LOVE SUDDENLY

Reina benar-benar terpukul saat mengetahui bahwa perusahaan keluarganya telah bangkrut. Kabar itu datang seperti petir di siang bolong, disampaikan langsung oleh ayahnya sendiri. Reina mengutarakan rasa tak percayanya kepada sang ayah. "Bagaimana ini bisa terjadi, Yah? Padahal perusahaan itu dibangun dengan susah payah oleh Ibu. Bagaimana mungkin bisa mengalami kemerosotan finansial seperti ini?" Nada suaranya bercampur antara amarah dan kekecewaan. Namun, ayahnya hanya terdiam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia terus meminta maaf kepada Reina dengan suara lirih dan penuh rasa bersalah. Di balik kesunyian itu, Reina mulai menyadari akar masalah yang sesungguhnya. Semua ini berawal dari perempuan yang kini menjadi istri baru ayahnya. Kehadiran mereka di rumah membuat segalanya berubah menjadi rumit. Ayahnya menjadi seperti boneka yang mudah dikendalikan, tidak pernah menolak keinginan istri barunya sekalipun. Bahkan, ia rela menggunakan uang perusahaan untuk memenuhi gaya hidup mewah istri dan anak tirinya, yang gila berbelanja dan gemar berfoya-foya. Reina sendiri tidak luput dari perlakuan buruk mereka. Posisi dan kehormatannya sebagai putri keluarga perlahan memudar, sehingga ia tidak lagi dihargai di rumahnya sendiri. Lebih sakit lagi, selama ini dia telah disisihkan oleh ayahnya dalam urusan perusahaan, tidak diberi kesempatan untuk berperan meski memiliki hak atasnya. Hari itu, sang ayah menyerahkan sebuah berkas kepada Reina. Dengan cemas, perempuan muda itu membuka dokumen tersebut dan membaca isinya. Betapa terkejutnya dia ketika tahu bahwa ayahnya telah meminjam uang dalam jumlah besar. Jika pinjaman itu tidak dapat dilunasi atau keuntungan tidak dibagi seperti yang dijanjikan, maka hukuman penjara siap menunggu. Namun, ada satu klausul dalam perjanjian tersebut: pernikahan salah satu putri sang ayah bisa menjadi jaminan untuk menggantikan hutang itu. Sang ayah menjelaskan detailnya kepada Reina. "JR Group bersedia memberikan bantuan finansial kepada Ayah dengan syarat pembagian hasil dan cicilan. Tapi karena Ayah gagal mempertahankan pabrik kita... semuanya semakin sulit," kata pria itu dengan kepala tertunduk. Reina hanya mampu memandang ayahnya dengan penuh rasa kecewa. "Aku benar-benar kecewa pada Ayah. Kenapa Ayah baru memberitahu aku setelah ini semua terjadi?" ucapnya dengan suara bergetar. Ayahnya menatap Reina penuh harap. "Nak, Ayah minta maaf soal ini... Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah kau bersedia menolong Ayahmu?" Meskipun marah dan membenci keputusan ayahnya, Reina tidak tega membiarkan pria yang telah membesarkannya dipenjara atau nama baik keluarganya hancur tercoreng di mata publik. Setelah mempertimbangkan banyak hal, dia akhirnya menghela napas panjang dan memberikan jawaban. "Baiklah, Ayah... Aku akan menerima pernikahan ini." Mendengar keputusan itu, sang ayah langsung memeluk Reina dengan erat sambil menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam padanya. Keputusan tersebut membawa Reina ke arah hidup yang tak pernah ia duga sebelumnya. Dia tahu betul reputasi JR Group, salah satu perusahaan terbesar yang memiliki jaringan bisnis di dalam dan luar negeri serta menjadi pembayar pajak terbesar di negara itu. Namun, berita tentang pemilik perusahaan tersebut membuatnya gelisah. Ada rumor tak sedap yang menyebutkan bahwa penguasa JR Group memiliki kelainan seksual sebagai pecinta sesama jenis—isu ini bermula dari seorang artis ternama luar negeri yang dikabarkan pernah menjalin hubungan dengannya. Selain itu, gosip internal perusahaan menggambarkannya sebagai sosok yang kejam dan temperamental. Yang lebih misterius, hingga kini wajah sang pemilik tetap tersembunyi dari media, selalu diwakilkan oleh asistennya dalam berbagai urusan publik. Di tengah situasi ini, Lidya, ibu tiri Reina, mulai menaruh harap putrinya Merry menikah dengan pihak JR Group. Dengan begitu, ia berpikir dapat menikmati harta kekayaan mereka tanpa batas. Namun, Merry menolak keras rencana tersebut. Ia bukan hanya tidak ingin hidupnya diatur, tetapi juga enggan menikahi seseorang yang tidak dikenalnya. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan rumah jika ibunya terus mendesaknya. Tiba-tiba saja Merry datang menghampiri Reina yang baru saja keluar dari ruang kerja ayahnya, Merry tertawa kecil sambil berkata, "Selamat atas perjodohanmu. Semoga kau menikmati kehidupan bersama pria kaya itu." Reina yang mendengar ucapan tersebut hanya memilih diam, enggan terpengaruh atau menanggapi terlalu jauh. Tetapi akhirnya, dengan nada menyindir, dia memberikan balasan yang tajam. "Oh, terima kasih atas ucapannya. Semoga itu tulus dari hati. Ngomong-ngomong, menikah itu jauh lebih terhormat daripada sekadar bermain-main di luar sana, bukan?" ucap Reina sambil mendekat dan berbisik di telinga Merry sebelum melangkah pergi Merry membeku sejenak, wajahnya mendadak memucat oleh rasa jengkel yang memuncak. Dengan nada kesal, dia berseru ke arah Reina. "Dasar gadis sombong bermulut tajam!”