Rhea 20

1972 Words
Drian mengelilingi motor Manda yang terparkir dengan cantik di depan rumahnya. Tidak salah lagi, ini motor memang punya juara tiga kelasnya Zaki. Saat Drian masuk ke dalam rumah, ia menemukan Rhea dan Manda yang sibuk dengan donat yang sedang diberi toping. Jika Drian tidak salah, mungkin mereka berdua sudah cukup lama menghabiskan waktu berdua sampai sempat membuat donat kesukaannya Manda. “Eh sudah pulang,” goda Rhea pada Drian yang berdiri canggung di ambang pintu. “Langsung mandi biar bisa cepat makan sama kita.” “Sama.. kita?” ulang Drian ragu. “Iya, sama Manda. Makanya jangan lama-lama,” ucap Rhea memberikan apa yang Drian inginkan. Dan Rhea tidak bisa berhenti menganggap reaksi yang Drian tunjukkan saat ini menggemaskan. Sedangkan di sisi lain, Drian tidak mengerti kenapa Manda bisa ada di rumahnya. Tentu saja hal ini ada hubungannya dengan bekal pagi ini. Tapi kenapa? Kenapa bekal bisa membuat Manda berubah pikiran dan tidak dengannya? Atau karena bekal itu dari Rhea? Nah.. “Rhea,” ucap Drian sebelum membuka atasan seragamnya dan melempar asal ke atas ranjang. “Kalau tau Manda bertekuk lututnya sama Rhea, dari kemaren-kemaren kali gue minta Rhea ngomong sama dia,” ucapnya sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi. Dan mandi sudah pasti tidak akan berlangsung dalam waktu lama karena ada tamu yang tidak diundang di rumahnya. Tamu yang meskipun tidak diundang, tapi keberadaannya sangat Drian sukai. Beberapa menit kemudian Drian sudah duduk di meja makan tepat di depan Manda sehingga ia bisa menatap juara tiga kelasnya Zaki dengan leluasa. Apakah kamu bertanya-tanya kenapa ia terus menyebut Manda dengan juara tiga kelasnya Zaki? Karena cowok ini enggan menyebut Manda sebagai mantannya. Alih-alih mantan, posisi juara tiga yang selalu Manda raih lebih membanggakan bagi Drian. “Kak, adek Kakak nih..” ucap Manda kesal karena ditatap dengan kedua mata dibuat menyipit seperti itu. Drian pasti sedang berpikir macam-macam. Semacam-macam Manda yang datang kemari karena ingin bertemu dengan cowok ini. Benar sih, tapi keinginan tersebut tidak terlalu dominan. Dan tatapan Drian saat ini membuat keadaan terlihat seperti kebalikannya. “Makan!” ucap Rhea sembari meletakkan piring berisi nasi hangat di depan Drian dengan agak kasar. ‘Lebay banget sumpah,’ bisik Rhea pada dirinya sendiri. Seakan lupa bahwa dirinya dulu lebih parah. Rhea selalu nyengir seperti orang bodoh di depan Drian padahal aslinya sudah bodooh. Selanjutnya Rhea juga mengambilkan nasi untuk tamunya. Jika Manda tidak datang khusus untuk dirinya, Rhea bersumpah ia tidak akan melakukan hal ini. “Nah, semua perhatian dialihkan ke aku,” ucapnya membuat pengumuman. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Rhea mulai mengatakan apa yang sebenarnya paling ia inginkan. “Manda udah tau kalo kejadian hari itu salah paham. Bahwa Drian cuma adik keras kepala yang susah banget dimintain tolong,” ucapnya sambil melirik Drian dengan tatapan malasnya. “Jadi, karena salah pahamnya sudah diluruskan, kalian sudah boleh pacaran lagi.” Dan Rhea benar-benar merasa tersinggung dengan tatapan yang sepasang remaja itu berikan padanya padahal ia hanya ingin menyelamatkan keduanya. Atau mungkin menyelamatkan Drian dari kehancuran dirinya sendiri. >>> “Rhea,” ucap Drian dengan kedua tangan meremas troli dengan geram. Ia tau bahwa dirinya harus maklum jika beberapa pria menganggap Rhea adalah adalah gadis yang boleh didekati. Pertama karena tidak ada cincin melingkar di jarinya dan kedua tentu saja penampilan Rhea lebih seperti bocah baru beranjak remaja alih-alih ibu satu anak meskipun ibu-ibu satu anak itu sedang menggendong putrinya sendiri. Tapi melihat Rhea selalu memberikan tanggapan benar-benar membuatnya kesal. Belum lagi penampilannya yang terlihat seperti artis. Sudah barang pasti semua mata teralih padanya. Dan bagaimana Drian tidak menyebutnya terlihat seperti artis kalau rambut Rhea tidak diwarnai dengan warna pink pastel sombre? Rhea tersenyum lebar pada remaja yang menghampirinya sebelum mendekati Om Drian yang tampak sudah siap mengomel. Rhea memastikan Ale yang tidur dengan kepala terkulai di bahu kanannya itu berjalan dengan tenang meskipun tatapan Om Drian berarti ‘Cepat kemari!’. “Masih lama ga, Om?” tanya gadis itu ketika berdiri di depan Drian. Tentu saja masih lama. Salah siapa yang mudah teralihkan perhatiannya sejak tadi? Drian sibuk memilih keperluan rumah eh Rhea selalu membuatnya mengulur waktu. Sempat-sempat pula Rhea Davina Russel nyasar karena melihat bocah yang makan jajanan seafood khas mall ini. Kurang lebih tiga puluh menit sebelum Alesha tertidur, keduanya malah berdiri di balik kaca KFC, menonton orang-orang makan. Kaya ga pernah dibelikan gitu loh. Gimana Drian tidak naik darah? Belum lagi tatapan orang-orang pada Rhea dan Ale, terlihat seperti anak dan istinya Adrian Russel adalah pengemis. Sebenarnya Rhea dan Ale bisa terus bersamanya jika saja Drian memegangi Rhea. Meskipun begitu Drian merasa adalah hal yang salah untuk menempatkan jemari Rhea di antara jemarinya. “Masih lama. Kamu pikir aku biasa beli-beli semua ini? Sekarang kamu-” Drian berniat menyuruh Rhea untuk mengambil stroller Ale di dalam mobil ketika seseorang menginterupsi. Sekarang Drian tau bahwa adalah hal yang salah membawa Rhea keluar rumah. “Maaf sebelumnya, adik Anda tertarik ga jadi K-pop idol?” tanya seorang wanita dengan binar pada matanya menatap penampilan Rhea dari atas sampai ke bawah. “Maaf sebelumnya karena saya sedikitpun tidak tertarik jika istri saya jadi tontonan seluruh umat!” “Oh, Maaf, saya kira adiknya. Permisi,” ucap orang tersebut berlalu. Meninggalkan Rhea dengan tatapan protes. Rhea memindahkan kepala Ale dari bahu kanannya yang mulai kebas ke bahu kiri. “Ih, aku mau tau. Kalo aku jadi artis K-pop aku bisa ketemu cowok pujaanku,” ucap Rhea yang belakangan memang selalu menonton drama korea. Rhea kecanduan dengan segala hal yang ada di zaman ini, yang tidak bisa ia temukan di zamannya. Drian bahkan harus mengisi saldo Go-pay nya sekali dua hari karena Rhea terus saja jajan. Dan tolong jangan lupakan darimana remaja satu ini bisa mendapatkan kostum-kostum anehnya itu. Tidak terhitung berapa kali Drian menerima paket COD milik Rhea. Rhea memberikan Ale pada Om Drian agar ia bisa mengambil stroller dari mobil yang ada di parkiran. Tapi ketika ia kembali, Om Drian sedang bersama dengan perempuan yang melihatnya, melihat Om Drian maksudnya, seperti Rhea menatap Lee Jong Suk dari balik layar TV. Berbinar gitu matanya ngeliat Om Drian. Padahal Om itu kalah jauh dari Lee Jong Suk. “Gimana sih?” ucap Rhea yang tidak suka melihatnya. Bukan. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Rhea tidak suka tatapan yang harusnya dipersembahkan pada Lee Jong Suk malah diberikan percuma pada Om Drian, Om-Om beranak satu. “Siapa nih?” Pertanyaan dengan nada ketus itu membuat Drian gelagapan. Seolah kembali tertangkap basah dengan Manda. “In- ini-” Ini Manda, Drian hampir mengenalkan Manda pada Rhea. Tapi kalau Drian berkata, ‘Ini, ‘kan, Manda, Rhe,’ tetap saja terdengar aneh. Bagaimana mungkin istrinya lupa dengan perempuan yang pernah ia pergoki dipeluk suaminya sendiri? Makanya Drian yang sejak awal mendapati Rhea yang satu ini dalam hidupnya, Rhea perawan maksudnya, langsung menyematkan jemarinya di antara jemari Rhea dan membawa istri kecilnya itu menjauh. “Duluan, Mand,” begitu ucapnya. Mengabaikan tatapan sedihnya Manda. Padahal saat melihat Manda beberapa saat yang lalu, ada banyak hal yang ingin pria itu tanyakan mengenai keadaan wanita itu. “Belanjaan sama stroller Ale mau ditinggal aja?” tanya Rhea sambil melirik pada benda yang susah payah ia ambil dan belanjaan yang katanya susah payah Om Drian pilih. “Oh, iya, ya.” Rhea menyatukan kedua alisnya sambil menengadah melirik Om Drian yang lebih tinggi darinya. Ada apa dengan Om ini? Begitu pikir Rhea dalam hati. “Cewek tadi masih ada di sana?” Melirik ke belakang, Rhea tidak lagi menemukan cewek yang Om tanyakan. Rhea tidak mengerti apa yang terjadi tapi ketika Om Drian memintanya untuk membawa Ale ke tempat dimana ia ingin jajan, Rhea tidak ingin membantah. Ia bisa memesan apa pun selagi Om Drian membayar belanjaan mereka. >>> “Hihihi, besok-besok ajak lagi ya, Om,” ucap Rhea yang lebih dulu memasuki apartemen dengan Ale yang sudah bangun berada di gendongannya sedangkan Om Drian dibelakang sana kerepotan dengan semua belanjaan mereka juga barang-barang dan makanan-makanannya Rhea. Untuk urusan menggendong Ale, kamu tidak perlu lagi meragukan kemampuan Rhea. Remaja satu ini bahkan merasa seperti seorang pengasuh bersertifikat saking handalnya ia membantu Om Drian mengurusi Alesha. Begitu menurunkan Ale di depan tivi, Rhea berlari mendekati Om Drian yang menaruh semua belanjaan di atas meja makan. Pria itu terlihat kaget saat Rhea tiba-tiba berada di dekatnya. Seolah pikirannya tidak sedang bersama tubuh pria itu. “Ale boleh makan ini ga, ya?” tanya Rhea. “Kamu aja yang makan,” ucap Drian dan remaja itu kembali berlari mendekati Ale. Rhea memang sudah tidak punya alasan untuk tidak berdekatan dengan Alesha lagi. Pertama karena dia sudah tidak canggung dan yang paling penting adalah bahwa putri kesayangan Adrian Russel tidak pernah mengganggunya. Sementara Sian dan Giam yang tidak pernah meninggalkan Drian dan Rhea sejak keadaan menjadi kacau ikutan memperhatikan raut tegangnya Drian. Jujur saja Sian bersyukur karena Drian punya inisiatif untuk membawa Rhea menjauh dari orang yang mengenalnya. Karena kalau tidak, ia harus memohon pada Giam untuk memanipulasi pandangan wanita tadi seperti yang Giam sudah lakukan pada Bapaknya Rhea dan juga Papa mertuanya Rhea. Saat Drian membuka kulkas, Sian dan Giam disuguhi dengan pemandangan s**u kotak rasa stawberry yang berjejer rapi. Sudah seperti kantin pokoknya kulkas Drian. Kantin khusus Rhea Davina aja tapinya. Karena semua yang ada di dalam kulkas adalah makanan atau minuman kesukaan Rhea. Sekali lagi, Drian kembali kaget saat Rhea lagi-lagi sudah berada di dekatnya hanya untuk menyambar satu kotak s**u favoritnya sebelum kembali pada Ale. Belum sempat Drian memasukkan bahan makanan yang harus disimpan di dalam kulkas, bell apartemen kembali berbunyi. Dan Rhea kembali muncul. “Paket, Om,” ujarnya cengengesan. Tidak seperti biasa dimana Drian merasa perlu untuk mengomel, kali ini pria itu dengan diam mendekati pintu untuk membayarkan paketnya Rhea. “Kali ini apa Rhe?” tanya Drian mengulurkan paket tersebut kepada Rhea. “Baju.” “Kurang banget ya baju kamu, Rhe?” yang hanya dibalas dengan cengiran lebar Rhea. >>> Drian sudah menahan dirinya sejak tadi siang. Tapi hal tersebut membuat matanya tidak bisa dipejamkan. Pria itu bangkit dari sofa kemudian mengetuk pintu kamar Rhea. Iya, pintu kamar Rhea karena memang hanya gadis itu yang menempati kamar sejak beberapa bulan belakangan. Drian tau Rhea belum tidur. Rhea punya kebiasaan menonton video-video tik-tok sampai pukul tiga pagi. Yang tentu saja tidak ada yang bisa melarangnya karena dia beralasan tidak perlu bangun pagi untuk sekolah. Berbeda dengan saat terakhir di mana Rhea bahkan menggeser meja rias untuk menghalangi pintu sehingga tidak ada yang bisa membukanya dari luar, sekarang dia bahkan sudah tidak menguncinya lagi. Sudah terlalu percaya bahwa Om Drian tidak akan macam-macam padanya. Juga karena trauma, beberapa minggu yang lalu sempat terjadi gempa dengan kekuatan sedang di kota tersebut dan Rhea panik bahkan tidak bisa memasukkan kunci ke dalam celah yang ada di pintu. Membuat Drian semakin panik karena istri perawannya tidak bisa dievakuasi sementara semua orang mulai berkumpul ke rooftop. “Kan ga dikunci, Om,” ucap Rhea yang muncul dari balik pintu. “Tau. Ini namanya sopan santun. Masa masuk kamar anak gadis ga ada aba-aba.” “Om mau apa? Mau minta lotion atau mau pake masker korea aku?” “Kamu belum ngantuk, ‘kan, Rhe? Bisa bicara serius sebentar?” “Soal apa? Soal aku disuruh les yang kata Om Zaki bulan lalu?” tapi Rhea tidak mendapat sahutan karena Om Drian berbalik. Menuntunnya menuju meja makan. Rhea duduk di atas meja makan. Bukan di kursi tapi di meja makan. Sementara itu selagi ia memanjat meja makan, ternyata Om Drian membuka kulkas. Begitu Rhea sudah duduk dengan nyaman di atas meja, Om Drian mengulurkan sekotak s**u lagi padanya. “Soal Manda.” “Manda siapa?” tanya Rhea tanpa melepaskan sedotan s**u dari mulutnya. “Cewek yang kita temui tadi siang,” ucap Drian yang menumpukan sebelah tangannya beberapa senti meter dari tempat Rhea duduk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD