ada yang menyukai pria tampan yang sudah mapan, ada yang menyukai pria sederhana, ada yang menyukai pria pengusaha, pria pegawai negeri bahkan ada juga yang menyukai wajah pria em … sedikit ketampanannya," jawab Johni setelah berpikir. Jawaban yang dilontarkan oleh Johni belum menjawab rasa haus ingin tahu dari Shen Mujin.  Melihat wajah tidak puas dari bosnya, Johni cepat - cepat menjawab, "Banyak wanita Indonesia yang menikah dengan orang luar negeri, seperti orang Eropa, Amerika dan bahkan orang Asia Timur." Shen Mujin mengangguk puas dengan jawaban terakhir dari Johni. "Apakah ada pertanyaan lagi, Tuan Shen?" Johni tersenyum ramah. "Lalu … menurutmu, seperti apa prefensi pria yang disukai oleh nona Aini?" "!?!" Lu Yang berpikir pendengaran nya bermasalah, dia mengorek - ngorek lubang telinganya mengeluarkan kotoran telinga, siapa tahu saja ada kotoran yang bersarang tidur di dalam. Mata Johni berkedip - kedip bingung. Nona Aini. Siapa nona Aini? Dia tidak tahu siapa itu nona Aini yang dimaksud oleh Shen Mujin. Mata Johni melirik ke arah Lu Yang, dia meminta bantuan petunjuk. Namun, Lu Yang masih berusaha meyakinkan bahwa yang dia dengar itu adalah nama nona Aini. "Em … itu … siapa Nona Aini?" tanya Johni pelan. Shen Mujin menaikan sebelah alisnya, "Kamu tidak kenal siapa itu Nona Aini?"  Johni menggaruk kepalanya sambil mengangguk, "Saya kurang tahu, Tuan Shen," jawab Johni. "Nona Aini itu adalah seorang YouTuber dari Aini Care ASMR sekaligus relawan yang sangat baik hati," ujar Lu Yang ketika dia sadar bahwa pendengarannya sama sekali tidak bermasalah. "Sepertinya kita butuh penerjemah lain," ujar Shen Mujin. "Ah, Nona Aini yang baik hati itu! Tentu saja pria yang disukai oleh Nona Aini adalah pria yang baik hati, suka menolong, tidak sombong, penyabar dan penyayang!" jawab Johni cepat - cepat. Shen Mujin terlihat manggut - manggut. "Nona Aini adalah orang yang baik, gadis baik hati. Semua orang menyukainya, dia sangat taat agama, sering beribadah, membantu orang dan tidak pernah sombong serta berhati lembut," ujar Johni.  "Tuan Shen, apakah pertanyaan sudah selesai?" tanya Johni. Shen Mujin melihat untuk setengah menit ke arah Johni, dia melihat penampilan dan wujud asli Johni, rambut lurus cepak, mata sipit, kulit putih, hidung standar tak terlalu mancung dan tak terlalu pesek, bibir tipis, pipi gembul, badan agak montok, tinggi standar. "Kamu lahir di mana?" tanya Shen Mujin. "Saya lahir di Surabaya, Tuan Shen. Surabaya di Indonesia," jawab Johni antusias. Bos besar rupanya perhatian padanya hingga dia menanyakan tempat kelahirannya. "Kamu tahu banyak mengenai Indonesia, tahu banyak mengenai orang islam, apa yang disembah dan apa yang dilarang," ujar Shen Mujin. Johni tersenyum cerah, "Ya, saya tahu banyak mengenai Islam," sahut Johni. "Tadi kamu bilang orang Islam menyembah apa?" kening Shen Mujin berkerut ingin tahu. "Tuhan yang mereka sebut Allah," jawab Johni lancar tanpa hambatan. "Lalu kamu juga sama?" "Saya menyembah Yesus," jawab Johni. Kening Shen Mujin berkerut. Dia melirik ke arah Lu Yang.  "Bos, apakah Anda lupa? Saya menyembah Buddha," ujar Lu Yang. Mata Shen Mujin melirik ke arah Johni. "Apa kamu islam?" "???" wajah Johni penuh tanda tanya. Dia sudah mengatakan pada bos Shen bahwa dia menyembah Yesus, namun sang bos masih bertanya padanya. "Bos, saya Kristen," jawab Johni. "Apakah Islam dan Kristen itu berbeda di Indonesia?" kening Shen Mujin mengeriting, dia tak begitu paham urusan agama. "Ya, berbeda. Namun, kami hidup berdampingan tanpa adanya konflik, kami memiliki toleransi agama yang tinggi di Indonesia. Kami menghormati pemeluk dari masing-masing agama yang ada, bahkan tempat ibadah kami saling bersebelahan, namun tak ada masalah. Seperti saya yang beribadah setiap hari Minggu di Gereja dan teman saya Muslim yang beribadah lima kali sehari di Masjid. Di sana kami sudah seperti saudara, seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi gotong royong dan kekeluargaan, tidak masalah saya Kristen dan tidak masalah teman saya Muslim, kami saling sayang." Johni menjelaskan. Shen Mujin terlihat mencerna penjelasan dari Johni.  Menarik. Pikir Shen Mujin. °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD