Belenggu-07

1069 Words
“Kau mengagetkanku,” Lizzie buru-buru mengambil ponselnya dari lantai. “aku sedang bicara dengan mama.” ujarnya menunjukkan layar ponsel pada Negan. Dimana Lizzie menamai Daryl dengan sebutan Mommy. Negan mengangguk tanpa menaruh curiga pada istrinya itu.“Aku baru saja dari kamar mama,” kata Negan, mengusap pipi Lizzie lembut. “mama setuju kita melakukan metode bayi tabung,”   Lizzie terkejut mendengarnya. “B-bayi tabung?” tanya Lizzie lirih.  “Iya, bagaimana menurutmu? Ayo ke kamar mama kita bicarakan di sana.” ajak Negan bersemangat menarik tangan Lizzie meninggalkan kamar.  “Negan … tunggu.” Lizzie berhenti di depan pintu kamar ibu mertuanya. “sebelumnya kita belum serius membicarakan ini.” ujar Lizzie. “Justru itu, malam ini kita bicarakan dengan mama.” Tanpa bisa menolak Lizzie akhirnya mengikuti Negan masuk ke dalam kamar ibunya. Negan menarik kursi meja rias untuknya sementara istrinya ia minta duduk di sofa bersama ibunya.  “Seperti yang sudah aku sampaikan tadi. Aku dan Lizzie berniat untuk melakukan metode bayi tabung, mama setuju kan dengan rencana itu?” Negan bertanya memulai obrolan.  Nyonya Materson melihat menantu di sampingnya. Memperhatikan wajah menantunya itu. “Mama pasti mendukung rencana baik kalian. Bagaimana denganmu Lizzie? Kau yakin dengan rencana ini?” lembut nyonya Materson bertanya.  Lizzie tersenyum singkat lalu beralih melihat suaminya. Pria itu menanti jawabannya.  “Tentu setuju mama. Ini rencana baik, aku ingin memberikan mama seorang cucu dan penerus untuk keluarga ini,” balas Lizzie setuju.  Negan bahagia mendengarnya begitupun dengan Nyonya Materson.”besok aku akan hubungi dokter dan meminta jadwal konsultasi,” ujar Lizzie. “Baiklah,” Negan setuju. “Jangan minum alkohol lagi, mengerti?” tegur nyonya Materson.  “Baik, Ma.” balas Lizzie menganggukkan kepalanya. Ia tampak sangat patuh mendengar ibu mertuanya.  Di tempat lain Daryl masih menunggu Lizzie menghubunginya. Daryl duduk di beranda kamarnya, menggenggam erat ponsel di tangannya. Daryl ingin menelpon akan tetapi, ada kesepakatan dalam hubungan mereka bahwa hanya Lizzie yang boleh menelponnya. Lantas Daryl memutuskan mengirim pesan untuk wanita itu.  [Temui aku besok.] ketiknya kemudian menekan send. Daryl membawa langkah masuk ke dalam kamar. Menjatuhkan tubuhnya di ranjang besar itu. Kesepian memeluk dirinya dalam kamar yang sangat hening itu. Dunianya hampa tanpa Lizzie. Daryl membawakan sarapan untuk Enid. Meletakkan di atas meja. Ia melihat gadis itu mengabaikan kehadirannya di kamar itu.  *** “Selamat pagi,” sapa Daryl.  “Pagi, aku sangat bosan di ruangan ini. Bolehkan aku minta satu hal?” Enid mendongak si jangkung di hadapannya.  “Katakan?”  “Izinkan aku berkeliling rumahmu.”  “Itu ide buruk. Makan sarapanmu dan silakan puasa selama tiga. Sore jadwalku kosong di rumah sakit.Kita boleh melanjutkan pemeriksaan yang tertunda kemari.”ujar Daryl.  “Saranku untuk menjadi ibu pengganti tidak diterima, Tuan?” tanya Enid.  “Tidak.”  Enid menghela nafas panjang, rona wajahnya berubah pucat memperhatikan Daryl meninggalkan kamar itu. Enid melihat sarapan di atas baki. Segelas s**u dan lembaran roti yang dipanggang dengan keju. Enid mengambil baki dan meletakkan di pangkuannya. Menusuk roti dengan garpu kemudian menyuapkan ke mulutnya. Enid memperhatikan garpu di tangannya lalu memperhatikan ke arah pintu kamar.  “Apa ini bisa?” tanya Enid dalam hati. Enid meletakkan baki dan turun dari tempat tidur. Enid berjalan menuju pintu. Menekan handle, ia melotot karena pintu tersebut ternyata tidak terkunci seperti biasanya. Tak ingin buru-buru keluar dari kamar itu. Enid menutup kembali pintu lalu kembali ke atas ranjang. Melanjutkan sarapan sembari mengawasi pintu kali-kali Daryl kembali dan mengunci pintu seperti biasanya.  Daryl mengawasi Enid dari layar ponselnya. Cctv di rumahnya terkoneksi pada ponselnya. Ia melihat Enid keluar dari kamar dengan langkah mengendap-endap, sementara kedua mata gadis itu mengawasi sekitarnya. Daryl memang sengaja tidak mengunci kamar Enid seperti biasa. Ia mengizinkan Enid berkeliling di rumahnya. Ponsel Daryl berdering, Lizzie menelponnya dan seperti biasa Daryl selalu bersemangat menerima panggilan itu.  “Lizzie?”  “Daryl aku ke rumahmu sekarang,” kata Lizzie.  “Aku sedang menuju rumah sakit Lizzie.”  “Ada hal penting harus kita bicarakan,” sahut Lizzie di ujung telepon.  “Baiklah, kita bisa bertemu di rumah sakit,”  “Tempat privasi.”  “Oke aku tunggu.” Lizzie memutus sambungan telepon.  Daryl memacu kecepatan mobilnya menuju tempat mereka bertemu. Sebuah restoran milik Daryl yang berdiri di antara gedung-gedung pencakar langit di pusat kota. Setibanya disana, pegawai yang berjaga di depan pintu restoran itu menyambut dengan hormat dan sigap membuka pintu untuk sang Tuan. Katni sebagai manager di restoran melihat kedatangan Daryl lantas ia mengejar langkah pria itu.  “Tuan, Daryl,” sapanya berusaha menyamai langkah panjang Daryl.  “Lizzie sudah tiba?”  “Sudah Tuan dan ada di ruang kerja tuan Daryl.”  “Baiklah kau boleh kembali bekerja,”  “Baik Tuan,”  Langkah Daryl akhirnya tiba di depan ruang kerjanya. Ia membuka pintu dan mendorongnya masuk. Di meja kerjanya Lizzie duduk menunggunya dengan raut wajah marah. “Hai kau sudah lama?” sapa Daryl menghampiri Lizzie. “Negan menyarankan kami melakukan metode bayi tabung, Daryl.” sahut Lizzie langsung pada topik pembicaraan mereka tanpa berbasa-basi.  Daryl mengembuskan nafas panjang, “dan kau terus saja mengulur waktu untuk mendapatkan rahim itu.”ucap Lizzie sinis.  “Aku tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan cara terburu-buru, Lizzie. Harus penuh perhitungan.” ujar Daryl memberikan alasan.  “Aku semakin jatuh ke dalam bahaya,” Lizzie menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, sementara tubuhnya bergetar menangis. "dan kau sama sekali tidak dapat aku andalkan menolongku." gumam Lizzie. “Hei …,” Daryl mendekat, menarik tangan Lizzie untuk membuat wanita itu berdiri tetapi, Lizzie menolak dengan mendorong Daryl menjauh darinya.  “Semua masalah ini ada karena kau Daryl!” Teriak Lizzie menyalahkan pria itu.  Daryl menarik Lizzie untuk berdiri. “hari ini akan kupastikan kalau rahim gadis itu akan jadi milikmu." ucap Daryl.  “Kau banyak membuang waktumu. Aku tidak sanggup lagi menutupi semua ini Daryl. Aku tidak mampu untuk berbohong terus menerus, menutup mulut orang-orang yang mengetahui aibku.” ujar Lizzie.  Daryl menariknya untuk berdiri lala menguatkan wanita itu lewat pelukannya. “Sorry Lizzie.” bisik Daryl, mengecup puncak kepala Lizzie. “Untuk sementara kau ikuti saran Negan. Aku akan telepon dokter Samatha membantumu.” “Aku lelah Daryl terus menerus berbohong,” Daryl melepas pelukannya dan menatap lekat wajah Lizzie. “Kau bisa meninggalkannya,” ucap Daryl.  “Belum saatnya,”  “Lizzie,”  “Aku belum mendapatkan semua yang aku inginkan Daryl. Hamil dan melahirkan hanya itu cara untuk menguasai Materson."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD