Memahami

1085 Words
Riftan berjalan dengan terburu menuju ruangan utama. Kenapa Adora bisa cepat sekali terbangun? Seharusnya ia bangun besok pagi. Sesampainya di ruang utama, ia melihat putri Adora dan Asoka duduk di sofa. Ketika melihat Riftan, putri Adora dengan cepat beranjak dari duduknya dan berlari ke arah Riftan menghambur ke pelukannya. “Riftan…!” Adora memeluknya dengan erat. “Eh, a… apa yang terjadi putri? Kenapa kau bangun dan datang ke sini?” ucap Riftan, ia merasa sangat risih putri Adora memeluknya. “Kenapa kau tega sekali…” rengek putri Adora. “Tega kenapa?” “Kenapa kau membiarkan aku terpisah denganmu. Teganya kau membiarkan aku sendiri di kamar yang sangat jauh dari kamarmu. Apa kau berniat membuangku di kastilmu sendiri?” wajah putri Adora menjadi sedih. “Kenapa kau bicara seperti itu? mana mungkin aku membuangmu. Aku hanya ingin membiarkanmu beradaptasi di tempat baru. Kau butuh ketenangan setelah perjalan jauh. Lagipula, kastil bagian timur jauh lebih mewah di banding tempat ini.” Riftan berusaha mengarang bebas untuk beralasan. “Apanya yang beradaptasi, aku malah ketakutan sendiri di sana. Untung ada tuan Asoka yang kamarnya tidak jauh dari kamarku.” “Asoka akan selalu menemanimu kemana pun kau pergi. Jadi aku sengaja menempatkan kamarmu dan kamarnya bersebelahan. Aku tidak bisa selalu bisa mengunjungi dan menemanimu.” Riftan berusaha menjelaskan. “Tapi kan setidaknya kita berada dalam satu kastil, aku tidak mau jauh darimu,” rengek putri Adora sambil memeluk Riftan. Riftan semakin risau, ia hanya bisa terdiam membeku. Di tatapnya Asoka yang terlihat kesakitan. “Putri, sebaiknya kau kembali istirahat. Besok saja kita bicarakan lagi. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak dengan tempat tinggalmu selama kau berada di sini. Bukankah kita sudah sepakat? Aku harap kau bisa mengerti,” ucap Riftan sambil berusaha melepas pelukan putri Adora. “Baiklah, aku mengerti. Tapi kau jangan melupakan jika kita juga sudah sepakat kalau kau tidak akan menghindariku,” ucap putri Adora sambil menatap wajah tampan Riftan dengan penuh damba. Di tatap seperti itu, Riftan menjadi sangat risih. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menghela nafas panjang dan membiarkan putri mahkota itu memeluknya. Ia hanya berharap Nayya tidak melihat…nya. Tanpa sadar Riftan menoleh dan melihat Nayya sedang berdiri di ujung lorong menatapnya terpaku. Putri Adora masih memeluknya dengan erat. Wajah Riftan menjadi pucat pasi, perasaannya menjadi semakin tidak karuan saat melihat Nayya tersenyum lalu melangkah pergi. “Ah, putri. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu sekarang. Aku ada hal penting yang harus di selesaikan. Asoka tolong antar putri Adora ke kamarnya,” ucap Riftan. “Tapi kau berjanji dulu akan mengunjungiku nanti, kalau tidak aku yang akan datang ke mari mencarimu,” tuntut putri Adora sambil memegang tangan Riftan. “Jangan datang kemari lagi, biar aku yang mengunjungimu, kau mengerti kan?” ucap Riftan. “Baiklah, selama kau menepati janjimu,” balas putri Adora. “Asoka, aku serahkan tanggung jawab ini padamu, ya? aku pergi dulu.” Riftan pun berlari dengan perasan kalut menuju kamar Nayya. “Ah, Nayya pasti salah paham. Aku akan menceritakan semuanya ,” gumannya lalu terus melangkah dengan cepat. Riftan membuka pintu kamar Nayya dan melangkahkan masuk, ia tahu Nayya pasti ada di taman pribadinya. Riftan segera masuk ke dalam sana dan benar saja, Nayya ada di dalam sana sedang memetik bungan mawar merah yang tumbuh di taman “Nayya…” Panggil Riftan. Nayya menoleh dan tersenyum kearahnya. “Kau datang? Bagiamana urusanmu dengan putri mahkota?” ucap Nayya sambil terus memetik mawar itu dan menempatkannya di dalam keranjang. “Nayya kau tidak mera…” “Kau tahu Pak Dosen, aku senang sekali berada di dalam taman ini. ada banyak hal yang bisa membuatku tenang dan nyaman. Oh ya, aku sengaja memetik bunga yang bermekaran cantik ini untuk merangkainya. Aku baru belajar cara pembuatannya dari sebuah video. Tapi sayangnya, di sini hanya ada satu jenis bunga, jadi nanti aku akan keluar ke taman yang lebih luas untuk memetik beberapa bunga lagi. Ini pasti akan sangat menyenangkan, bukan?” ucap Nayya panjang lebar sambil terus memperlihatkan senyum nya. Riftan hanya menatap kekasihnya itu dengan perasaan yang semakin kacau. “Kau sudah bercelotehnya? Sekarang dengarkan aku.” Riftan menangkup wajah Nayya membuatnya melihat kearah dirinya. Mata Nayya yang bulat lucu mengerjap-ngerjap. “Yang kau lihat itu adalah sebuah kesalahpahaman. Aku dan putri Adora memang sudah menjalani ritual penyatuan jiwa tapi yang sebenarnya adalah, jiwa kami tidak bersatu. Pengikat jiwa itu tidak berhasil mengingat jiwaku melainkan tergantikan dengan jiwa Asoka. Jadi kau jangan pernah merasa sakit hati ketika putri Adora mendekatiku, suatu saat nanti ia akan menyadari jika aku bukan pasangan jiwanya. Aku juga akan berusaha secepatnya agar aku bisa terlepas darinya. Kau bisa mengerti, kan?” ucap Riftan memberi penjelasan, ia menunggu jawaban Nayya dengan perasaan yang was-was. Melihat senyum Nayya, hati Riftan menjadi lega. “Kenapa kau menjelaskan sedetail itu padaku, apakah kau sudah tidak menganggapku lagi sebagai orang yang akan selalu mendukungmu? aku tahu kau pasti tidak akan berbuat sesuatu yang akan menyakiti kita berdua. Aku percaya padamu, kau tahu kan kalau aku sangat mencintaimu. Jangan khawatir, aku bisa bekerja sama dengan baik.” Nayya tersenyum lembut . Riftan sampai tidak menyadari jika air matanya keluar saking terharunya mendengar jawaban dari Nayya. Sungguh ia tidak pernah menduga jika Nayya akan sangat berbesar hati dan mengerti keadaannya. “Terima kasih, Nayya . Aku semakin mencintaimu, “ ucapnya sambil memeluk erat tubuh kecil gadis itu. “Iya, sama-sama. Sampai kapanpun aku akan menunggumu,” balas Nayya. Air matanya mengalir. *** Sementara itu, seorang pria terlihat duduk di sebuah kursi mewah sambil memegang gelas berisikan cairan berwarna ungu gelap. Ia meminumnya dengan sekali tegukan lalu melempar gelasnya ke lantai. Suara kaca yang berhamburan ke lantai memekakkan telinga. Mengejutkan seorang wanita yang sedang tidur di atas kasur empuk tidak jauh dari tempatnya. “Kenapa kau memecahkan gelas itu?” tanyanya sambil beringsut. Membungkus tubuhnya yang polos dengan selimut dan melangkah kearah pria itu. “Sudah aku katakan bersabarlah sebentar lagi, tunggu keadaan di kastilnya menjadi kacau setelah itu kita bergerak. Aku yakin sebentar lagi akan ada kerusuhan di sana setelah putri mahkota itu masuk dan menjadi penghalang bagi Riftan dan makanannya itu,” ucap wanita itu sambil mengelus bahu lebar Gonzales. “Kau selalu bicara seperti itu, seolah semua rencanamu akan berhasil. Tapi apa? sampai sekarang kau selalu memintaku untuk bersabar,” sanggah Gonzales risau. Wanita itu tersenyum, lalu berkata. “Aku sangat yakin jika rencanaku ini tidak akan gagal. Sebentar lagi, darah yang kau inginkan itu akan menjadi milikmu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD