Bab 4 Hendra vs Hendry

1733 Words
"Memangnya ada apa sih Kay kenapa serius sekali?" ucap tanya Nayla pada saudara kembarnya itu. "Tadi ada cowok ganteng eh bukan, bukan itu masalahnya masalahnya tadi ada yang ganggu aku Nay, hah, juga bukan itu! Aduh apalagi ya dari mana dulu ini aku bicaranya ah pokoknya tadi ada cowok ganteng yang... akh sudahlah biarkan saja Nay, besok kita ke sini lagi karena aku dapat voucher gratis gara-gara insiden tadi," ucap Kayla Kemudian pada Nayla saat itu. Dan Nayla yang sedari tadi hanya bisa mendengarkan apa yang saudari kembarnya itu katakan hanya bisa mengangguk-angguk begitu saja tanda Gadis itu mengerti. "Iya sudah memangnya kita sekarang mau ke mana mau pulang? nggak ah, aku nggak mau! di rumah juga tidak ada mama dan papa males aku di rumah berdua," ucap Nayla saat itu dengan protesnya karena Nayla merasa jika ia berada di rumah ia akan merasa waktu berjalan begitu lambat karena hanya itu-itu saja yang bisa keduanya lakukan di rumah. "Huft," kemudian Keyla mendengus karena ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan bersama dengan Nayla saat itu hingga terlihat sosok tampan tadi yang memperkenalkan namanya Davi terlihat berjalan keluar dari Cafe tersebut Keila hanya bisa menatap sosok itu pergi begitu saja kemudian setelah lelaki itu hampir hilang dari pandangan matanya Kayla baru tersadar Jika ia harus memberitahu pada Nayla jika lelaki itu tadi yang sudah menolongnya. "Nay, ayo lihat ke sana itu dia lelaki yang tadi aku ceritakan Lihatlah!" ucap Kayla saat itu sembari menyentuh kedua Sisi PP Alena kemudian memaksa wajah Gadis itu untuk menatap ke arah di mana tatapan mata Kayla tertuju saat itu tetapi di sana sudah tidak terdapat siapa-siapa lagi karena sosok yang Kayla lihat tadi sudah hilang dari pandangan matanya. "Akh, kamu sih, kelamaan!" dengus kesal Kayla, kemudian Nayla yang tidak mengerti maksud dari saudari kembarnya itu pun hanya bisa menatap ke arah Kayla dengan tatapan penuh tanya. "Ada apa sih Kay Kok marah-marah sendiri nggak jelas begitu? habiskan deh minumannya Ayo kita lanjut jalan," ucap Nayla kemudian pada saudari kembarnya itu. Dan setelah beberapa saat akhirnya keduanya memilih untuk beranjak berdiri dari tempat itu namun sebelum keduanya meninggalkan tempat Nayla menghentikan langkah kaki Kayla untuk sesaat karena gadis itu ingin menghubungi mamanya terlebih dahulu. "Tunggu Kay!" ucap Nayla saat itu yang menghentikan langkah Kayla dan seketika itu pula Kayla langsung berbalik menghadap ke arah saudari kembarnya yang masih berada di tempatnya semula. "Ada apa Nay? bukankah kamu yang sedari tadi ingin kita segera pergi untuk jalan? kenapa masih duduk di tempat itu?" ucap tanya Kayla pada Nayla. "Tunggu sebentar saja Kay Aku mau telepon mama dulu dia ada di mana Apakah nanti bisa pulang atau tidak," ucap Nayla kemudian karena sudah dua hari mamanya tidak pulang ke rumah begitu juga dengan papa Nayla dan Kayla yang juga tidak pulang ke rumah. Dan ucapan Gadis itu mampu membuat Kayla segera duduk kembali di tempatnya semula. "Ya sudah Nayla kamu coba tanya Mama dan aku akan tanya papa Apakah Papa juga tidak akan pulang lagi hari ini," ucap Kayla kemudian lalu keduanya segera mengambil ponsel masing-masing mengetik pada layar ponselnya kemudian langsung menempelkan layar ponsel itu tepat ke sisi masing-masing telinga Nayla dan juga Kayla. Namun panggilan keduanya tidak ada yang tersambung pada kedua orang tua mereka membuat Nayla dan juga Kayla melakukan panggilan ulang selama beberapa kali namun tetap saja hasilnya tidak ada satupun panggilan dari mereka yang terjawab akhirnya mereka pun menyerah dan memutuskan tidak melanjutkan panggilan itu lagi. "Bagaimana Kay?" tanya Nayla. dan saat itu Nayla hanya menggelengkan kepalanya saja. Tanda panggilan teleponnya juga tidak ada hasil. "Ya sudah kalau begitu biarkan saja," ucap keduanya yang lalu menyimpan kembali ponsel masing-masing ke dalam tasnya keduanya akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke rumah lagi karena bagi keduanya di rumah adalah tempat ternyaman mereka meskipun di sana tidak ada mama dan juga papa-papanya. Sedangkan di tempat Mama Nayla dan juga Kayla saat itu wanita itu hanya menatap layar ponselnya yang baru saja mati kedua matanya berkaca-kaca saat itu karena ia sudah dengan sengaja mengabaikan panggilan putrinya dan bahkan tidak mengangkat panggilan tersebut bukan karena ia tega ataupun sengaja tetapi karena wanita itu benar-benar muak ketika ia pulang nanti dan bertemu dengan suaminya. "Itu sudah menjadi keputusan kamu untuk tidak mengangkat panggilan putrimu lalu kenapa sekarang kamu merasa bersedih seperti ini?" ucap tanya lelaki yang berada di sebelah Mama Nayla dan juga Kayla saat itu lelaki itu adalah teman kantor Mama Nayla tempatnya berada di sebelah tempat duduk Mama Nayla saat itu, dan lelaki itu pula yang dulu pernah mengantarkan Mama Nayla ke rumah dan sengaja Mama Nayla memanfaatkannya untuk membuat suaminya cemburu. "Masalahnya tidak sesederhana itu Hendry, aku tidak seberani itu untuk bicara pada putriku bisa-bisa aku menangis di hadapannya dan aku tidak mau putriku sampai kepikiran dan mengganggu aktivitas belajarnya Aku tidak mau itu siapa sih yang mau keluarganya berantakan Aku benci sekali dengan papa anak-anak Aku benci sekali dengan suamiku sangat benci dengan Hendra!" ucap wanita yang sering dipanggil Diana itu pada temannya yang bernama Hendry. "Kenapa kamu bisa berpikiran begitu di Bukankah kedua putrimu itu sudah besar mereka juga sudah pasti tahu mana yang baik dan mana yang tidak jadi kenapa kamu tidak mencoba pendekatan pada mereka bilang jujur bilang baik-baik jika memang Papanya anak-anak sudah bermain gila dengan wanita lain di luaran sana Kenapa hal seperti itu saja kamu begitu kesulitan untuk mengutarakannya Bukankah lebih baik kamu memberitahukannya pada putrimu itu aku yakin mereka pasti mengerti alasan kamu kenapa jarang pulang karena malas untuk bertemu dengan papa mereka daripada kamu Yang Terus Berlari seperti ini Bukankah lebih baik kamu segera menyelesaikan permasalahannya?" ucap lelaki yang bernama Henry itu dan terlihat Mama si kembar hanya bisa menggeleng kepalanya. "Terserah kamu mau bilang apa Hendri tapi yang pasti aku tidak sekuat itu jangankan mengatakan pada anak-anak jika Papanya Itu tengah berselingkuh hanya mengatakan pada mereka bahwa aku tidak bisa pulang karena ada rapat itu saja aku sudah ingin menangis bagaimana nanti jika aku mengutarakan semuanya pada mereka aku tidak mau mereka melihatku menangis aku tidak mau mereka melihat Aku yang rapuh aku harus menjadi sosok yang kuat di mata kedua putriku jika aku rapuh lalu mereka akan mencontoh siapa aku tidak peduli sekarang, Aku hanya ingin menjalani apa yang aku inginkan dulu aku berharap ketika keduanya sudah dewasa nanti mereka akan mengerti kenapa sampai mamanya berbuat seperti itu. Ya sudah kalau begitu aku mau pulang dulu," ucap Diana saat itu pada lelaki di sampingnya. "Nah begitu dong pulang ke rumah biar kedua putrimu tidak mencari lagi," ucap Henry kemudian yang mendukung Diana agar pulang ke rumah. "Siapa yang bilang aku pulang ke rumah aku mau pulang ke tempat kost. Oh ya bagaimana kemarin aku sudah minta tolong padamu untuk segera mencarikan ku apartemen kan? bagaimana? apakah sudah dapat?" ucap Diana kemudian pada lelaki itu dan terlihat Henry hanya terdiam sesaat sembari menatap wanita yang ada di depannya. "Kamu benar-benar yakin soal itu rupanya Di?!" ucap Henry kemudian. "Aku seribu persen serius Henry aku mungkin bisa memaafkan semua kesalahan apapun itu entah dia tidak memiliki uang atau memiliki permasalahan di rumah sakit aku bisa mengerti akan hal itu tapi satu yang tidak bisa aku terima Hendri Apa kamu tahu itu Aku tidak menerima jika suamiku sampai mendua apalagi berselingkuh. Aku tidak pernah bisa memaafkan itu dan aku tegas mengatakannya jika aku ingin berpisah aku ingin bercerai jika lelakiku melakukannya dan sekarang sudah terbukti dia melakukan itu jadi aku tidak bisa memberi maaf padanya," ucap wanita yang bernama Diana itu pada teman lelakinya. Henry pun hanya mendengar sesaat kemudian menatap sekilas wajah Diana di sana tampak lelaki itu begitu iba sekaligus kasihan melihat temannya itu yang sudah berumah tangga puluhan tahun hingga sudah memiliki dua Putri yang berada di kelas 2 SMA namun suaminya telah mendua. "Kenapa bisa lelakimu itu mendua di saat rumah tangga kalian sudah berjalan puluhan tahun kenapa tidak waktu kalian baru 3 sampai 5 tahun berumah tangga mungkin jika di saat itu kamu tidak akan menghadapi dilema besar seperti ini Di, mungkin di saat itu kamu juga belum memiliki anak dan kalaupun sudah memiliki anak mungkin anak kamu masih belum mengerti kenapa kedua orang tuanya berbisa tapi kalau sekarang pasti kamu yang sangat kesakitan karena kamu adalah seorang ibu sekaligus panutan bagi kedua putrimu yang sudah beranjak dewasa itu. Entahlah Diana aku juga tidak tahu harus bilang apa," ucap gerutu Henry saat itu yang tampak membuat Diana terdiam dan mendengarkan ucapan yang keluar dari bibir lelaki itu di sana. "Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk bilang? Aku kan tanya sudah ada apartemen yang dijual di dekat kantor kita ini Henry aku tidak memintamu untuk menjadi komentator dalam kehidupan rumah tangga aku jadi bagaimana sudah ada atau belum?" ucap Diana kemudian pada temannya itu barulah Henry tersadar apa yang tadi akan ia katakan pada temannya itu. "Astaga aku lupa Di mau bilang apa tadi?" ucap Henry lagi "Ada apartemen punya kakak aku tapi dia tidak menjualnya hanya menyewakannya saja karena dia tinggal di Negara istrinya sana, tempatnya ada di lantai atas apartemenku apa kamu berminat kalau untuk apartemen yang di luaran sana Aku tidak mendapatkannya apalagi yang dekat dengan kantor kita ini," ucap Hendry saat itu pada temannya. Terlihat Diana pun hanya mengangguk-angguk tanda jika wanita itu mengerti. "Nanti aku pikir-pikir lagi deh Henry, aku pulang dulu ke kost," ucap wanita itu kemudian pada temannya yang lalu segera mengemasi barang-barangnya dan beranjak berdiri dari tempat itu Henry pun juga melakukan hal yang sama karena saat itu sudah pukul tiga sore sudah waktunya untuk keduanya pulang dan Diana membawa mobilnya sendiri, begitu juga dengan Henry. Diana tidak menyadari jika dari kejauhan terlihat sebuah mobil yang terparkir di bawah pohon rindang yang tidak jauh dari tempat keduanya bekerja terlihat di sana ada papa Nayla dan juga Kayla atau suami Diana yang tengah berada di dalam mobil tersebut rupanya lelaki itu ingin melihat istrinya dari kejauhan walau bagaimanapun dalam hati lelaki yang sering dipanggil Hendra itu Dianya adalah sosok wanita dan istri yang begitu dicintainya dulu dan mungkin hingga detik itu namun lelaki itu tidak bisa untuk mendapatkan kembali hati Diana karena Hendra mengira jika wanita itu sudah bersama dengan lelaki lain hingga membuat Hendra menyerah. "Dasar wanita jahat kenapa aku bisa merindukan wanita jahat itu sudah tahu kita berumah tangga tidak sebentar tega-teganya dia menduakan kesucian cintaku padanya," ucap kesal Hendra saat itu ketika melihat Diana yang tengah bercakap-cakap dengan lelaki yang ada di sampingnya tampak begitu ceria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD