Jantung Diana kian berdegup kencang tidak karuan seolah tidak bisa wanita itu kendalikan lagi, rasa takut dan cemas kemudian menjalari di seluruh tubuhnya di mana Diana belum pernah melihat lelakinya berlaku demikian kasar padanya dan selama puluhan tahun, saat itulah baru pertama kalinya Diana merasakan jika apa yang Hendra lakukan padanya itu adalah hal yang tidak pernah Diana bayangkan sebelumnya.
"Stop mas! mas udah nggak waras!" ucap Diana dengan nada suara yang sedikit keras dan apa yang wanita itu katakan langsung membuat Diana tersadar jika di dalam rumah tersebut bukan hanya ada dia dan juga Hendra saja tetapi juga terdapat kedua putrinya yang pasti akan mendengarnya jika ia mengulangi teriakan yang sama kerasnya. Diana langsung refleks membekap mulutnya sendiri dengan salah satu tangannya saat itu sedangkan tangan yang lain sudah menopang ke belakang menopang tubuhnya agar tidak terjatuh ke atas pembaringan. Diana kian meronta ketika ia merasakan sentuhan telapak tangan Hendra yang sudah mulai bergantian mengusap kedua sisi paha mulusnya saat itu. Namun Diana saat itu hanya bisa berontak dengan tubuh yang terus bergerak seolah ingin keluar dari kurungan tangan suaminya.
"Jangan mas, aku mohon, hormatilah privasi aku seperti biasanya!" ucap Diana saat itu yang belum merasa bisa menerima semuanya karena sesuatu itu masih mengganjal di hatinya karena Hendra belum menjawab semua pertanyaannya itu. Dan Hendra yang mendengar ucapan itu keluar dari bibir Diana hanya bisa menghentikan aktivitasnya segera saat itu. Hendra menatap wajah Diana dengan kedua mata yang berkaca-kaca seakan tidak tega dengan apa yang sudah ia lakukan pada Diana tadi. Lelaki itu kemudian segera beringsut dan menelentangkan tubuhnya di samping tubuh Diana dan menghela nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya begitu saja. Diana yang melihat suaminya itu sudah tampak stabil kembali hanya bisa ikut merebahkan tubuhnya di samping Hendra dengan nyaman seakan tidak ada ke khawatiran yang ia rasakan seperti tadi.
"Apakah di matamu aku bukanlah lelaki yang bisa di percaya dan bukan suami yang baik?" tanya Hendra kemudian untuk mengawali pembicaraan keduanya setelah hening untuk beberapa saat.
"Baik, bertanggung jawab pada keluarga apa lagi masalah ekonomi, meskipun kita kemarin memutuskan untuk berpisah namun setiap bulannya kamu selalu memberikan jatah aku setiap bulan separuh gaji kamu mas," ucap Diana jujur saat itu yang memang merasa jika suaminya itu tidak pernah lepas tanggung jawab.
"Memang harusnya kamu mendapatkan apa yang harus kamu dapatkan dariku seperti hubungan di atas ranjang, tapi tetap saja hatiku dan tubuhku seolah tidak bisa menerimanya mas, maaf," ucap Diana lagi pada suaminya, dan hal itu bisa Hendra mengerti.
"Kenapa kamu dulu tidak bertanya langsung dulu ketika tahu jika di dalam mobilku ada ikat rambut dan boneka anak-anak? kenapa kamu tidak menegurku dan menghampiriku ketika kamu melihatku seolah aku tengah berciuman di dalam mobil dengan seorang wanita sayang?" tanya Hendra saat itu pada istrinya.
"Apakah jika saat itu aku bertanya pada mas dan juga menghampiri mas maka semuanya ini akan berbeda atau mungkin malah tidak akan pernah terjadi?" tanya Diana saat itu pada suaminya.
"Maka dari itu aku tadi ingin menghukummu sayang, mungkin aku akan menerimanya jika kamu melakukan itu dan hanya aku yang akan merasakan sakit dan dampaknya namun apa yang kamu lakukan itu membuat dirimu sendiri terluka dan terlebih lagi anak-anak, kamu tanpa sadar sudah membuat mereka ikut menanggung beban kita juga sayang, apa kamu mengerti itu hah?!" ucap Hendra yang tampak marah pada istrinya saat itu.
"Maksud mas apa? kenapa mas malah menyalahkanku begini? apa semua salahku?" tanya Diana pada suaminya lagi yang tampak protes dan ingin marah pula pada lelaki itu.
Hendra kemudian memiringkan tubuhnya menghadap ke arah diana kemudian lelaki itu mengangkat salah satu tangannya lalu menyibakkan sedikit rambut yang menutupi sebagian wajah cantik wanita itu hingga Hendra tampak bisa menatap sempurna wajah istrinya dari samping sana. Diana yang menyadarinya hanya bisa membiarkan saja apa yang suaminya itu lakukan.
"Saat itu ketika kamu melihat aku berada di mobil dengan seorang wanita itu memang benar sayang, dia adalah rekan kerja aku yang aku jumpai di jalan dan aku tawari tumpangan, rupanya wanita itu keluar makan siang untuk membelikan hadiah ikat rambut keponakannya dan juga anaknya, tanpa sadar salah satunya terjatuh dan saat itu kami serdang mencarinya tetapi tidak ketemu dan esok paginya ketika kita berangkat kerja sama-sama, mungkin kamu yang menemukannya pagi itu, dan kalau kamu tidak percaya kamu bisa aku pertemukan dengan wanita itu, kamu pasti masih ingat wajahnya kan? aku yakin kamu juga tahu siapa dia sayang," ucap Hendra saat itu dengan jawabannya yang hanya membuat Diana terdiam di tempatnya wanita itu mendengarkan setiap kata dan setiap ucapan yang keluar dari bibir suaminya.
"Kenapa? kenapa kamu diam? kamu tidak bisa berkata-kata lagi setelah mengetahui jawabannya yang hanya singkat dan padat itu saja sayang? jawaban yang harusnya kamu dengarkan satu tahun yang lalu agar rumah tangga kita berjalan dengan baik dan tidak seperti sekarang ini kalau nyatanya aku menduakan Mu atau bersama dengan wanita lain mana mungkin aku akan mempertahankan rumah tangga kita sampai detik ini, coba kamu pikirkan baik-baik," ucap Hendra saat itu pada istrinya.
"Jadi maksud kamu adalah semua yang membuat kita sampai seperti ini hanya salah paham saja? kesalahpahaman aku yang tidak berdasar?" ucap Diana saat itu pada suaminya bahkan wanita itu tampak begitu terkejut ketika mendengar ucapan lelaki itu yang benar-benar tidak pernah Diana pikirkan sebelumnya jika apa yang ia pikirkan itu semua hanyalah salah paham karena apa yang kedua matanya lihat saat itu tampak benar-benar nyata dan ternyata semua itu hanyalah pikiran dan juga asumsi Diana saja yang tidak mendasar bahkan bodohnya wanita itu tidak bertanya langsung setelah ia mengetahui hal itu pada suaminya hingga membuat Diana akan pemikirannya sendiri dan ternyata apa yang ia yakini itu sudah menyakiti seluruh hati keluarganya. Terlihat saat itu Hendra hanya bisa membalasnya dengan satu kali anggukan saja namun anggugan itu tampak mantap dan berusaha untuk meyakinkan bahwa memang semuanya adalah kesalahan wanita itu.
"Apa!!!" tampak Diana begitu terkejut dengan jawaban Hendra hingga Gadis itu pun langsung terjaga dari posisinya. Diana langsung terduduk di tempatnya sembari menghadap ke arah Hendra berada dengan tatapan mata yang membelalak dan wajah yang tampak begitu terkejut seolah masih tidak percaya dengan apa yang ia terima.
"Tidak mungkin! apa yang aku lihat itu sungguhan Mas dan jika memang apa yang Mas katakan itu sebenarnya, lalu parfum yang Mas pakai di jas dan juga kemeja mas tidak mungkinkan itu sebuah kebetulan dan aku yakin itu bukan parfum Mas yang biasa Mas pakai, itu adalah parfum wanita, lalu sekarang Mas mau mengelak apa lagi? apa Mas masih mau bersantai seperti ini?" ucap Diana saat itu pada suaminya dan sebelum lelaki itu menjawabnya, Diana sudah langsung mengucapkan kata-katanya kembali.
"Dari dulu ini yang aku takutkan, benar-benar aku khawatir jika sampai aku mengatakan apa yang aku pikirkan dengan landasan apa yang aku lihat itu nyata tapi nyatanya Mas bisa mengelaknya dan aku khawatir jika aku tidak bisa menemukan bukti lain lagi untuk membuktikan kecurangan Mas itu jadi aku berharap mas tidak curang dan menjawab kebenaran apa yang terjadi," ucap Diana saat itu pada suaminya yang menegaskan jika Ia ingin mendengar jawaban serius dan jujur dari bibir lelaki itu.
"Benar, kalau kamu bicara parfum itu memang benar, parfum itu adalah milik seorang wanita!" ucap Hendra saat itu yang tampak begitu santai menanggapi pertanyaan istrinya dan lelaki itu seger terjaga dari posisinya pula Hendra ikut terduduk Diana dan duduk tepat di hadapan wanita itu. Tampak terlihat senyum sinis Diana yang merasa Ia benar saat itu dan satu tangan Hendra sudah terangkat untuk meraih ujung dagu istrinya dengan cubitan lembut namun tampak gemas lelaki itu lakukan di sana. Seketika itu pula Diana langsung mencoba untuk mengelak cubitan dari ujung dua jemari tangan suaminya seolah Gadis itu tidak ingin jemari tangan itu menyentuh kulit ujung dagunya.
"Benar kan apa kataku, sekarang sudah terbuktikan kalau mas Hendra itu selingkuh dariku?" ucap Diana saat itu yang membenarkan pemikirannya yang tadinya wanita itu sempat menyerah dan ingin mengaku kalah.
"Tunggu dulu, kamu belum mendengar kelanjutan jawaban dariku kenapa kamu sudah langsung berasumsi jika pemikiran kamu itu benar sayang dengar dulu perkataanku baru kamu bisa bicara begitu," ucap Hendra pada saat itu pada istrinya dan terlihat Diana pun hanya bisa terdiam ketika mendengar ucapan dari suaminya tersebut degupan jantungnya benar-benar menggila dan wanita itu khawatir jika jawaban Hendra akan menyudutkannya tetapi dari dalam lubuk hatinya yang terdalam Diana ingin sekali mendengar jawaban Hendra jika itu semua adalah kesalahpahamannya lagi dan nyatanya Hendra masih selalu setia dengannya.
"Lalu apa kelanjutannya?" ucap tannya Diana kemudian yang sudah tidak bisa menunggu lama lagi wanita itu benar-benar begitu penasaran dibuatnya.
"Itu adalah parfum yang teman lelaki satu profesi denganku beli untuk hadiah istrinya dan dia sengaja menyemprotkan parfum itu ke bagian depan tubuhku dan saat itu kebetulan aku mengenakan kemeja beserta jasnya karena aku baru tiba di kantor, dia ingin tahu apakah parfum itu wanginya akan istrinya sukai atau tidak, katanya aku lebih berpengalaman soal parfum karena parfum yang aku pakai selalu menjadi perhatian, dan aku tidak mengerti kenapa parfum itu sampai aku pulang ke rumah masih menempel di sana dan jika kamu tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir suamimu ini ya sudah kamu curigai selama 1 tahun lebih ini aku bisa membawakan saksi kunci biang kerok yang membuat kamu cemburu sampai tidak waras begini!" ucap Hendra saat itu pada istrinya.