When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Mama…”Pekik Ale senang. Mendapat senyum manis dari mamanya di depan sana, yang ternyata memberi kejutan untuk mereka, pulang sehari lebih cepat dari yang di janjikan. Yes! Tapi, sedetik, dua detik, dan di detik keempat, senyum lebar Ale lenyap, di saat Ale melihat mamanya yang menutup wajahnya cepat dan kasar di depan sana, lalu mamanya dalam waktu seperkian detik berlari keluar rumah tanpa alas kaki. “Mama kamu yang barusan lari, Ale?”Tanya Elang susah payah, sambil menelan ludahnya kasar, dan jantung Elang di dalam sana, rasanya ingin meledak, Elang juga dalam waktu seperkian detik sudah keringatan, Elang merasa panas. Elang merasa gerah, melihat kedua paha montok, putih bersih dan p****t serta pinggul seorang perempuan yang tidak sempat Elang lihat wajahnya, karena perempuan yang A