Ralph datang tergesa sembari membawa dua piring nasi goreng untuknya dan Ralin. Pemuda itu menatap penuh khawatir keadaan gadis itu setelah melihat ada bekas luka pada kedua tangannya.
“Class, sini.” Ralph menarik lembut tangan Ralin yang sejak tadi tak berkutik.
“Mau ngapain lagi? Mau ngelakuin kekerasan sama gue? Iya?” racauan Ralin membuat Ralph bingung. Ralin terlihat berbeda dari biasanya.
“Sadar, ini gue Ralph,” kata Ralph menepuk pelan pipi Ralin.
Mata gadis itu mengerjap karena tepukan pada pipinya. Wajahnya berubah masam karena manusia sekelas besalus dengan kurang ajarnya, menabok wajah cantiknya.
“Dasar gak sopan!”
Baru juga menyedihkan, sekarang udah ngeselin lagi. Batin Ralph menatap Ralin miris.
“Mau gue colok itu mata?” tukas Ralin mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya kedepan bola mata Ralph.
Sedangkan di sudut berbeda, Alvero dan Jeno masih terus mencerca Adik kelas yang dengan beraninya menumpahkan bakso ke seragam sahabatnya. Sementara Brisia terlihat bermain dengan rambut indahnya.
“Makanya, jangan cari masalah!” tukas Brisia sinis.
“Udah lah. Kita langsung aja hancurin keluarganya. Gue yakin nih cewek sengaja,” kompor Jeno membuat suasana semakin mencekam.
Gadis itu menggeleng takut. “Jangan bawa-bawa keluarga gue, Kak. Gue beneran gak sengaja.”
“Alasan lo! Gue udah hafal taktik cewek. Dibalik sebuah tragedi, pasti ada tujuan lain,” ujar Jeno sinis.
Alvero mengepalkan tangan seraya menatap gadis di hadapannya. “Gue pastiin, hidup lo gak akan tenang!”
***
Di sebuah cafe terdapat dua orang pemuda sedang bersantai menikmati waktunya di Indonesia. Bukan kali pertama mereka berkunjung ke negara tropis ini, tetapi damage nya selalu ... Rawwrrrr
“Apa kau betah berada disini?” tanya sahabatnya.
Merasa diberi pertanyaan, pemuda yang tak lain adalah Januar itu mengangguk ringan. “Aku harus betah. Meskipun sejujurnya disini sangatlah panas untuk manusia setengah Alpha sepertiku.”
Samuel sang sahabat langsung tertawa pelan, “Kau harus betah karena misi itu belum terbuka.”
“Kau benar, Sammy. Ada nyawa yang harus aku lindungi,” balas Januar membuat Samuel melotot.
“Don’t call me, Sammy!”
Januar tertawa kemudian wajahnya berubah datar saat melihat seorang perempuan seusianya melintas di hadapannya.
“Dia ... Orang yang akan aku habisi jika sudah waktunya,” terang Januar menunjuk orang yang sudah menjadi target balas dendamnya.
“Apa dia ...?” Samuel ragu mengutarakan ucapannya. Januar yang paham tentang tangan kanannya langsung mengangguk.
Keduanya menyeringai lebar membuat orang yang kebetulan melintas dibuat bingung. Sadar dengan apa yang dilakukan, mereka langsung kembali menenangkan wajahnya.
“Ini jaket lo bau banget besalus!”
“Itu udah jaket paling new version, Classica. Jangan protes.”
Sepasang muda-mudi melintas diiringi perdebatan yang cukup memekakkan telinga karena suaranya yang memang menggelegar.
Bruk!
Kebetulan yang melintas itu Ralin dan Ralph. Ralin yang masih berusaha melepas jaket milik Ralph, sementara pemuda itu dengan sabar meladeni ucapan gadis yang disukainya.
“Baju lo tembus karena kuah bakso! Terus sekarang lo mau lepas tuh jaket? Iya?” hardik Ralph sok marah. “Lihat karena lo rewel ini akhirnya nyungsep kan?” Sebisa mungkin Ralph menahan tawa saat Ralin menabrak meja dimana berisikan dua orang yang masih menatap bingung.
“What’s wrong with you?” Sang penghuni meja menginterupsi karena merasa pusing dengan ocehan kedua manusia yang tidak dikenalinya.
“Lo sih ... Ah!” Ralin berujar kesal tanpa sadar diri. Matanya melotot kearah Ralph.
“Kok gue lagi,” gumam Ralph namun masih bisa didengar kedua orang asing tersebut.
“Ya emang –”
“Cleon? Apa ini kamu?” Sebuah seruan mengalihkan perhatian keempat orang yang berada dalam satu lingkup tersebut.
Ralph menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bukan karena grogi, melainkan ngeri karena ditatap begitu tajam oleh Ralin.
“Siapa lo?” tanya Ralin tak suka.
Krik
Krik
Ralin geram karena tak ada balasan. Matanya menyorot penuh hunus pada gadis yang berada di hadapannya.
“Lo siapa, sok kenal banget sama nih besalus?”
Gadis itu akhirnya tau jika dirinya yang diajak berbicara. “Aku Chloe. Sahabat dari Cleon.”
Kali ini alis Ralin menukik. Bingung dengan maksud bocil di depannya.
“Gue gak nanya nama lo. Dan lagi, Cleon siapa? Cowok udik ini?” ujarnya melirik Ralph penuh permusuhan.
Kedua pria asing yang tadi sempat menjadi sasaran suara cempreng Ralin pun tak dapat menahan tawanya.
“Gak usah ketawa, lo!”
Itu dia Ralin
Ayo kita harus tanya lebih jelas sama dia
Iya, kita perlu konferensi pers supaya ada kejelasan
Mata Ralin membulat karena melihat banyaknya wartawan yang akan meliput dirinya. Tangannya dengan cekatan menarik paksa tangan Ralph.
“E-eh Class kenapa nih?” bingung Ralph berusaha menahan.
“Lo –” Ucapan Ralin terpotong begitu saja saat langkahnya sudah dihadang oleh para wartawan tersebut. Ralph yang memang menjadi bodyguard langsung memasang badan.
“Tolong jangan mengganggu ketenangan Classica,” tegas Ralph melindungi.
Apa benar anda kekasih dari Ralin?
Berasal dari keluarga mana hingga berani menjalin hubungan dengan putri tunggal Mores Millano
Apa keluarga anda rekan bisnis Tuan Mores?
Dalam diam Ralin menghembuskan nafasnya. Sementara Chloe, Januar, serta Samuel hanya mampu cengo karena tak mengetahui jika gadis yang tadi sempat membuatnya terganggu adalah seorang artis yang sangat terkenal.
“Stop! Dia memang kekasih saya. Jadi, jangan mengusik ketenangan hubungan kami,” tegas Ralin.
Ralph yang mendengar pengakuan Ralin pun merasakan kupu-kupu beterbangan pada perutnya. Meskipun hanya sebagai pelarian, tetapi itu sudah membuat Ralph bahagia.
“Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian. Jangan ganggu!”
Dirasa sudah mendapatkan jawaban, para wartawan itu akhirnya pergi karena ingin menyampaikan info yang sudah didapat untuk diperdagangkan pada media online.
Sekarang, Ralin kembali menatap Chloe penuh kesinisan. “See? Ralph cowok gue. Jadi, jangan ganggu apalagi dengan pasang muka sok polos lo!”
Pandangan mata Chloe berubah redup setelah mendengar pengakuan dari seorang Classica Ralin Millano. Tentu ia tak dapat berbuat apa-apa karena dilihat dari sudut pandang manapun, ia kalah telak. Sementara Ralph semakin melebarkan senyumnya tanpa peduli jika ada raut sendu yang diperlihatkan oleh mantan rekan kerjanya. Bukannya egois, namun hatinya sudah terlampau bucin pada Ralin.
***
Rab'J minus Ralin karena sedang diculik oleh Ralph berada di istana Millano. Ketiganya masih bersantai-santai menunggu tuan rumah pulang. Brisia sejak tadi sudah menggulingkan badan karena merasa bosan tak ada percakapan.
Jika kalian bertanya, dimana Jeno?
Tentu saja, di sebelah Alvero.
Jeno tak berani bersuara karena wajah Alvero mengerikan seperti raja hutan. Daripada terkena amukan, lebih baik Jeno mencari aman dengan duduk manis di sebelahnya.
“Jeno kok diem aja sih dari tadi?” pancing Brisia cari perkara. Jeno melotot memberi kode supaya Brisia tidak bicara macam-macam.
“Apa sih? Ngomong yang bener jangan cuma melotot aja!” kesal Brisia karena bingung.
“Serah lo Bris serah,” pasrah Jeno pada akhirnya.
Brisia yang gabut langsung menyalakan televisi. Daripada tertidur, lebih baik dia menonton tv.
Pemain sinetron bernama Classica Ralin Millano menjalin hubungan dengan seorang pemuda diduga teman sekolahnya. Pengakuan ini dilontarkan langsung oleh artis yang biasa disapa Ralin tersebut.
“Stop! Dia memang kekasih saya. Jadi, jangan mengusik ketenangan hubungan kami.”
Tak hanya Brisia, kini Alvero dan Jeno langsung melotot horor kearah televisi yang menampilkan raut wajah sahabatnya. Setelah itu mereka saling menatap.
“GAK MUNGKIN!” Hanya Brisia dan Jeno yang berteriak heboh seperti itu. Tak mungkin jika Alvero ikut seperti itu.
***