Great Kiss

1111 Words
"Aku baik baik saja Ethan!" penolakan Klarisa ketika Ethan menawarinya untuk pergi ke rumah sakit. "Aku hanya cemas saja, kamu tadi pingsan." "Di sini juga ada dokter." "Tapi di rumah sakit lebih lengkap." "Jangan sok peduli, Ethan. Karena aku enggak butuh itu." Ethan menghela napas nya dalam. "Aku ingin membantumu, karena kita pernah dekat enam tahun yang lalu. Apa itu sama sekali enggak bikin kamu bisa menerima kehadiranku?" Seharusnya ia dan Klarissa bisa lebih akrab, mengingat kedekatan mereka tentu saja lebih dari teman. Juga mengingat dulu, yang pertama mendekati Ethan itu adalah perempuan di depannya. Klarissa yang centil dan begitu perhatian, membuat Ethan tidak bisa menolak kehadiran perempuan itu. "Apa kamu ingat, siapa yang pertama kali mendekati aku?" "Iya. itulah kebodohan ku!" Klarissa menatap Ethan tegas. "Aku dulu adalah Klarissa yang bodoh. Aku juga murahan karena telah memberikan segalanya untuk seseorang yang ternyata adalah mafia kelas kakap yang siap membunuh siapapun untuk mendapatkan ambisinya, bahkan sahabatnya sendiri." kedua mata cantik itu terlihat berkaca kaca pedih. "aku bahkan ..." Klarissa menahan kalimatnya, ia hampir saja ingin mengatakan kalau ia hamil setelah itu, kemudian diusir oleh kedua orang tuanya. "Lupakan ..." Klarissa turun dari bangsal. "Klari, tolong!" Ethan menahannya karena perempuan itu memaksa pergi dari sana. "Kamu masih sangat membutuhkan istirahat." "Kamu bukan dokter!" Klarissa menolak tangan Ethan. "Aku benci disentuh mafia!" namun sialnya Klarissa pernah menyerahkan dirinya sepenuhnya, pada mafia di depannya. Bahkan sampai memiliki anak dari hasil sentuhan itu. Ah, betapa bodohnya seorang Klarissa. Ethan kembali menghela napas dalam. Jujur saja berdekatan dengan perempuan itu, rasanya bergetar tidak karuan. Bagaimana pun mereka pernah memiliki malam yang indah dan panas berdua. Ethan akui, dulu melakukannya karena ia cemburu dan marah melihat Ana bersama Rama. Namun untuk saat ini, perasaan itu mendadak berubah. Saat ini, dimatanya Klarissa adalah segalanya. "Klari ..." "Jangan lupakan tentang satu hal, kalau ternyata kamu menyukai Ana. Aku dulu, begitu bodoh ya Ethan ... aku menyerahkan diriku padamu. Namun ternyata kamu melakukan itu hanya karena balas dendam pada Ana. Iyakan?" Melihat kedua mata perempuan itu basah, Ethan sungguh ingin mengutuk dirinya sendiri. "Tidak seperti itu ..." "Tidak perlu berbohong lagi. Aku tahu semuanya ... kamu enggak pernah cinta sama aku! kamu hanya ingin ana!" meski ditahan sekuat apapun rasanya hatinya memang hancur. karena itu Klarissa akhirnya menangis juga di depan laki laki ini, meski tidak bersuara namun air matanya luruh lelah. "Klari ..." Ethan meraih kedua bahunya, sungguh ingin sekali memeluknya. "Aku minta maaf ... aku ..." Klarissa mendorong Ethan, dan mengusap air mata sialan yang jatuh tidak tahu malu itu. "Aku tidak apa apa. Karena semuanya sudah berlalu. " dia menghela napas dalam. "Ini sudah lama Ethan. Dan aku sudah melupakan semuanya!" Bohong! Klarissa tidak akan menangis, kalau memang semua itu sudah berlalu. "Aku juga sudah memiliki kehidupan baru bersama anaku, dan ... Wen Lee." Ethan menautkan kedua alisnya. "Wen lee?" Tidak! Ethan tidak akan pernah menerima ini. "Iya. Mungkin kami akan menikah saja." Tidak! Klarissa hanya ingin agar Ethan tidak lagi mendekatinya dan menyangka kalau ia masih memiliki perasaan pada laki laki itu. "Kalian sudah saling kenal sejak kapan? kamu yakin Wenlee itu baik?" "Yang jelas dia bukan mafia seperti kamu!" Deg! Ethan tahu, kalau apa yang ia lakukan pada Ana dan Klarissa itu memang sangatlah patal. Namun ... kenapa harus Ween Lee. "Oh." hanya sebuah 'oh' yang mengartikan bahwa betapa putus asanya seorang Ethan saat ini. "Aku pikir itu terlalu cepat." "Terlalu cepat? apa kamu pikir aku harus sendirian terus? aku bukan mafia yang harus terus sendirian, karena memiliki banyak musuh. Aku manusia biasa, warga negara biasa. Aku tidak perlu takut melanjutkan hidup dengan berapapun anak yang aku ingin kan." "Ok,..." Ethan terpekur. Perempuan di depannya sedang emosi. Maka Ethan hanya perlu menenangkannya. "Kalau begitu, apa aku boleh tanya siapa ayahnya Reksa?" "Wen lee!" jawaban Klarissa membuat Ethan mematung. "Wen Lee?" tanya nya merasa tidak percaya. "Iya, Ethan. Dia Wen Lee." "Tapi--" "Kenapa? kamu pikir dia anak siapa?" Klarissa terkekeh pelan. Ia ingin mengakhiri percakapan ini, namun ia juga ingin melihat wajah Ethan terus lebih dekat seperti ini. "Dia anaknya Wen lee ..." gumam Klarissa lagi. Dalam hati ia mengutuk dirinya mengatakan itu. Ia hanya ingin lepas dari Ethan, namun nuraninya terus bergejolak. "Tapi dia tidak mirip Wen Lee?" "Apa kamu pikir, setiap anak itu bisa mirip ayahnya terus? kadang gen ibunya ada yang lebih kuat." Klarissa mengalihkan tatapannya ketika Ethan berhasil menguncinya. Ethan mengangguk pelan, ragu. "Iya ... mungkin." namun ia senang ketika mendapatkan kedua mata indah itu ketakutan pada tatapan lekatnya, seolah sedang mengartikan sesuatu kebohongan. "Dan sebuah kemugkinan lain, bahwa dia bukan anaknya Wen lee ..." "Kamu jangan asal ethan!" merasa terintimidasi oleh laki laki itu. Klarissa memutuskan untuk meninggalkannya. Ia tergesa memakai heelnya, dan melangkah, namun sialnya Heelnya itu tergelincir, dan membuatnya hendak jatuh. Beruntung Ethan meraihnya sigap, sehingga Klarissa tidak jadi jatuh ke atas lantai. Hanya saja, karena aksi penyelamatan yang terlalu sigap ini, membuat mulut Ethan dan bibir Klarissa bertemu, dan tentu saja Klarissa membelalakan kedua mata cantiknya. Ia segera menjauh, namun sayang semua itu telah terbaca oleh Ethan sebelumnya. Laki laki itu sengaja menarik tengkuk dan pinggang ramping itu lebih lebih erat, sehingga mau tidak mau Klarissa membuka mulut karena desakan hebat darinya. Dan sialnya ia tidak bisa melawan kekuatan laki laki itu. Tanpa menunggu lama, Ethan melesak masuk dan mengabsen semua yang ada di dalam mulut manis itu. Klarissa mendesah karena serangan itu datang secara tiba tiba. Hingga ia gemetar seperti tersengat ribuan volt listrik, menghantam dirinya. Bagaimana hebatnya ciuman seorang Ethan sungguh tidak pernah terlupakan. Semakin ia menolak, Ethan semakin kuat, dan menguasai dirinya. Sehingga menyerah adalah jalan terbaik, dengan sebuah tamparan ia berikan pada pemilik wajah tampan sialan namun lancang itu. "Kamu enggak pantas kaya gini!" Klari terengah kesal. Sial saja, ia hampir kehilangan napasnya. Ethan bukannya menyesal, ia malah tersenyum seraya mengusap bibirnya sendiri. "Ini kecelakaan nona!" ledeknya. Klarissa menggeram, "b******k!" kemudian meninggalkan Ethan dengan kakinya yang ia hentakan ke lantai. Kedua tangannya mengepal erat, Klarissa sangat menyesali dirinya yang ternyata masih saja belum move on dari laki laki tampan sialan itu! "kenapa bu?" tanya Saga, asistennya. Ketika perempuan itu sampai di ruangannya terlihat marah marah tidak jelas. "Enggak. Aku minta pulanhg cepat, kasih tahu si admin!" perintahnya. Klarissa ingin bertemu Reksa dan memeluknya, kemudian membawanya jalan jalan. "Baik, bu." Saga menelpon bagian adminidtrasi. sementara Klarissa bersiap siap untuk pulang. Hari ini sungguh amat melelahkan, menakutkan, dan juga mendebarkan. *** Sementara di tempat lain, Ethan menelpon seseorang. "Bagaimana hasilnya?" "Sudah saya kirim ke imel bapak." "Baiklah." kemudian Ethan menutup panggilan, dan membuka hasil DNA yang di kirimkan oleh orang suruhannya itu. Lembaran ponsel berganti ke imel, Ethan membaca hurup demi hurup. Dan ia tersenyum ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD