Calvin pulang setelah mandi, dia tidak terlalu lama mandi karena menyadari dimana dia berada saat ini, tapi setidaknya cukup untuk melepaskan sesuatu yang menggelegak dalam tubuhnya, dan meronta ingin di lepaskan.
Sial, dalam sejarah petualangannya terhadap wanita, baru pertama kalinya Calvin main solo, itu pun karena gadis hutan bernama Sumarni.
Calvin ingin menolak, tapi sialnya saat Calvin membayangkan wanita lain dia tak bisa selesai, barulah saat dia membayangkan Sumarni prosesnya berjalan dengan cepat. Calvin bahkan menyebut nama Sumarni saat dia meledak.
Doble s**t.
Ini memalukan.
Calvin tiba di gubuk dan melihat Sumarni sedang menyiapkan ubi rebus untuk makan malam, punggung Sumarni menunduk meniriskan ubi dan meletakkannya di atas piring, rambut Sumarni masih basah dan ada beberapa air menetes membasahi kaos longgar yang dia kenakan, mengingat itu Calvin kembali terbayang saat tubuh basah Sumarni tercetak di balik kain mandinya.
Astaga!
Calvin mengeluh dalam hati, hingga Sumarni menolah Calvin merasa salah tingkah, bagaimana bisa dia berpikiran m***m di saat seperti ini.
"Mister kau sudah kembali?"
"Hm, kalau bukan aku memang siapa?" sudah jelas Calvin berdiri tegap disini, dan Sumarni masih bertanya.
"Tidak, hanya saja disini tempatnya para jin hidup bebas, aku hanya takut ini bukan kau yang asli, dan jin yang sedang menyerupaimu."
Calvin membelalakan matanya, lalu melompat mendekati Sumarni.
"Benarkah ada yang seperti itu?" Sumarni mengangguk tanpa ragu.
"Jadi, jangan terlalu percaya pada sosok manusia, meskipun itu aku."
"Apa?" Calvin sedikit menjauh dari Sumarni, takut wanita itu juga bukan manusia.
"Maka dari itu, orang yang masuk hutan dilarang bicara sembarangan, berpikiran kotor, atau mengumpat."
Calvin tertegun, dia baru saja melakukan ketiganya "Jika begitu apa yang akan terjadi?"
"Orang itu bisa tersesat da tak pernah kembali, kau pernah lihat berita tentang pendaki gunung yang hilang bahkan tak di temukan mayatnya sekalipun? mereka sebenarnya bukan hanya sekedar tersesat, tapi disembunyikan jin." Calvin jadi teringat saat dia berputar- putar di tempat yang sama di hutan larangan dan tak bisa keluar, apa karena hatinya yang kotor dan terus memaki Roxy?
"I- itu kan di gunung." Calvin merasakan bulu kuduknya merinding, meski begitu dia mencoba untuk menyangkal.
"Hal seperti itu ada dimana pun, mister. Mereka suka tinggal di tempat seperti gunung, hutan, sungai, pulau terpencil dan sejenisnya, bahkan ada yang memang sengaja membuang Jin ke tempat- tempat seperti itu."
Calvin mengerjapkan matanya. "Baiklah, Mister duduklah nikmati ubi rebusnya, kau pasti lapar karena sudah mengambil air." Sumarni duduk di papahan kayu dan mulai menikmati ubinya.
Calvin menyusul dan duduk di sebelah Sumarni "Kenapa kau mau tetap disini?" tanya Calvin, apa Sumarni tidak takut dengan hal- hal seperti itu. Calvin bahkan takut jika ada hewan buas disini, tapi Sumarni tinggal degan tenang.
"Sudah ku bilang, karena keadaan. Bisa di bilang ini juga sebuah hukuman, jadi aku harus menjalaninya." Calvin menoleh dan mendapati tatapan Sumarni lurus ke dinding gubuk yang hitam, apa yang sedang gadis itu pikirkan?
Sumarni beranjak dan mengambil teko dari tanah liat, "Teh tawar hangat, sangat nikmat dengan ubi." Calvin tertegun saat Sumarni tersenyum, dan menuangkan teh ke dalam gelas di depannya.
Sumarni sudah kembali duduk, sementara Calvin masih terpaku pada wajah Sumarni yang kembali seperti semula, apa dia bermimpi, dia baru saja melihat sumarni tersenyum.
Senyum yang cantik, bukan kekehan mengejek seperti sebelumnya, dan Calvin merasakan jantungnya berdebar.
Calvin ingin mengumpat, tapi tiba- tiba dia teringat, tidak boleh bicara sembarangan.
Jadi dia hanya bergumam "Ya, Tuhan."
Sumarni menoleh "Apa yang kau pikirkan?"
Calvin menggeleng "Aku berpikir bagaimana caranya aku bisa kembali."
"Kau, bisa. Asal memiliki keinginan yang kuat, melewati hutan larangan tak boleh sembarangan, dan harus berhati- hati. ingat apa yang aku katakan tadi." Calvin mengangguk.
"Boleh saja kau tidak percaya hal seperti itu, karena mungkin di negara asalmu tidak di temukan. Tapi, bukan berarti mereka tak ada."
Ya, Calvin memang menyangkal. Tapi, tidak ada salahnya dia percaya, lagipula hal yang baik, jika kita selalu mengingat Tuhan.
"Bagaimana kalau kau mengantarku? aku janji akan memberikan uang yang aku janjikan, kau bisa ikut aku pulang jika tidak percaya, dan aku akan memberikan uangku saat tiba di rumah nanti," Kata Calvin panjang lebar, dia berharap bisa meyakinkan Sumarni agar mau mengantarnya pulang, melewati hutan larangan tersebut.
Sumarni nampak berpikir "Baiklah, aku akan mengantar Mister, tapi, aku cuma bisa mengantarmu hingga menemukan sebuah desa, setelah itu Mister cari jalan pulang sendiri."
"Baik, setuju." Calvin mengulurkan tangannya, dan berjabat tangan dengan Sumarni.
"Sebelum itu, kita harus persiapkan perbekalan untuk di perjalanan nanti."
"Dan, Mister harus membantuku." tanpa ragu Calvin mengangguk, dengan senang hati akan dia lakukan apapun agar bisa kembali pulang.
***
Di pagi Hari Sumarni sudah bangun dan bersiap untuk menyiapkan perbekalan untuk melewati hutan larangan, Sumarni membangunkan Calvin untuk membantunya.
"Mister bangun." Sumarni mengguncang bahu Calvin. Namun, dahinya mengeryit saat mendengar Calvin mendesah sambil memejam.
"Ah, ya ..." gumaman itu membuat Sumarni semakin mengeryitkan dahi.
"Si Mister bermimpi?"
"Oh, Ah ..." lagi desahan Calvin terdengar, hingga Sumarni mengguncang bahu Calvin lebih keras.
"Mister, bangun!"
Calvin mengerjapkan matanya lalu membukanya dengan sempurna setelah menyadari jika di depannya ada Sumarni "Kau mengagetkan aku," katanya dengan wajah yang tiba- tiba merona.
Sial, dia bermimpi barusan?
Gara- gara melihat yang tidak seharusnya dia lihat, Calvin membawanya ke dalam mimpi, hingga dalam mimpinya dia bisa melihat tubuh Sumarni tanpa penghalang, dan sialnya lagi, dia yang sudah beberapa hari ini tidak melakukan olah raga malam, jadi bermimpi melakukannya dengan Sumarni.
Apa- apaan ini, bagaimana bisa dia bermimpi melakukan ena ena dengan Sumarni.
Gadis hutan yang bahkan dia tak mengetahui asal usulnya.
Mengingat itu Calvin segera merapatkan pahanya, pasalnya selangkangannya terasa basah "Aku harus mandi dulu," katanya dengan menunduk, benar- benar memalukan!
Sumarni mengeryit "Mandi? baiklah. setelah mandi susul aku untuk mencari bahan makanan untuk bekal kita di perjalanan."
Calvin mengangguk dan segera beranjak.
Setelah mandi Calvin menyusul Sumarni ke belakang gubuk, tak jauh dari sana Calvin melihat Sumarni sedang memanen kentang dan Ubi.
"Kau menanam semua ini?" Calvin melihat berbagai tanaman, seperti pisang, singkong, ubi, dan kentang, ada juga beberapa sayuran. Sumarni benar- benar memiliki perbekalan disana.
"Tidak semua, sebagian kakekku yang menanam."
Calvin mengangguk "Mengenai kakekmu, dimana dia sekarang?" gerakan tangan Sumarni terhenti, lalu tersenyum masam.
"Kakekku sudah tiada beberapa bulan lalu." Calvin tertegun.
"Sorry,"
Sumarni mengangguk "Tidak, masalah."
"Jadi kenapa kau masih disini? bukan kah kakekmu juga sudah tiada?"
"Sudah ku bilang kan, anggap saja ini hukuman," lirih Sumarni.
"Ayo mister, bantu aku untuk memanen ubi ini, sebagian akan kita bawa untuk perjalanan kita." Sumarni mengalihkan pembicaraan.
Calvin merasa aneh dengan Sumarni, hukuman apa yang dia maksud, dan hukuman apa yang dilakukan di hutan seperti ini? tapi, Calvin tidak peduli. fokusnya saat ini adalah untuk segera pulang dan kembali ke Amerika.
Mommy dan Daddynya pasti khawatir padanya.