Bab 10. Bertemu Camer

1123 Words
Happy Reading. Arka berjalan masuk ke dalam perusahaannya, selain sebagai dosen dia juga bekerja di perusahaan sang ayah menjabat sebagai Direktur utama. Arka sebenarnya malas mengurusi bisnis ini, tetapi dia hanya anak tunggal dan Arka wajib meneruskan kerajaan bisnis sang ayah yang memang sedang meroket pesat. Setiap karyawan yang melihatnya langsung menyapa dengan hormat dan hanya di balas anggukan oleh Arka. Penampilan Arka sangat beda jika sedang di kampus dan di perusahaan. Jika di kampus dia akan memakai kacamata dan rambut yang di poni ke samping, ketika di perusahaannya rambutnya tertata rapi ke belakang. Terlihat lebih berwibawa. "Pak, ada seseorang yang sudah menunggu Anda ruang tunggu," ujar Leo, asisten pribadi Arka. "Apa sebelumnya sudah membuat janji?" tanya Arka tanpa menoleh. Dia berjalan lurus ke arah lift khusus dan masuk ke dalam. Leo juga ikut masuk di belakang Arka. "Belum Pak, tapi dia tetap ngotot ingin bertemu. Katanya dia sudah mengenal bapak dan pasti bapak mau menemuinya," jawab Leo sedikit takut. Dia tahu kalau atasannya itu bukan orang yang gampang untuk bisa bertemu dengan orang asing tanpa adanya janji temu dulu. Arka hanya diam saja sampai lift itu berhenti dan pintunya pun terbuka. "Aku harap ini masalah kerja sama yang menguntungkan, kalau tidak kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" Leo menelan salivanya susah payah. Sepertinya Arka memang sedang dalam mood yang buruk sehingga pria itu tidak ingin diganggu. "Baik, Pak." Arka masuk ke dalam ruang kerjanya dan langsung duduk di kursi kebesarannya. Moodnya sedikit buruk karena ibunya merengek memintanya membawa Clara ke rumah. Kalau sudah seperti ini pasti akan susah untuk bisa memberikannya pengertian pada Clara. Bukan hanya itu saja, bagaimana kalau ibunya tahu jika Clara itu hanya mahasiswinya yang masih berusia 20 tahun. Apakah ibunya masih bisa percaya jika mereka hanyalah pacar pura-pura. Meski keinginan Arka menjadikan Clara pacar sebenarnya, tetapi jelas pasti sangat susah, mengingat wanita itu yang masih memiliki cinta lain di hatinya. Arka tahu jika Clara tidak akan semudah itu untuk bisa melupakan Devan, pria yang selama ini dicintainya oleh wanita itu. Arka ingin pelan-pelan mengambil hati Clara. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Arka dan refleks dia menyuruh masuk orang yang mengetuk pintunya. Leo membuka pintu dan mempersilahkan seseorang masuk. "Silahkan." "Terima kasih," jawab wanita itu. Arka mengerutkan keningnya ketika melihat siapa yang masuk dan kini tengah tersenyum berjalan ke arahnya. "Selama siang, Pak Arka?" "Sherly, ada apa?" Wanita itu langsung duduk di hadapan Arka sambil meletakkan map yang dia bawa di meja kerja Arka. "Arka, eh maksud saya Pak Arka. Maaf sebelumnya karena saya tidak membuat izin terlebih dahulu. Saya ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan yang saya dirikan. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengajukan proposal ini, tetapi masih belum berani karena perusahaan saya masih terbilang kecil, tapi saya sekarang sudah cukup yakin untuk meminta kerjasama ini, mohon di periksa dulu proposal saya," ujar Sherly menyodorkan map itu pada Arka. Sebenarnya Arka malas menanggapi, tetapi dia menghargai Sherly yang pernah menjadi temannya sewaktu kuliah dan akhirnya dia pun membuka map itu. Sedangkan Sherly sendiri sudah mengumpulkan semua keberaniannya untuk mendatangi Arka. Dia ingin bisa menarik perhatian Arka dengan kerjasama ini. "Apa yang bisa didapatkan dengan kerjasama ini?" tanya Arka tiba-tiba, membuat Sherly sedikit gelagapan. "Saya memiliki beberapa produk pakaian yang bisa disanding dengan brand dari perusahaan Anda. Saya yakin jika kita menjalin kerjasama ini, pasti di setiap bulannya kita bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat. Di perusahaannya saya sudah memiliki designer terkenal yang setiap bulan meluncurkan beberapa design baru, kita bisa mencoba dalam jangka waktu setahun, kalau kerjasama ini berjalan lancar, Bapak bisa menambah masa kontraknya." Arka manggut-manggut, sepertinya memang terlihat cukup bagus progresnya, tetapi Arka juga belum tahu kedepankan bagaimana. "Nanti saya serahkan semuanya pada Leo dan Alma. Sekarang silahkan undur diri, saya masih banyak pekerjaan," ujar Arka dengan jelas mengusir Sherly. "Apa Bapak tidak ingin makan siang bersama saya, kita nanti masih bisa membahas rente pekerjaan," ujar Sherly. "Maaf, saya tidak makan siang di luar dan kerjaan saya sekarang sangat banyak," jawab Arka yang kemudian menyibukkan dirinya mengotak-atik laptop. Sherly benar-benar merasa kesal dengan sikap Arka yang sangat formal padanya. Wanita itu akhirnya memutuskan untuk pergi karena tahu diri jika Arka sangat sibuk dan tidak ingin dia ganggu. Akan tetapi, Sherly tidak akan tinggal diam. Dia akan berusaha untuk menarik perhatian Arka dan tidak peduli jika pria itu sudah memiliki kekasih. Sherly sudah lama mencintai Arka dan dia akan berusaha untuk merebut hati pria itu. *** Ari Abimanyu menatap Devan dengan tatapan tajam. Gara-gara anaknya ini, seluruh kerjasama dengan perusahaan milik Daffi batal. "Kenapa kamu ceroboh sekali? Sekarang perusahaan sedang tidak baik-baik saja, tetapi kamu malah menghabiskan uang untuk membiayai wanita jalang itu? Apa yang sudah dia berikan untukmu sehingga kamu bisa dengan mudahnya memberikan uang? Hah?!" bentak Abimanyu. "Pa, Elina gadis yang baik. Aku cinta sama dia," jawab Devan jujur. "Dan apakah cintamu itu bisa membuat perusahaan menjadi stabil? Bisa mencari penyokong dana lagi? Hah!" Devan mengusap wajahnya, dia juga bingung dengan keadaan ini. "Tapi masalahnya, Clara yang memutuskan pertunangan ini, Pa." "Kalau kamu nggak jalan sama wanita itu, Clara nggak akan melakukannya, paham!" Devan lagi-lagi merasa tertampar dengan ucapan sang ayah. Dia selama ini terlalu percaya diri jika Clara sangat mencintainya dan pasti tidak akan meninggalkannya. *** Clara melihat Arka berdiri di depan kelasnya, wanita itu hanya bisa menghela napas. Sekarang hampir semua orang di fakultas ini tahu jika Arka dan Clara memiliki hubungan khusus. Clara langsung berdiri dan menghampiri Arka saat kedua sahabatnya mendekat, dia masih belum ingin menjelaskan apa-apa pada mereka. Masalahnya Arka sama sekali tidak mengerti posisinya yang kini tengah diserang oleh beberapa akun yang mengatasnamakan fans berat Arka. Clara sampai harus mematikan kolom komentar agar tidak ada yang mengkritiknya lagi. "Pak, saya kewalahan menghadapi fans fanatik bapak yang menyerang saya," ujar Clara dengan bibir mengerucut. "Biarin aja, gak usah di ladeni," jawab Arka enteng. "La iya kalau mereka nggak melukai saya. Kalau tiba-tiba ada yang menjambak rambut saya, gimana?" Arka mengelus rambut Clara dan merapikan poninya. "Kalau ada yang mengganggu kamu, aku nggak akan tinggal diam. Apa aku perlu mencarikan mu pengawal?" Clara langsung menggeleng. "Apaan sih, pakai pengawal segala." "Ya kamu maunya gimana?" tatapan mata Arka tertuju pada matanya. Clara bisa melihat pantulan dirinya di mata coklat itu. Entah kenapa tiba-tiba Clara merasa malu ditatap begitu intens oleh Arka sehingga dia mengalihkan pandanganya. "Nggak gimana-gimana, biarin aja mereka, yang penting nggak nyerang aku secara fisik," jawab Clara menatap ke arah lain. Arka ini memang sangat tampan, pengertian dan lembut. Bisa beneran jatuh cinta kalau Clara tidak mengendalikan hatinya. "Ya udah kalau gitu, ikut aku yukk." Arka menarik tangan Clara dan dia bawa ke arah parkiran. "Mau ke mana pak?" "Aku mau ngajak kamu ke rumah Mama, dia ingin lebih kenal dekat sama kamu," jawab Arka membuat Clara membelalakkan matanya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD