Chapter 3

1701 Words
Malam menunjukkan warna gelapnya. Suara serangga malam terdengar seperti musik yang menghiasi.     Hidup jauh dari keramaian kota membuat Elizer berpikir. Untuk apa ibunya melakukan itu, yang ia tau ibunya pindah ke tempat jauh dari kota karna dirinya, dulu waktu usianya masih 10 tahun tanpa sengaja ia membuat pohon besar tumbang hanya karna ia tidak sengaja menabraknya gara-gara fokus pada layangan yang ia mainkan.     Sejak dua hari dari kejadian itu ibunya memutuskan untuk pindah dengan alasan rumah yang ia tempati ada hantunya. Karna El yang masih polos belum mengerti apa-apa hanya mengangguk mempercayai kata-kata ibunya.     El menghela nafasnya mengingat kejadian itu.      "Pangeran, kau di sini" Garl meloncat dan duduk di samping El.    "Kenapa kau kemari" tanya el tidak suka.      "Aku tau apa yang sedang kau pikirkan. Dan ku dengar kau tadi baru saja membebaskan dua orang yang terkurung di dalam cermin"     "Dari mana kau tau?"    "Aku sudah bilang jika aku lebih tau darimu dan Aku bisa membantumu untuk mencari jawaban dari mimpimu"      "Benarkah? Bagaimana mana caranya?"     "Pangeran tidak akan bisa mendapatkan jawabannya sekarang. Besok aku akan menunjukkan sesuatu yang baru untukmu. Jadi kuharap pangeran bersiap-siap karna ini bukan hal kecil"      "Oh begitu" jawab el ogah-ogahan.    "El! Kamu lihat kucing putih yang tadi pagi tidak" seru akesia.     Garl turun dari kursi lalu menoleh ke arah Elizer "Bersiaplah" kata garl sebelum pergi menghampiri akesia.     "Ah rupanya kau di sini kucing manis" Ucap akesia yang langsung mengangkat tubuh garl.     "Namanya garl, bu" sahut El dari tempatnya duduk.     "Garl? Eemm kurasa nama yang bagus" akesia tersenyum "oke kucing manis, sekarang aku akan memanggilmu Garl"      Garl mengeong sambil mengibaskan kepalanya lucu.     "Jika ibu tau makhluk apa sebenarnya yang ia gendong sekarang, mungkin ia akan berteriak takut" batin el.      El mengeluarkan mobilnya dari garasi namun belum sempat mobil itu benar-benar keluar dari tempatnya, El merasa ada yang aneh ia sudah menginjak gas tapi mobilnya tidak mau bergerak dari tempatnya.   El turun dari mobil untuk memeriksa masalah pada mobilnya dan apa yang ia dapat? Garl adalah dalang kenapa mobilnya tidak mau berjalan.     "Apa yang kau lakukan kucing jelek" sentak El.     "Pangeran sudah janji untuk pergi dengan ku hari ini" jawab Garl.      "Pergilah, aku tidak pernah menyetujui yang kau ucapkan. Jadi minggir dari sana atau mobilku akan membuatmu gepeng"       Garl berdiri berjalan mendekati El dan setelah ia sudah dekat Garl meloncat menyambar kunci yang di pegang El lalu membawanya.        "Hei mau kau kemanakan kunci mobilku" Seru El mengejar Garl dengan wajah kesal.      Garl berlari membawa kunci tadi ke kamar El.      Dengan nafas yang tersengal el akhirnya mendapatkan kucing nakal itu.      Tangannya yang menyangga di pintu membuat Garl menggigit kuncinya lagi. El dengan cepat menangkap Garl tapi kamarnya tiba-tiba berubah yang tadinya bercat putih yang di d******i warna hitam sekarang menjadi ruangan yang di dalamnya hanya di penuhi senjata kuno.       Seperti tersihir oleh waktu El sudah tidak perduli dengan kunci dan kucing yang membawanya. Matanya sibuk meneliti sekelilingnya apakah ia sedang bermimpi?       "Selamat datang di negri kegelapan pangeran" ucap seseorang yang entah kapan datangnya sudah berada di sampingnya.       "Ini aku Garl, jika di sini aku mampu mengendalikan kekuatan untuk merubah wujud sesuka yang ku mau. Jadi biasakan dirimu untuk itu"      "Apa kau sedang bercanda. Kau membawaku kemana dan tempat apa ini. Ini pasti hanya jebakan anak jaman sekarang. Pasti ada kamera di sekitar sini" Garl menupuk dahinya. Memang dunia manusia sangat tidak bisa dibandingkan dengan dunia kegelapan.       Tiba-tiba Garl mendengar suara seseorang yang berjalan ke arahnya wajahnya langsung panik saat melihat pakaian yang melekat di tubuh el. Pakaian jaman modern tidak di kenali di tempat ini.       "Pangeran. Ikut aku sebelum mereka mengetahui kita disini"     El yang tidak tau apa yang sedang terjadi hanya mengikuti kemana arah garl membawanya.       "Pakai ini" ucap garl yang tiba-tiba memberinya pakaian persis seperti dua orang yang berada di dalam cermin kemarin.      tanpa banyak protes El hanya menuruti apa yang garl katakan.    Setelah ia mengganti pakaiannya menjadi salah satu prajurit, garl mulai membawa EL keluar melewati jalan rahasia dari sana untuk melihat bagaimana keadaan di luar.    "Ini pemandangan terbaik pernah ku lihat"    Ucap El  Setelah sampai di puncak. El  mengagumi keindahan dari tempatnya berdiri. Bagaimana tidak, di antara semua tempat hanya satu yang di terangi oleh cahaya dan sekelilingnya yang ada hanya gelap seperti malam.          "Di tengah itu tempat apa?" tanya El.     "Sebuah benda pusaka yang siapapun tidak ada yang bisa menyentuhnya" jawab Garl.      "Oh. Mungkin suatu saat aku bisa memilikinya" ujar el seenaknya.      "Tapi sebelum pangeran sampai di sana, pangeran terlebih dahulu akan berhadapan dengan si penjaga benda pusaka. Dan selama ini belum ada yang bisa berhasil melawan si penjaga bahkan raja moris sekalipun"     El melirik garl "siapa itu raja moris?" "Orang jahat yang telah merebut kekuasaan keluargamu di tempat ini" "Benarkah? tapi aku masih belum bisa mempercayainya. Beberapa kali aku mengalami hal yang tidak wajar, mungkin kali ini hanya ilusiku saja" Garl terkekeh pelan “Raja moris adalah orang yang telah merebut kedudukan ayahmu di negeri phiones. Sekarang ini di singgasana yang seharusnya ayahmu tempati duduklah raja moris dengan kesombongannya, pangeran bisa lihat di bawah sana, rakyat negeri phiones di paksa untuk menjadi budaknya”.  EL mengepalkan tangannya merasa tidak suka mendengar kekuasaan raja moris yang di salah gunakan. “pangeran ikut aku” ajak garl. Sebuah tangga yang membentuk terowongan adalah pintu utama yang akan mereka masuki untuk menuju suatu tempat yang sepertinya terlihat sangat rahasia. “tempat apa lagi ini?” Tanya EL. Garl tidak menjawab ia hanya menyuruh el diam sampai ia tiba di tempat yang di tuju. Satu ruangan yang sangat tertutup menyerupai penjara berada di akhir terowongan yang ia jelajahi. “pangeran bisa lihat laki-laki itu” tunjuk garl, el mengarahkan penglihatannya kearah yang garl tunjuk. “dia ayahmu. Yang mulia raja YAZA “ el membulatkan matanya. “jangan mengada-ngada garl, dari mana kau tau dia ayahku” jawab el tidak percaya melihat seorang pria dengan ke dua tangan yang di rantai. “sudah aku bilang pangeran, aku lebih tau darimu. Yang mulia menginginkanmu untuk membebaskan rakyat phiones dari tindasan raja moris, untuk sekarang ini pangeran tidak bisa berbicara dengan yang mulia karna dia sedang di kelilingi kekuatan raja moris” el meremas tangannya. “jika dia benar ayahku kenapa ibu tidak memberi tahuku” “dia tidak ingin kau celaka pangeran” “jika orang yang ada di sana itu ayahku. Maka akan aku lakukan cara apapun untuk membebaskannya” janji el pada dirinya. Kemudian garl mengeluarkan benda bebentuk bola dari sakunya lalu ia lempar ke dinding samping el, muncullah sebuah pintu atau bola tadi bisa di sebut sebagai portal yang bisa membuatnya berpindah tempat dengan cepat. “sekarang kau mengajakku ke mana lagi?” garl hanya mengedikkan bahunya sambil menyuruh el masuk ke dalam portal. El menghela nafasnya kasar dengan malas ia pun memasuki portal, dalam sekejap el sudah kembali ke dalam kamarnya lengkap dengan pakaian yang sebelumnya ia pakai yang berbeda adalah garl yang kini berada di gendongan el dalam bentuk kucing putih. El mengedipkan matanya berkali-kali “tadi itu mimpi, kan?” garl mengigit jari el membuat el sadar kalau tadi itu nyata sampai ia tidak sengaja melemparkan garl ke lantai. “kau tidak harus mengigitku cuman memastikan apa yang ku ucapkan” protesnya, garl hanya mengeong lalu berjalan keluar dari kamar el dengan santainya. “dasar kucing siluman” geramnya lalu ia melihat arloji di tangan kirinya. Seakan waktu berjalan lambat el kembali di buat bingung. Bukannya jika di hitung ia dan garl tadi ada di negri apalah itu namanya sudah lebih dari satu jam tapi waktu di arlojinya menunjukkan waktu yang sama persis sebelum dirinya pergi ke negeri antah berantah yang di sebut phiones. Apa waktu di sana tidak berjalan? El memungut kunci mobilnya mengabaikan kejadian yang barusan ia alami demi waktu yang semakin habis untuk menuju kampusnya. “demi apapun kejadian tadi sulit di percaya” gumam el sambil mengendarai mobilnya. El menginjakkan kakinya di pelataran universitas yang ia tempati menuntut ilmu, aura gelap yang terpancar dari arahnya membuat siapapun akan menyingkir untuk memberikan akses el berjalan tanpa hambatan. Seakan universitas itu adalah miliknya setiap orang yang ia lalui pasti menyingkir dari hadapannya atau setidaknya melihat EL melewati mereka. El sudah biasa akan pandangan mereka terhadap dirinya seakan semua itu adalah santapannya setiap hari. Di hadapan el berjalan kini ada 2 remaja laki-laki yang menghalangi jalannya dengan senyum lebar seperti menyambut kedatangan seseorang yang sangat penting. EL mengerutkan dahi bukannya itu dua orang yang dari cermin kemarin. Kedua remaja itu menyingkir membiarkan el melewatinya kemudian mereka mengikuti el dari belakang layaknya seorang bodyguard. El menghentikan langkahnya berbalik dan menoleh menghadap kedua orang tadi. “jangan mengikutiku” ucapnya mengintimidasi. Kedua orang tadi hanya tersenyum menanggapinya. “kami sudah berjanji untuk setia menjadi bawahanmu” jawab salah satunya. “kemarin kami belum memberitahukan nama kami sekarang perkenalkan aku ADAN dan ini adikku AENDRA siap menerima perintahmu, pangeran” El melihat kanan kirinya memastikan tidak ada yang mendengar apa yang dua orang di depannya ini katakan. “jangan panggil aku pangeran atau mereka akan menganggapku sebagai orang pecinta Disney” ujar el tajam penuh penekanan. Kedua orang di depannya mengangguk. Adan dan aendra mengikuti kemanapun el pergi karna sekarang mereka juga salah satu mahasiwa di universitas yang sama dengan el tempati. El memasuki area perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam kemarin. Satu lagi fakta yang ia terima, gambar yang pernah ia lihat di dalam buku itu adalah foto yang sama persis dengan yang ia lihat di negri phiones. Awalnya el mengira itu hanya menurutnya karna bagaimana bisa manusia jaman sekarang mendapatkan foto itu, tapi semuanya sirna karna gambar di dalam foto itu benar-benar ada walaupun ia sangat penasaran siapa yang menciptakan buku itu. El kembali setelah mengembalikan buku tadi ke tempatnya tanpa sengaja ia bertubrukan dengan seorang gadis saat dirinya akan keluar hingga membuat buku-buku yang di bawa gadis itu jatuh kelantai. Tanpa banyak bicara el membantu memunguti buku yang terjatuh tadi lalu memberikan kepada si pemilik sambil mengatakan ucapan maaf. “maaf aku tidak sengaja” katanya datar lalu ia melenggang pergi di ikuti dua pengawal di belakangnya, siapa lagi kalau bukan ADAN dan AENDRA. Gadis itu melihat el berjalan melewatinya sampai el tidak terlihat karna berbelok arah, ia tersenyum entah karena apa lalu masuk ke dalam perpustakaan. _______ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD