Ali, Oma

1142 Words
Melangkah dengan gagah berani, seorang pilot masih dengan seragamnya masuk ke sebuah kantor untuk menemui sang sahabat yang sudah lama sekali tidak ia jumpai.   Sesekali tebar senyum dan menganggukkan kepala kepada siapapun yang menyapanya.   "Yuki ada?." Tanya Ali kepada resepsionis.   "Bu Yuki belum dateng pak, mau di tinggu?."  "Ya, saya tunggu saja."  "Silahkan tunggu di sebelah sana, pak." si resepsionis yang benarma Sarah menunjukkan ruang tamu untuk para pelanggan Yuki ataupun kolega yang ingin bertemu dengan si pemilik.  Ali menunggu Yuki sambil membaca majalah fashion yang tersedia di sana. Salah satu OB memberikan Ali secangkir teh panas, kebiasaan yang selalu butik Yuki berikan sebagai salah satu servis kepada tamu.   "Terimakasih, "  "Iya, Pak. "  Kunjungan Ali ke tempat kerja Yuki memang tergolong masih pagi. Masih jam setengah sembilan, karena dia landas jam setengah delapan tadi. Penerbangan kemarin malam dari Jepang ke Jakarta.   Aliandra Syarif, pilot berumur 27 tahun. Sahabat baik Yuki dari semasa SD hingga dua tahun lalu. Kesalahpahaman membuat hubungan Yuki dan Ali berjarak. Ali merasa tak enak hati, ia ingin meluruskan semuanya tetapi terlambat. Kabar perginya Yuki dari rumah dan juga kabar mengenai perceraian Yuki lebih dulu berkumandang. Ali gagal membantu sahabatnya meluruskan semua masalah. Kala itu Ali harus terbang apalagi penerbangan di luar negri, sehingga tidak memungkinkan Ali untuk pulang ke Indonesia di waktu dekat.   "Ali.... " Panggil Yuki pada Ali.   Ali yang merasa namanya dipanggil lantas berdiri menyambut kedatangan Yuki yang sangat ia nantikan. "Yuki.... " Panggilnya balik.   Ali memeluk Yuki erat namun tak ada balasan dari Yuki, bukan karena tak mau membalas. Hanya saja Yuki nggak nyangka aja Ali berada di kantornya sekarang.   "Kita ke dalem." Ajak Yuki. Ali pun mengikuti langkah Yuki.   "Gila, temennya bu Yuki ganteng ya? Aku mau.... " Kata Cika antusias.  "Betul Cik, gue bilang ah sama bu Yuki supaya kenalin gue sama pak Ali. " Ucap Sarah percaya diri.   "Itu si maunya lo. Pertanyaannya pak Ali mau nggak sama lo ?." Sahut Danu, karyawan Yuki.   "Bilang aja lo cemburu, " semprot Sarah.   "Gue-" Danu menunjuk dirinya sendiri. "Nggak mungkin!. "  "Awas lo kena karma.... " Bela Cika.  "Mau minum apa?. " Yuki menawari Ali yang sudah duduk manis di sofa ruang kerja Yuki.  "Makasih, tapi nggak usah. Tadi gue udah dikasih minum di depan. "  Yuki ikut bergabung duduk di sofa hanya saja Yuki berada di seberang, depan Ali duduk.   "Gimana kabar kamu?. " Tanya Ali.   "Baik.... "  "Sori buat kejadian dulu, sebenarnya gue udah lama pingin bilang ini ke kamu. Tapi maaf banget, gue baru ada waktu sekarang. Gue juga udah hubungin e-mail dan hape kamu, tapi semuanya nihil. " Kata Ali serius dan menyesal. Jangan heran kalau Ali selalu panggil Yuki dengan sebutan kamu dan panggil dirinya sendiri dengan bahasa gaul. Itu hanya sebagai bentuk penghormatan saja karena Yuki selalu memanggil Ali dengan sebutan kamu.   "Semua yang terjadi bukan salah kamu. Aku jauh lebih salah karena tidak bisa menjelaskan kebenarannya pada Stefan dan juga Bunda Willi (bunda Stefan) bahkan keluarga mereka. Bukannya meyakinkan aku malah pergi ninggalin mereka dan menceraikan Stefan....." Lalu mengalir semua cerita Yuki pada Ali. Ali hanya berusaha menjadi pendengar yang baik, Ali memandangi pilu sahabatnya. Apalagi masalah ini sampai membuat Yuki jauh dari keluarganya. Ali benar-benar merasa berdosa sekali dengan Yuki. Semua ini tak akan terjadi jika Ali tak memeluk Yuki saat itu. Ali merutuki kebodohannya sendiri yang dengan lancang memeluk Yuki di Mall padahal Yuki sudah punya suami. Faktanya Al dulu tak memikirkan itu, dulu ia hanya reflek memeluk Yuki karena memang sudah lama tidak berjumpa. Namun sayang, pelukan persahabatan dari Al justru di manfaatkan oleh Oma Wilma Oma Wilma menyuruh orang untuk mengikuti Yuki dan memfoto semua yang Yuki lakukan. Saat Oma melihat foto Yuki berpelukan dengan Ali, maka kesempatan untuk sang Oma memuluskan rencananya.   Ali beranjak dari tempat duduknya, ia mendekati Yuki dan memeluk sahabatnya dengan erat. Ali sangat perihatin dengan kisah hidup Yuki. Ali berjanji pada dirinya sendiri akan membantu Yuki menyelesaikan semua permasalahan sahabatnya.  "Jangan takut, semua akan segera selesai. Hubungan kalian akan segera membaik. Aku janji akan bantu kamu. " Kata Ali dengan yakin.   ***  "Oma uyut....!." Panggil Danish sambil berlari menuju sang Oma buyut, nenek dari Stefan.   "Pakai baju dulu, oma uyut nggak mau peluk."  "Tapi aku kangen oma uyut!."  "Issss mirip sekali dengan Ayahnya. Sini oma peluk dulu, habis peluk janji ya langsung pakai baju!. "  "Janji, "  Danish langsung memeluk Oma buyutnya kemudian masuk ke kamar untuk berpakaian. Tadi Danish habis main air di kolam renang mungilnya bersama si ikan cupang yang baru dia beli dari mang-mang di sekolah saudara sepupunya. Pagi tadi ia ikut mengantar saudara sepupunya kemudian melihat ada penjual ikan warna warni menggemaskan jadi minta beli.   "Stefan di mana?." Tanya Oma kepada sang Putri yang tak lain adalah Bunda Willi.   "Lagi di restoran Ma, memang kenapa?. "  "Mama hanya mau minta anak itu segera menikah dengan Celina. Mau sampai kapan dia sendiri terus. " 1 "Ma, biar Stefan pilih sendiri."  "Pilih apa? Nggak akan ada pilih sendiri, nanti dia salah pilih."  "Ma, maaf kalau untuk kali ini aku ikut campur. Tapi sebagai Ibu, aku ingin yang terbaik buat anak. Cukup sudah mama ikut campur kehidupan Stefan. Jangan pikir aku nggak tahu ulah mama yang pisahin Stefan dengan Yuki?. "  "Bicara apa kamu?!." Bentak sang Mama.  "Sampai kapan Mama akan begini, cukup Ma. Kalau Mama tetap memaksa, Willi yang akan kasih tahu sama semunya. "  Si Mama berdiri dari duduk, berkeliling sebentar pura-pura melihat foto keluarga yang terpajang di dinding.   "Jangan mengalihkan pembicaraan Mama, aku rasa sudah cukup perlakuan mama ke anakku. "  "Jaga bicara kamu, anak kamu adalah cucuku. Aku berhak mendidik dia, mengarahkan dia. "  "Seandainya dulu aku tahu ini ulah Mama, maka aku akan cegah. Sayangnya aku terlambat. "  Willi datang ke rumah Mamanya, sudah cukup lama Willi tak mengunjungi rumah sang Mama, sehingga hari ini dia pergi ke rumah Mamanya.  Willi menyapa Bi Asih, pembantu rumah tangga di rumah sang Mama. "Mama ada, Bi?. " Tanya Willi.   "Ada, bu. Di kamarnya tadi sedang istirahat. "  "Baiklah, tolong simpan buah-buahan ini ya. Saya ke kamar Mama dulu ."       "Baik, bu. "  Willi melangkah menuju kamar sang mama yang tak jauh dari ruang tamu, mamanya sudah cukup tua sehingga Willi bereata keluarga lain meminta mama untuk pindah ke kamar depan saja. Willi hendak membuka pintau kamar sang mama namun sayup-sayup ia mendengar suara sang mama yang sedang menelepon seseorang.  "Sabarlah, oma janji akan paksa Stefan until menikahi kamu. Kamu tahu sendiri, dia baru sampai di Indonesi dan oma nggak mungkin batalin semuanya, sia-sia dong oma memisahkan mereka..... "  Willi terus mendengarkan percakapan sang mama hingga percakapan itu selesai. Ternyata selama ini semua yang menimpa sang anak adalah hasil tangan sang Mama.   Willi benar-benar tak menyangka. Willi ingin sekali masuk kedalam kamar mamanya dan membongkar semua, tapi sepertinya ia belum kuat hati. Biarlah tunggu sebentar lagi, Willi janji pada dirinya untuk meluruskan masalah ini.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD