Pria Misterius

646 Words
"Tidak, aku tak mau Rani bekerja sama dengan p*****l itu!?" tegas Dani pada Ikabayashi. Ikabayashi membuang napas kasar begitu juga dengan Rani yang memijit pelipisnya karena tingkah kakaknya itu. Dia sangat keras kepala tidak mengijinkan Rani untuk bekerja sama dengan Karma, padahal kerja sama ini sangat dibutuhkan untuk kelancaran kerja sama mereka. "Ayolah Dani, ini demi perusahaan kita. Lagi pula insiden di lift itu hanya kesalahpahaman biasa." Rayuan Ikabayashi ditanggapi oleh Dani dengan pandangan tajam pada Ikabayashi. "Salah paham? Apa menindih adikku dan hampir merenggut kesucian bibirnya itu salah paham?!" Rani memutar matanya bosan, kapan masalah ini akan berakhir.  Dia sudah kelaparan sekarang, perutnya sejak dari tadi meraung-raung minta diisi tapi kedua pria yang dihadapannya ini hanya membuat masalahnya semakin pelik. "Hei Rani, kau mau kemana?" Rani berhenti dan menoleh pada Dani. "Mau ke resto, lapar." Dia kembali berjalan meninggalkan Dani yang memanggilnya sementara kakeknya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rani. Rani memakan makanan yang berada di hadapannya dengan lahap tanpa memperdulikan beberapa pelanggan yang menatapnya dengan tatapan aneh karena melihat gadis dengan napsu makan yang baik. Tapi Rani tak peduli. Pendengarannya kemudian terpusat pada suara gebrakan meja yang tak jauh darinya. "Pelayan macam apa ini? Kau sengaja ya menumpahkan jus itu padaku!?" bentak seorang wanita pada seorang pelayan. "Ma, maaf Nona. Sa, saya tak sengaja." balas pelayan itu sambil ketakutan. "Maaf, maaf lihat ini baju saya jadi kotor begini. Baju saya mahal tahu!?" Rani membuang napas pendek mendengar bentakan itu. 'Dasar orang kaya,' cibir Rani sambil terus melahap makanannya. "Pokoknya saya tak mau tahu, kau harus membayar ganti rugi atau saya akan panggil manajer di sini supaya kamu dipecat," ancaman si wanita membuat pelayan itu gemetaran. Dia tak mau dipecat dari pekerjaannya. Dia juga tak mempunyai uang untuk membayar ganti ruginya. "Ma, maafkan saya Nona. Saya tidak punya uang untuk mengganti rugi baju Nona tapi beri saya waktu untuk..." "Ah, kalau aku bilang sekarang ya sekarang kau ini dengar tidak?!" Lengan si pelayan dicengkram kuat oleh wanita membuat si pelayan merintih kesakitan. "Aww," ringisan itu bukan keluar dari mulut si pelayan melainkan mulut si wanita yang membentak si pelayan. Matanya yang tertuju pada pelayannya beralih pada Rani yang sudah berada di sampingnya. Tangan yang mencengkram lengan si pelayan terlepas dari genggaman karena cengkraman kuat dari Rani. Cengkraman Rani makin kuat membuat si wanita mengaduh kesakitan dan memohon untuk dilepaskan. Tapi Rani hanya mengangkat sudut bibirnya sebelum akhirnya suara berat memintanya untuk melepaskan sang wanita, Rani menoleh. Seorang pria jangkung nampak menatapnya dengan pandangan mengintimidasi. Tapi dia tak pernah takut dengan tatapan itu malahan dia menghadiahi senyuman sinis pada pria itu. Rani melepaskan cengkramannya. "Lain kali Om jagalah pacar Om agar dia tak membuka mulutnya yang besar itu. Dari tadi dia hampir membuat kegaduhan dengan mulutnya." kata Rani sambil menatap pada si wanita yang sudah berada di samping si pria. Masalah akhirnya selesai dan perutnya telah terisi. Setelah dia membayar, Rani akan pergi dari tempat ini. Hendak pergi, lengannya dicekal oleh seseorang. Rani berdecak kesal dan membalikkan tubuhnya. Dia mengkerutkan dahinya melihat si pria yang menatapnya dari tadi sedang menggenggam lengannya. "Siapa yang kau sebut sebagai kekasihku, wanita itu bukan kekasihku." kata si pria dengan datar. "Devian!?" Wanita yang awalnya memprotes langsung menutup mulutnya saat si pria yang dipanggil Devian itu menatapnya tajam. Devian kembali menatap Rani yang memalingkan wajahnya menangkap raut wajah ketakutan dari si wanita. Devian menyentuh dagu Rani dan memalingkan wajahnya agar menatapnya. "Siapa namamu?" Rani menautkan alisnya. "Rani," "Baiklah, Rani mulai hari ini kau adalah milikku." Rani yang terkejut segera menepis tangan Devian. "Apaan kau? Kita baru kenal dan kau langsung mengklaim bahwa aku adalah milikmu, kau gila. Dengar ya, tak ada yang bisa mengklaim aku termasuk kau, mengerti." Rani lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Devian yang masih menatapnya. 'Tidak ada yang menolakku termasuk kau Nona Rani. Akan kubuat kau bertekut lutut dihadapanku nantinya.' desis batin Devian sambil menampilkan senyum evil-nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD