Happy Reading.
"Kalau kamu tidak mau tidur denganku, baiklah," ujar gadis itu dengan senyum tipis. "Aku akan mencari pria lain di sini yang bersedia tidur denganku."
Arka membelalakkan matanya mendengar ucapan seorang gadis yang sangat dia kenal. Clara Azalia Sebastian, mahasiswinya sendiri.
Beberapa saat lalu, Arka yang sedang menghadiri acara pesta bersama teman-temannya di sebuah club malam tiba-tiba ditarik paksa seorang gadis mabuk dan memintanya tidur bersama. Tentu saja Arka langsung menolak, apalagi dia sangat mengenal gadis tersebut.
"Clara, kamu sedang mabuk, sebaiknya saya antar pulang sekarang."
"Tidak, aku masih mau di sini. Aku punya banyak uang untuk mencari pria lain yang bisa memuaskan ku." Clara melepaskan tangannya pada kemeja Arka dan membalikkan tubuhnya untuk mencari pria di club malam itu.
Arka mengepalkan kedua tangannya, pria itu tidak akan membiarkan mahasiswinya terjebak one night stand dengan pria asing. Dia harus menyelamatkan Clara dan membawa gadis itu pulang ke rumahnya.
"Clara, ayo ikut aku!" Arka menarik tangan Clara.
"Nggak mau, aku masih mau bersenang-senang. Kamu nggak bisa memuaskan ku, jadi jangan mengusikku lagi!" Teriak gadis itu berusaha melepaskan tangan Arka. "Sebaiknya kamu jangan ikut campur!"
Arka menarik lengan Clara lagi, kali ini lebih kuat hingga gadis itu menabrak d**a bidangnya. "Ayo ikut aku! Kamu minta dipuaskan, bukan?"
Clara mengerjabkan matanya berkali-kali, berusaha menatap wajah pria tinggi itu. Tampan, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis. Sejak awal melihat pria ini Clara sudah tertarik. Dia menginginkan pria asing itu. Clara ingin jika pria tampan ini yang menjadi pertama untuknya.
Suasana hati Clara tengah kacau, dia merasa tidak kuat menahan kecewa dan sakit hatinya lebih lama. Dikhianati oleh tunangannya sendiri, bahkan dengan jelas dia melihat tunangannya berciuman mesra di dalam kamar dengan selingkuhannya itu. Ah, mungkin mereka lebih pantas disebut sebagai pasangan kekasih karena sejak awal dia dijodohkan dengan Devan, pria itu sama sekali tidak menyukainya. Devan dengan terang-terangan mengatakan jika dia tidak bisa mencintai Clara karena selama ini hanya menganggap Clara sebagai adiknya. Padahal Clara sangat tulus mencintai Devan sejak lama. Akan tetapi, Devan tidak bisa mencintainya dan malah memperkenalkan padanya seorang wanita cantik seusia Devan sebagai kekasihnya.
"Hehehe, jadi kamu bersedia? Aku tidak mau tidur dengan pria sembarangan karena menurutku kamu pria yang menarik!" Arka bisa mencium bau alkohol dari mulut Clara.
"Apa kamu tidak tahu siapa aku?" Clara menggelengkan kepalanya pelan sambil terkekeh.
Mungkin saja gadis ini tidak langsung mengenalinya karena Arka biasanya memakai kacamata jika di kampus. Arka menatap wajah Clara yang malam ini tampil begitu berbeda. Arka tahu jika Clara memang cantik, banyak laki-laki yang ingin mendekatinya. Akan tetapi, Clara bukan seperti gadis lainnya. Kabar yang beredar jika dia sudah memiliki tunangan sehingga Clara juga sangat menjaga jarak dengan lelaki lain.
"Kamu tampan sekali, aku mau kamu." Clara mengelus rahang Arka membuat pria itu mengerang tertahan.
"Clara, apa kamu benar-benar ingin tidur denganku?" tanya Arka sekali lagi. Wanita itu langsung mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah, aku akan memuaskan mu!" Dengan sigap Arka langsung menggendong Clara dan membawanya keluar dari tempat itu. Arka mencari hotel terdekat dan langsung check in. Dia tidak akan pernah membiarkan Clara menjajakan tubuhnya dengan pria asing karena sejujurnya Arka memang sudah menyukai gadis itu sejak lama.
Keduanya sudah berada di dalam kamar, Clara yang sudah mabuk dan memang sudah siap untuk menyerahkan tubuhnya pada pria asing itu pun langsung menarik Arka dan langsung menempelkan bibirnya. Keduanya saling membalas satu sama lain hingga tangan mereka juga tidak tinggal diam.
"Kuharap kamu tidak menyesal setelah ini, Clara. Karena aku tidak akan bisa berhenti sebelum puas," bisik Arka mulai permainannya.
Clara yang awalnya hanya mampu merintih menahan sakit karena dinding kesuciannya dirobohkan, kini dia sudah mulai merasakan sensasi yang berbeda setelah Arka masuk penuh ke dalamnya.
Rasa sakit dan perih itu kini tidak lagi berasa, yang ada hanya rasa nikmat tiada tara saat benda itu di tekan berkali-kali hingga menyentuh dinding pembatas. Tidak terasa waktu berlalu dan lenguhan kedua insan manusia itu menggema mengelilingi kamar bernuansa putih itu.
Clara mengusap sisa air mata, berusaha menghilangkan rasa sesak dan sakit hati karena dikhianati oleh Devan sejak setahun lalu itu. Jika dulu dia masih bertahan, tetapi sekarang rasanya tidak bisa lagi. Devan dan Elina bahkan sudah tidur bersama, inilah yang membuat Clara sudah berada diambang batas kesabaran.
Lelah, itulah yang di rasakan oleh wanita itu. Lelah fisik, hati, dan pikiran hingga membuatnya mabuk-mabukan dan berakhir di kamar hotel dengan seorang pria yang tidak lain adalah dosennya sendiri. Akan tetapi, Clara belum menyadari jika pria yang dia paksa untuk melayaninya adalah dosennya.
"Tidurlah kalau kamu lelah," bisik Arka menyelimuti tubuh polos Clara sampai d**a dan memberikan kecupan di kening wanita itu.
Clara sendiri langsung menutup kedua matanya setelah pertempuran panas mereka, entah bagaimana dia menghadapi hari esok, Clara sadar jika dirinya kini sudah tidak suci lagi mengingat apa yang baru saja dia lakukan dengan pria asing itu.
Namun, Clara tidak menyesal karena telah menyerahkan keperawanannya pada pria yang sama sekali tidak ia kenal, yang ada di pikirannya adalah bahwa besok dia tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi. Mereka hanya melakukan one night stand, bukan? Bahkan pria itu mengeluarkan cairannya di luar, jadi bisa dipastikan bahwa Clara tidak akan hamil.
"Aku merasa puas, Devan. Mulai sekarang, aku akan melepaskan rasa cinta ini dan akan mulai menjadi seorang Clara yang baru. Setelah ini aku akan memutuskan pertunangan kita," batin Clara.
Wanita itu akhirnya terlelap karena kelelahan. Sedangkan Arka masih betah memandangi sosok wanita di sampingnya ini, tiba-tiba merasa menyesal menyeruak di hatinya. Dia tahu, Clara tidak sadar telah berhubungan intim dengannya. Mungkin wanita itu menganggapnya telah berhubungan dengan pria asing.
Kalau saja Clara tidak merengek untuk meminta dipuaskan dan mengancamnya akan mencari pelampiasan dengan pria lain, sudah dipastikan bahwa Arka tidak akan pernah berani meniduri mahasiswinya ini.
"Apakah aku harus meninggalkan mu sendiri?" gumam Arka.
Pria itu mengambil pakaiannya dan memakainya satu persatu. Kemudian dia mengumpulkan pakaian Clara yang berserakan di lantai dan dia letakkan di sudut ranjang.
Arka duduk di samping Clara dan mengelus rambutnya, pria itu tersenyum mengingat bagaimana nikmatnya bercinta karena ini juga pengalaman pertama Arka.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, kamu harus tahu dengan siapa kamu menghabiskan malam panas dan siapa yang telah mengambil kesucianmu." Arka merebahkan tubuhnya di samping Clara dan memeluk tubuhnya dari belakang.
Bersambung.