3. Kecebur di Pemancingan

1318 Words
Teet! Bel sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Omar alias Usep. Dia melangkahkan kaki ke area parkir motor, untuk mengambil sepedanya. Nang..ning..nang..ning...nang..ning..nuung... Suara ponsel jaman purba berbunyi. Teman-teman yang berada di dekat Omar keheranan dengan bunyi HP yang terdengar alunan masa lampau itu, mereka menoleh ke arah Omar yang sibuk mencari letak benda yang dia simpan di dalam tas. ["Hallo Assalamualaikum, Bang."] ["Iya Bang, nanti aku ke sana bang, ini baru bubar menuntut ilmu, Bang."] Omar seolah tak peduli dengan tatapan dan cibiran mereka melihat gaya Omar. Saat siswa-siswa yang lain naik sepeda motor, ada juga yang dijemput dengan mobil mewah, Omar malah menggunakan sepeda BMX jadulnya. Dirapikan letak helem motornya setelah memakai masker, dikayuhnya sepeda melewati pos security sekolah. "Balik dulu Bang," sapanya melambaikan tangan pamit kepada securty sekolah. Securty itu tersenyum kearah Omar. Tepat pukul 3 sore, dia sudah mandi sholat ashar dan bersiap berangkat dinas. "Rambut sudah oke, pakaian licin, wajah sudah tampan," ucapnya pede di depan cermin sambil nyengir kuda. "Momi sayang, ananda berangkat ke kantor dulu ya." Isi pesan Omar kepada Emak Bulan. Sampailah Omar di sebuah minimarket sejuta umat, diparkirnya sepeda di samping gerobak Es Cendol Eli**beth yang dijaga oleh Bang Nurdin. Bang Nurdin tersenyum manis kepada Usep. "Sehat, Sep?" tanya Bang Nurdin basa basi. "Sehat, Bang, buktinya daku di sini," jawab Usep sambil tersenyum. "Kalau emak Usep, sehat?" tanya Bang Nurdin sambil malu malu meong. "Alhamdulillah sehat Bang dan tambah cantik pastinya." Wajah Bang Nurdin seketika berbinar. "Salam buat emak ya Sep, mmmmhh..tolong tanyain SMS Abang kok gak dibales gitu, udah seminggu." Usep terkekeh ( modus banget dah Bang Nurdin) "HP emak Usep ga ada keypad hurufnya Bang, cuma tombol terima panggilan yang masih berfungsi," jelas Usep masih sambil ngaca di spion sepedanya. "Ohh gitu pantesan." Bang Nurdin mengangguk paham. "Emang HP emak tipe apaan Sep?" tanya Bang Nurdin lagi. "Nokia 3310 Bang," Dahi Nurdin berkerut coba berpikir keras. Dengan wajah bingungnya "Emang 3310 belum punah, Sep?" tanya Bang Nurdin. "Udah Bang, mungkin yang di pake emak itu spesies terakhirnya." Usep tergelak begitupun Bang Nurdin. "Assalamualaikum, Bang," sapa Omar kepada seorang pria dewasa berkulit gelap, berkumis tipis, dengan rambut dikuncir, dialah Bang Dio yang baru tiba dengan sepeda motor PCX. "Wa'alaykumussalam, baru sampe lu, Sep?" tanya Dio sembari menyalakan rokoknya. "Iya Bang, udah mulai padat jadwal aku Bang," jelas Usep sambil mengambil pluit dari dalam kantong celana panjangnya. "Ya udah, gue ke markas dulu, titip motor gue." "Ashiap, Bos." Prriiiitt....prrriiittt.... Usep sibuk membantu mobil dan motor untuk patkir di area minimarket. "Makasih Teteh," ucapnya ramah sambil menyunggingkan senyum saat seorang ibu muda membawa dua orang anak kecil dengan motor memberinya uang parkir dua ribu rupiah dua lembar. "Sini Neng, Abang bantu," ucapnya saat terlihat abege seumurannya yang susah menyalakan motor. "Ya allah Nek, ke mana cucunya? belanja banyak gini kok ga ada yang anter nek? sini Usep bawakan belanjaannya." Usep membantu membawakan dua kantong besar belanjaan seorang nenek dan memanggilkan ojek yang mangkal di dekat situ. "Makasih ya Nak," ucap si nenek sambil memberikan uang lima ribu rupiah ke tangan Usep. "Ga usah Nek, ga papa, uangnya buat bayar ojek aja Nek." Usep menolak dengan halus uang pemberian si nenek. "Ambil ini rezeki, ga boleh ditolak." Nenek itu memasukkan ke dalam saku kemeja Usep. "Makasih, Nek. " Usep mencium punggung tangan si nenek. "Hm ... anak yang baik dan sopan, pasti dia punya orangtua yang luar biasa," gumam si nenek dalam hati. Malam pun semakin larut dan Omar baru ingat, kalau dia belum selesai mengerjakan tugas dari sekolah. "Bang Nurdin, gue balik dulu ya, udah jam 9, ada tugas yang harus gue kerjakan," pamit Usep kepada Bang Burdin. "Emang lo ga Futsal, Sep?" "Ga dulu bang, kayaknya sekarang mah gue latihan futsalnya gak bisa tiap hari Bang, tugas numpuk," jelasnya pada Bang Nurdin. "Ya udah hati-hati sana, jangan lupa salam Abang sampein ke emak lu ya?" Bang Nurdin nyengir kuda. "Iya, siap Bang. Assalamualaikum." Begitulah keseharian Usep, pagi sekolah, sore sampai malam menjadi juru parkir untuk meringankan biaya hidup, tak ada rasa malu atau sungkan, selagi itu halal Usep pasti dengan semangat mengerjakannya, Usep juga rajin mengikuti futsal dan taekwondo di dekat rumahnya, karena memang Usep sangat menyukai olahraga. "Assalamualaikum, Mak," seru Usep lalu masuk ke dalam rumah. "Wa'alaykumussalam, eh anak emak udah balik kantor, gimana dinesnya lancar?" tanya emak sambil mengambilkan air minum untuk Usep. "Alhamdulillah, Mak,' jawab Usep sambil menerima gelas dari Bulan, lalu menenggak air putih di gelas sampai habis. "Usep mandi dulu ya Mak, badan Usep udah kebangetan wangi duit dua rebuan," ucapnya cuek sambil mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Mak Bulan duduk di depan TV tabung berukuran 21 inci dan sedang asik menonton Liga Dangdut. "Mak, dapat salam dari Bang Nurdin." Usep muncul dengan tubuh segar sehabis mandi. "Wa'alaykumussalam," jawab Bulan sekedarnya. "Emak ga salam balik?" tanya Usep sambil tas dan menyiapkan buku pelajarannya. "Dihh, ngapain?" "Iya kali Emak mau buka hati buat Bang Nurdin." "Emang lu mau punya bapak tiri kayak Si Nurdin?" kali ini menatap Usep sedikit sewot. "Ya kagaklah." "Emak harus dapat yang kayak almarhum papih Usep atau gak yang kayak Shah Rukh Khan, ya kan?" potong Usep cepat, memutar bola mata malasnya. "Nah itu lu pinter Sep." "Gimana tadi di sekolah seru ga Sep?" "Emak kepo deh." Usep mencibir. "Iyalah, menuntut ilmu di tempat yang bagus,pasti rame Sep. Ayo dong cerita, ngapain aja tadi di sekolah?" emak setengah memaksa. "Mmm ... tadi Usep nembak cewe Mak." Uhuuuk! Bulan tersedak teh yang diminumnya. Plaakk! Sebuah kamus terlempar ke lengan Usep. "Aduh, sakit mak!" Usep meringis memegang lengannya yang dipukul emak dengan kamus. "Ngapain lu nembak anak orang? Emak nyuruh lu sekolah Sep, bukan maen cinta-cintaan di sono," tukas Bulan dengan penuh esmosi. "Isshh..tahan ibuu suri! Jangan suuzon sama anak. Itu tadi ada games di sekolah saat perkenalan Mak." Usep menceritakan dari A sampai Z kepada emak tak ada yang ditutupi. "Ohh gitu, jadi hari ini cuma maen-maenan doang Sep?" "Bukan maenan, Mak. tapi games perkenalan Mak" "Iya udah sama aja itu." "Ngomong-ngomong cewe yang lu tembak cantik ga, Sep?" "Banget Mak, dia mah bukan cuma cantik mak, tapi bidadari Mak." Usep membayangkan wajah Mala kakak kelasnya tadi yang cemberut saat ditembak Usep. "Usep yakin mak, dia masa depan Usep." Usep berucap serius dengan mata berbinar. Plak! Kali ini kamus mendarat di dengkul Usep. "Ish, KDRT mulu deh, Mak!" "Masa depan ... masa depaan ... sekolah dulu yang bener kasep Emak. Ntar kalau lu sukses, juga banyak cewe yang bergelantungan sama lu Sep." ceramah emak. "Monyet kali bergelantunga," timpal Usep sambil tergelak. "Yah, Mak, namanya anak muda, boleh dah ada yang didemenin, biar semangat ke sekolah Mak." Usep beralasan. "Serah lu dah, pokoknya sekolah nomor satu, anak Emak harus sukses, biar bisa ngebanggain Emak." Seketika mata Bulan berkaca-kaca. Usep jadi terharu, lalu menghampiri dan memeluk Emaknya dari samping. "Iya Mak, insya allah Usep akan belajar sungguh-sungguh ga mau kecewain Emak." ucap Usep serius. "Mm ... wali kelas lu siapa tadi namanya?" tanya emak tiba-tiba begitu antusias. "Ohh itu Pak Anton Yasin." "Lucu namanya Sep, kayak buku," komentar emak polos. "Buku yasin?" Usep tergelak "Cakep gak Sep?" tanya emak lagi sambil nyengir. "Jiiaaahhh mooduuussss...moodduusss" Usep mencebikkan bibirnya. "Iya kali cakep Sep, jadi Emak biar semangat kalau dipanggil ke sekolah lu." Alasan Bulan yang cukup masuk akal. "Cakep mak, orangnya keliatan baik dan pintar, kulitnya putih, sayang aja ga kayak Shah Rukh Khan Mak, " goda Usep sambil menyeringai. "Kapan Emak dipanggil ke sekolah Sep?" emak antusias. "Ha ha ha." "Di mana-mana, orangtua gak ada yang mau dipanggil ke sekolah, kecuali rapat Mak." Usep geleng-geleng lihat tingkah emaknya. "Mak, emang kenapa sih papih Usep meninggal?" tanya Usep pelan takut emaknya tersinggung karena emak selalu mengelak kalau ditanya kenapa ayahnya meninggal. Mmh ... Bulan menarik nafas panjang. "Kayaknya udah saatnya aku cerita ke Usep nih," gumam Bulan dalam hati. "Mm ... Bapak lu kecebur di pemancingan," ucap Bulan lirih. "Apa??" ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD