BAB 11

966 Words
Pada malam harinya setelah selesai dengan pekerjaan rumah dan kembali dimarahi Aneu, Raya kini berkutat dengan buku-buku pelajaran yang belum sempat ia sentuh. Mengerjakan beberapa tugas yang belum sempat dikerjakan. Demi mempertahankan beasiswanya, Raya harus tetap giat belajar. Otaknya tidak berada di atas rata-rata sehingga Raya harus giat belajar. Raya bergantung pada beasiswa ini untuk pendidikannya. Raya berpikir jika kemungkinan ia tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti Diploma atau Sarjana. Raya hanya bergantung pada beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya. Aneu mengatakan jika beasiswa Raya dicabut, ia tidak akan membiayai pendidikan Raya. Katanya, pendidikan Dela sudah membuatnya keteteran apalagi sekarang Dela akan menghadapi ujian nasional dan akan segera mendaftar masuk perguruan tinggi. Raya tidak berharap banyak ia bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Baginya, hingga jenjang SMA saja sudah membuat Raya bersyukur. Setelah ayahnya meninggal, Raya tidak bisa bergantung pada siapa pun, apalagi Aneu. Raya sudah sangat berterima kasih kepada Aneu yang masih mengizinkannya tinggal di rumah ini. Raya tidak bisa menginginkan lebih dari ini. Raya sudah diberi tempat tinggal, makan dan uang jajan walau hanya setengah dari uang jajan Dela sudah membuat Raya bersyukur akan hidupnya sekarang. Setidaknya sekarang ada Zio di hidupnya, yang membuat hidupnya lebih berwarna. Raya merasakan hangatnya kasih sayang orangtuanya dari kasih sayang yang Zio berikan untuknya. Raya meletakan bolpoin yang dipakainya, gadis itu tersenyum tiba-tiba. Gadis itu meraih ponselnya yang tergeletak di samping buku paket. Membuka kunci dan langsung menghubungi Zio. "Halo, Kak Zio?" "Iya, Raya?" ucap Zio. "Zio, kamu mau ke mana, Zio? Mami belum selesai bicara kamu! Sini kamu dan temani Kelly di sini!" Terdengar teriakan dengan suara menjauh dari sebrang sana. Bisa Raya tebak jika itu suara ibunya Zio karena beliau menyebut dirinya mami. "Kak Zio?" panggil Raya. "Iya, Sayang." "Kakak nggak pa-pa?" "Nggak pa-pa. Kamu lagi ngapain?" "Itu tadi ada apa? Maminya Kak Zio marah sama Kak Zio?" tanya Raya penasaran, mengabaikan pertanyaan yang Zio lontarkan kepadanya. "Bukan apa-apa." Yang membuat Raya tambah penasaran ada seseorang bernama Kelly itu. Siapa dia dan dia pastinya perempuan. Tapi mengapa maminya Zio menyuruh Zio menemani orang bernama Kelly itu. "Aku ganggu ya?" "Nggak kok, Sayang. Aku malah barusan mau nelpon kamu," ujar Zio. "Tapi saudara Kak Zio lagi datang, pasti aku ganggu deh." "Hah? Maksudnya?" "Iya, saudara Kak Zio lagi dateng, ‘kan? Tadi maminya Kak Zio nyebut nama Kelly," ujar Raya dengan polos. "Ah itu, dia bukan siapa-siapa Kak Zio, Sayang." "Bukan siapa-siapa?" Zio bergumam. "Nanti aku jelasin sama kamu ya." Walaupun pernyataan Zio tidak berhasil menyingkirkan rasa penasarannya, Raya memilih bungkam sampai Zio menjelaskannya. Sebenarnya juga Raya tidak percaya jika perempuan bernama Kelly itu adalah sepupu Zio seperti yang dikatakannya. "Sudah malam, Raya. Kamu sebaiknya tidur." Raya mengerjapkan matanya. "Ah, iya." "Maaf besok aku nggak bisa jemput kamu. Aku ada meeting sama dewan direksi besok pagi," ujar Zio dengan nada terdengar menyesal. Raya tersenyum. "Nggak pa-pa, Kak, aku bisa naik angkot kok." Zio bergumam lagi. "Hati-hati ya, kalo udah sampai kirim pesan ke aku, mungkin nanti nggak aku bales tapi kai bakalan baca kok." "Iya, Kak." Beberapa saat kemudian Raya memutus sambungannya. Raya merasa ada yang aneh. Zio biasanya selalu merengek kepada Raya untuk jangan dulu tidur dan menemaninya mengobrol sampai larut malam, namun barusan Zio malam menyuruhnya untuk tidur, seakan pria itu akan atau sedang melakukan sesuatu yang mendesak. Apa mungkin, Raya terlalu negative thinking? *** "Zio, kamu melawan Mami, hah?" bentak Ely kepada putra semata wayangnya. Tidak peduli ada Kelly di sampingnya, wanita itu tetap memarahi Zio. Sedangkan Zio hanya diam sambil menatap Ely dengan malas. "Kamu bikin Kelly menunggu di restoran itu hampir tiga jam, Zio, apa yang kamu lakukan sih, hah?!" "Zio nggak pernah nyuruh dia buat nunggu aku," ucap Zio. "Zio!" "Udah, Tante, Kelly nggak pa-pa, kok." "Nggak pa-pa gimana, Kelly, ini sudah dua kali kamu menunggu," ucap Ely lalu ia kembali beralih menatap Zio. "Kamu kemana aja seharian, hah? Kamu nggak bersama Vino, ‘kan?" "Mami mau sampai kapan sih terus bersikap kayak gini?" tanya Zio lalu pria itu berdiri. "Zio nggak akan pernah mau nurutin kemauan Mami untuk kencan sama Kelly ataupun yang lainnya!" "Zio! Kamu melawan Mami?!" Kini Ely beralih menegakkan badannya setara dengan Zio. "Mami sendiri yang udah buat Zio melawan Mami," ucap Zio. Ia benar-benar muak kali ini. Sejak dua tahun yang lalu Ely selalu saja menjodoh-jodohkannya dengan anak perempuan kenalannya dan selama ini juga Zio diam walaupun kadang menurutinya untuk membuat maminya diam. Tapi kali ini Zio tidak akan tinggal diam. Ia sudah mempunyai Raya di dalam hidupnya dan ia tidak akan membiarkan siapa pun merusaknya termasuk maminya sendiri. "Mi, Zio udah punya pacar dan Mami stop memaksa Zio dengan dia!" ujarnya sambil menunjuk Kelly. Perempuan itu terlihat terkejut saat Zio menunjukkan dengan tatapan tajam. Tatapan mengintimidasi dan seperti membunuhnya hanya dengan tatapan saja. Zio meraih jaket yang tadi dibawanya, lalu berjalan menuju pintu utama. "Zio, mau kemana kamu?! Mami belum selesai bicara!!" panggil Ely dengan suara nyaring. Zio mengabaikannya dan tetap berjalan keluar menuju garasi. Sejak kepulangannya tadi, Kelly sudah berada di rumahnya sampai sekarang. Ia tidak tau mengapa Kelly masih terus diam di sini. Entah karena maminya yang memaksa atau karena Kelly yang memang sengaja menunggunya. Memang, Ely merencanakan pertemuannya lagi dengan Kelly tadi siang, namun Zio lebih memilih jalan bersama Raya ketimbang harus mendatangi perempuan yang sama sekali tidak di sukainya. Zio melajukan mobilnya keluar dari kediaman Allegra. Pria itu mengendarai mobilnya menuju apartemen. Malam ini Zio lebih memilih tidur di apartemen dari pada harus mendengarkan ocehan maminya lagi. Lagipula ia tidak nyaman dengan kehadiran Kelly di dekatnya. Zio punya firasat kalo Kelly memang tertarik kepadanya. Beberapa hari belakangan ini setelah pertemuan pertamanya yang batal, Kelly terus menghubunginya. Kelly selalu menelponnya walau Zio tidak pernah menjawabnya. Kelly juga selalu mengirim pesan kepadanya walau Zio tidak membalasnya. Pesan spam yang berisi ucapan selamat pagi, siang atau malam. Kadang menanyakan Zio sedang apa. Benar-benar membuat Zio kesal. Apa sebenarnya mau perempaun itu? Kalaupun dia mau dirinya, Zio tidak akan pernah memberikannya. Ia hanya milik Raya dan begitu juga sebaliknya. Zio tidak akan pernah mau dengan perempuan lain selain Raya. Hanya Raya yang ia inginkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD