Ancaman dari Clarisha

500 Words
Rani meminum milkshake yang dia pesan dan kembali membaca majalah yang berada di tangannya. Seorang wanita paruh baya terlihat masuk di dalam kafe itu. Matanya menyusuri sekitaran kafe, mencari seseorang. Mata hazel-nya tertumpu pada Rani yang sedang sibuk membaca. Wanita itu pun melangkah dengan angkuhnya menuju Rani. "Rani-san," ucapnya angkuh. Rani mendongak pada wanita yang memanggilnya. "Apa kau sudah lama menunggu?" tanya wanita itu lagi. "Tidak, tidak sama sekali, Clarisha Wynne." balas Rani sambil tersenyum sinis. Flashback on Hari minggu adalah hari yang paling menyenangkan bagi Rani karena dia bisa bersantai dan bersenang-senang. Dani? Abang kesayangannya Rani itu tengah berada di luar negeri mengurus pekerjaannya sebagai CEO perusahaan kakek mereka. Hendak membuat sarapan, ponselnya berdering. Rani mengkerutkan dahinya melihat nomor yang tak dikenalnya menelpon, kenapa nomor yang sangat privasi untuk Rani berkali-kali ditelpon oleh nomor yang tak dikenal? Perasaan dia tak memberikannya pada siapa-siapa. Tanpa berbasa-basi, gadis itu mengangkat telepon tersebut. "Halo," "Halo, apa ini benar dengan Rani-san?" Raut wajah Rani yang awalnya tenang tertekuk setelah mendengar suara yang dia kenal. "Dari mana kau dapat nomorku?" tanya Rani galak pada Clarisha yang kini tertawa angkuh di balik telepon. Sungguh saat ini dia mencekik Clarisha. "Kau tak perlu tahu, ada yang ingin kubicarakan denganmu temui aku di kafe, nanti akan kukirimkan alamatnya." Rani mendengu kesal saat tahu telepon dimatikan sepihak oleh Clarisha. "Dasar sialan penyihir keriput, mau apa dia sampai menghubungiku?!" gerutu Rani. Dia pun bersiap-siap menuju alamat yang diberikan padanya dan sekarang di sinilah dia bersama dengan Ibu Karma, Clarisha Wynne. Flashback off "Sekarang kau ingin apa dariku?" tanya Rani dengan pandangan tak suka. "Sopanlah sedikit gadis muda, aku ini lebih tua darimu." tegur Clarisha, Rani hanya memutar matanya bosan. "Ada hubungan apa kau dengan putraku?" "Tidak ada," "Lalu kenapa kau selalu bersamanya?" "Sherly yang memintaku tapi kadang-kadang kami bertemu tanpa sengaja." jawab Rani jujur. "Oh benarkah? Kau tidak mendekati Karma karena hartanya 'kan?" Mata Rani melebar mendengar tuduhan Clarisha. "Kenapa anda menuduh saya seperti itu?" Protesan Rani dibalas dengan senyuman sinis oleh Clarisha. "Itu mudah, penampilanmu sama seperti w************n di luar sana." cibir Clarisha. "Jaga bicara anda, Nyonya Wynne. Aku datang ke sini untuk berbicara denganmu baik-baik, tapi beginikah cara anda memperlakukanku?!" "Sudah sepantasnya untuk gadis sepertimu," amarah Rani makin memuncak, dia berusaha agar tak mencakar wajah Clarisha sekarang dan memilih untuk meremas kuat-kuat ujung bajunya. "Dengar ya Wynne-san, mungkin aku berpakaian tak sesuai dengan kriteriamu yang sangat tinggi itu tapi aku bukan tipe seperti yang kau pikirkan. Ingatlah kalau aku adalah cucu dari presiden Kazuha, Aku tak butuh uang, mengerti?!" Clarisha mendengus kesal. "Terserah apa katamu, aku peringatkan kau jangan pernah mendekati putraku lagi, jika tidak kau akan mendapatkan akibatnya." "Oh, jadi maksudmu aku datang ke sini hanya untuk kau ancam. Heh, silakan saja aku tak takut." Salah satu sudut bibir Clarisha terangkat mendengar perkataan Rani yang menurutnya percaya diri. "Ok, kalau begitu tunggu saja waktunya kau akan mendapat konsekuensinya, se-ce-patnya." ucap Clarisha dengan penuh penekanan. Wanita itu berdiri dan akhirnya pergi meninggalkan Rani yang menatapnya kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD