Kebakaran

1202 Words
Suasana malam tampak lebih heboh daripada di siang hari. Hal ini terjadi agar tidak ada yang tidur saat shift malam berjalan. Apa jadinya jika petugas kebakaran tidur sedangkan ada insiden kebakaran yang terjadi, hal ini tentu saja sangat teledor sekali. Petugas kebakaran harus tetap terjaga untuk mengantisipasi adanya pemanggilan darurat. "Kopi, Pak?" tawar salah satu petugas kepada Pak Indra (Ayah Zia). Ia adalah Kino, petugas damkar yang berusia dua puluh tahun. "Lanjut," balas Pak Indra karena dua puluh menit yang lalu sudah menghabiskan secangkir kopi. "Harusnya Bapak tidak perlu menggantikan Rio." Kino sudah berada di samping Pak Indra. Pak Indra hanya tertawa kecil. Kino cukup dekat dengan Pak Indra karena dibalik ketegasan Pak Indra, ada rasa sayang dan perhatian yang tidak terduga. Buktinya Pak Indra mau menggantikan Rio dalam bertugas malam. "Ibu kamu gimana? Sudah sehat?" "Alhamdulillah, Pak." Mereka sibuk berbincang ringan, namun siapa sangka ada panggilan darurat yang menyuruh petugas kebakaran untuk bergerak cepat. "Kirim petugas damkar 002-" "Kirim petugas damkar 002" Pak Indra bergerak dengan cepat. Seisi ruangan langsung heboh untuk bergerak mengambil perlengkapan yang harus mereka bawa dan mereka gunakan. "Kebakaran terjadi di perusahaan Medica XXXA, jalan Dongli nomor 42." "Kirim pertugas damkar 002. Kebakaran terjadi di perusahaan Medica XXXA, jalan Dongli nomor 42." "Kirim tim damkar, penyelamat dan medis!" Panggilan darurat langsung membuat petugas damkar naik ke mobil yang sudah siap siaga. Pak Indra menjadi pemimpin dalam aksi pemadaman ini. Sudah lama rasanya ia ia tidak mendapat panggilan di waktu dini hari seperti sekarang. "Cepat!" ujar Pak Indra agar anggota-anggotanya bisa bergerak dengan cepat. Walaupun lelah atau mengantuk, maka semua itu harus ditahan karena mereka memiliki tugas penting. "Mari kita selesaikan!" teriak Pak Indra semangat. "Siap!" jawab anggota dengan serentak. Suara sirine pemadam kebakaran langsung berbunyi. Satu persatu mobil pemadam kebakaran bergerak ke titik terjadinya kebakaran. Ada enam mobil yang bergerak untuk melakukan aksi pemadaman. Jalanan sunyi membuat mobil dapat melesat dengan cepat. Driver yang mengemudi mobil tentu saja sudah terlatih sehingga bisa membawa mobil dengan kecepatan tinggi. "Asapnya, Pak." Kino melihat asap ketika jarak mobil dengan titik api sudah dekat. Meskipun langit hanya dipenuhi bintang-bintang, tapi asap yang keluar dari gumpalan api terlihat dengan jelas. Pak Indra mengepalkan tangan. Ia harap tidak ada korban jiwa dalam kebakaran ini. Mobil polisi sudah berada di titik lokasi. Ketika mobil damkar datang, pihak polisi langsung mengarahkan ke tempat yang mudah untuk memadamkan api. Pak Indra melihat kobaran api yang meluap-luap. "Keluarkan selang air," ucapnya. "Baik, Pak!" Selang air langsung dikeluarkan. Gulungan selang diluncurkan agar bisa memberi akses untuk air keluar dengan mudah. Petugas medis siap siaga jika ada korban dalam kebakaran ini. "Nyalakan air!" Air langsung dinyalakan dengan memutar pengunci. "Semprotkan!" Air langsung mengarah ke kobaran api. Ada banyak selang yang menyemprot kobaran api. Bagaimanapun petugas harus bisa menaklukan api sebelum menyebar ke titik yang lain. "Ais, apinya terlalu besar." Pak Indra sedikit kesal dengan api yang terus membesar karena angin. Meskipun begitu petugas tetap berusaha memadamkan api. "Pak, lapor! Ada gudang penyimpanan aerosol di arah selatan. Jika itu meledak maka kita semua akan hancur." "Ha?" Petugas polisi kaget dengan laporan bawahannya. "Jaraknya?" "50 Meter, Pak." Polisi melaporkan kepada pimpinan petugas pemadam kebakaran jika ada gudang penyimpanan aerosol yang berjarak 50 meter dari titik api. Bagaimanapun mereka harus segera memadamkan api jika tidak ingin terjadinya ledakan besar. "Pak, angin terlalu kuat dan apinya berwarna merah gelap. Jika tidak bisa dijinakkan maka api akan sampai ke ruang penyimpanan aerosol." Lapor salah satu petugas kebakaran. "Kita harus menurunkan suhu dari dalam," ucap Pak Indra. "Biar saya yang masuk, Pak." Kino menawarkan diri. "Tidak tidak." Pak Indra tidak bisa membiarkan Kino masuk ke dalam walaupun menggunakan pakaian anti api sekalipun. Itu terlalu berbahaya, apalagi Kino belum terlalu lama menjadi petugas kebakaran. "Terlalu berbahaya dan asapnya sangat tebal," lanjut Pak Indra lagi. Pak Indra mencoba untuk memikirkan cara bagaimana menurunkan suhu dari dalam. Ia memberikan selang air kepada Kino. "Bapak mau kemana?" tanya Kino. "Mengeluarkan asap," jawab Pak Indra. "Bagaimana caranya, Pak?" tanya petugas damkar yang lain. "Singkirkan atap dan semprot air dari atas untuk membuang asap." "Itu terlalu berbahaya, Pak." Kini Kino yang tidak setuju dengan rencana Pak Indra. "Saya hanya perlu berhati-hati." "Tapi Pak-" "Saya sudah bekerja belasan tahun, jadi kamu tidak perlu khawatir," potong Pak Indra lagi. Ia mulai melancarkan aksi dengan memanjat untuk mencapai atap. Alat untuk memotong atap sudah berada di punggungnya. Pak Indra bergerak dengan membawa 3 orang termasuk Kino agar lebih mudah untuk melancarkan aksinya. Asap tebak menemani aksi mereka. Pak Indra menginjak atap untuk memastikan bahwa atapnya masih kokoh untuk menahan mereka. Setelah itu, mereka memotong atap dengan alat agar bisa membuka atap untuk menyemprotkan air ke dalam melalui atap. Saat membuka atap, kondisi pijakan mereka sangat mengkhawatirkan. Bahkan mereka seperti akan terjatuh ke dalam. "Pak, lebih baik kita turun. Atapnya akan roboh." Kino tentu saja panik. "Lepaskan selang air terlebih dahulu," ujar Pak Indra. "Kalian turunlah," lanjut Pak Indra lagi. "Tidak, kami tidak akan turun tanpa Bapak." Kino tidak ingin meninggalkan Pak Indra sendiri. "Jangan membantah! kalian ingin atap ini roboh?“ Ketegasan Pak Indra kembali datang. “Ti-tidak, Pak.” “Turun!“ Pak Indra tidak punya banyak waktu sehingga berlaku tegas seperti sekarang. “Ta-tapi, Pak-“ Kino masih enggan untuk meninggalkan Pak Indra sendiri. “Saya bilang turun ya turun, jangan membantah!” Kino ditarik oleh rekannya untuk segera turun. Apalagi atap tidak bisa menahan mereka bertiga. Asap tebal belum menghilang, bahkan kadar oksigen menurun drastis. Pak Indra menyemprot air ke dalam kobaran api. Asap hitam pekat keluar, dan itu membuat matanya tidak jelas untuk melihat keadaan. Bunyi bangunan yang perlahan-lahan roboh terdengar. “Turun, Pak!” Kino berteriak kuat karena kondisi semakin tidak aman. Tidak hanya Kino bahkan rekan-rekan yang lain juga mengatakan hal yang sama. Pak Indra tidak nendengar dengan jelas, ia hanya fokus memadamkan api dari atas atap. Namun beberapa detik kemudian, ia merasa atap benar-benar akan roboh. Keseimbangannya pun mulai terganggu. Teriak-teriakan dari rekan seperjuangan terdengar dengan jelas. Tidak hanya dari rekan petugas damkar, namun orang-orang yang ada di sana juga berteriak. Jika Pak Indra tidak bisa memadamkan api maka semua akan hancur karena ledakan ruangan penyimpanan aerosol. Hal itu sangat menakutkan dan membuat trauma untuk orang-orang uang terkena dampaknya. Kino ingin menghentikan Pak Indra sekarang. Apalagi keadaan semakin tidak kondusif. “Kamu mau kemana?” “Kita tidak bisa hanya diam, atap akan roboh,” jawab Kino. “Ba-“ perkataan Kino terhenti saat atap dimana Pak Indra berpijak benar-benar roboh. Bahkan hal itu terjadi dalam hitungan detik. Semua mata tertuju ke sana. Mereka bahkan seperti patung saat menyaksikan Pak Indra yang terjatuh ke dalam kobaran api yang sangat besar. “Tidak…” teriak Kino dan rekan yang lain. Mereka berlari ingin masuk menyelamatkan Pak Indra yang terjatuh ke dalam kobaran tapi. Tapi dasyat dan panasnya api membuat mereka tidak bisa untuk masuk. “Cepat padamkan!” teriak yang lain. Mereka menyemprotkan kembali air ke dalam kobaran api. Saat terjatuh, Pak Indra masih sadar. Apalagi dia menggunakan pakaian yang tahan panas. Tapi tubuhnya terkena kayu yang berjatuhan dari atas sehingga Pak Indra tidak bisa bergerak sama sekali. Satu hal yang ia pikirkan saat itu, apa yang akan terjadi dengan Zia jika dia tidak ada di dunia ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD