Bab 2. PERTEMUAN PERTAMA

1496 Words
Flashback dua tahun yang lalu. Saat pertama kalinya kedua insan ini bertemu hingga akhirnya saling jatuh cinta. FLASHBACK ON Setelah lulus dari SMA, Kanaya memutuskan untuk melanjutkan studynya di UI dengan bantuan beasiswa. Mendapatkan beasiswa bukanlah hal yang mudah untuk Kanaya. Mengingat keterbatasannya dalam hal buku-buku pendukung serta waktunya yang juga tersita untuk panti asuhan tempatnya tinggal. Namun itu tak menjadi niatnya untuk membuat Sang Bunda bangga menciut. Tekadnya sangat kuat. Ia ingin sekali agar semua adik-adiknya yang tinggal di panti asuhan mendapatkan tempat yang layak. Serta pendidikan yang baik. Selama di sekolah menengahnya, Kanaya begitu giat belajar untuk mendapat nilai yang tinggi serta tidak menyusahkan Bundanya. Juga dapat membuat bundanya senang sekaligus bangga terhadapnya. Dan hal itu terbukti, Kanaya tidak pernah sedikitpun mengecewakan sang bunda. Selama kuliah Kanaya juga bekerja part time di sebuah kafe untuk menunjang kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kanaya tak ingin terlalu membebani Bundanya yang pastinya akan terbebani dengan biaya hidupnya. Kanaya menuntaskan masa kuliahnya lebih cepat , ia lulus setelah tiga tahun setengah dan mendapatkan nilai yang begitu memuaskan . Bahkan sudah banyak perusahaan-perusahaan besar yang menawarkan pekerjaan untuknya, tentu saja dengan iming-iming gaji yang besar .Setelah menimbang- nimbang , akhirnya pilihan Kanaya jatuh pada perusahaan ARTHA GROUP. Perusahaan yang bisa di bilang sebagai perusahaan terbaik dan terbesar di Indonesia. Seperti kebanyakan para pelamar pekerjaan yang lainnya, Kanaya juga melakukan interview terlebih dahulu. Awalnya Kanaya berfikir akan menjadi karyawan biasa disini , mengingat bahwa untuk masuk ke perusahaan ini membutuhkan nilai yang tinggi dan pengalaman kerja yang bagus. Bahkan terkenal sulit. Namun siapa sangka, Kanaya langsung dipilih untuk menjadi sekretaris CEO. Menggantikan sekretaris lamanya yang resign karena akan segera melahirkan. Karena rupanya, CEO sendirilah yang memilihnya. Tentunya dengan melihat nilai-nilainya yang cukup memuaskan. Kanaya mengatur nafas dan degup jantungnya saat berada di depan pintu ruangan CEO, bagaimanapun ini adalah hari pertamanya di perusahaan. Dan ia tak ingin melakukan kesalahan sedikit pun. Ini adalah pekerjaan yang sangat ia harapkan. Demi Bundanya dan juga adik-adiknya di panti. Ia mengetuk pintu ruangan CEO dengan gugup, dan setelah mendengar jawaban dari dalam Kanaya segera masuk . Tatapannya tertuju pada pria tampan di depannya yang berstatus sebagai CEO. Pria yang sejak ia masuk masih tertunduk diam dan sibuk dengan ponselnya. Ia melirik ke sisi meja , tertampang jelas papan nama dengan ukiran yang elegan . “ Reynand Pratama “ gumam Kanaya pelan. Membaca nama dari Bos besarnya tersebut. Meski dengan wajah menunduk, Kanaya dapat menebak dengan benar. Bahwa bosnya tersebut adalah sosok yang tampan. Terlihat dari rahangnya yang kokoh dan tegas. Rambut warna hitam yang tertata rapi. Kanaya jadi penasaran seperti apa rupa dari orang nomer satu di perusahaan terbesar ini. Benak Kanaya. “ Silahkan duduk! “ suara bariton sang pria itu menyadarkan lamunan Kanaya akan rasa penasarannya yang telah terjawab. Hingga membuat ia terdiam beberapa saat. DEG Kanaya segera duduk di kursi yang berada tepat di depan meja CEO . Kanaya memainkan jarinya , ia begitu gugup apalagi saat Rey menatap intens kearahnya. Karena ini pertama kalinya ia ditatap sedemikian lekat oleh seorang laki-laki. Membuatnya gugup bukan main. Jangan lupakan detak jantungnya yang menggila serta keringat dingin yang keluar di dahinya. “ Na... nama saya Kanaya Prameswari , menggantikan bu Dita sebagai sekretaris anda “ jelas Kanaya pelan. “ Oke. Dan saya harap kamu mampu bekerja sebaik Bu Dita. Bahkan harus lebih baik daripada dia. Karena saya sendiri yang memilihmu. Jangan kecewakan Penilaian saya.” Ungkap Reynand datar. Kanaya mengangguk. “Baik, Pak. Akan saya usahakan sebaik mungkin untuk bisa bekerja dengan baik di perusahaan ini.” Sahut Kanaya serius. “ Baiklah Kanaya , selamat datang dan mohon kerja samanya ! “ ucap Rey tegas, dingin dan datar. Pria itu berdiri, Sambil mengulurkan tangannya . Kanaya menjabat tangan Rey , sambil tersenyum . Berbeda dengan Rey , ia tetap dengan ekspresi wajahnya yang datar dan dingin . “ Kamu boleh menanyakan perkerjaan apa saja yang harus kamu lakukan pada HRD ! “ kata Rey yang masih mempertahankan ekpresi nya. Setelah melepaskan tautan tangan keduanya. “ Baik pak “ “ Kalau begitu kau boleh pergi ! “ Titahnya kembali tanpa melihat Kanaya. Ia sibuk dengan laptopnya. “ Baik , saya permisi” Kanaya bangkit dari duduknya dan berbalik menuju pintu sambil menggerutu didalam hati . “ Dasar bos tembok es! Jadi, benar gosipnya? Haish, untung ganteng! “ umpat Kanaya setelah keluar dari ruangan itu tentunya. Kanaya segera mencari tahu apa saja yang harus ia kerjakan. Tentunya ia butuh informasi mengenai Reynand yang terkenal sulit untuk dihadapi. Seperti gosip yang beredar. Reynand Pratama dikenal sebagai CEO yang dingin , arogan dan bossy. Serta angkuh. Bagi Reynand , semua hanya berada dibawah kuasanya dan harus patuh pada perintahnya . Reynand adalah anak tunggal dan satu-satunya penerus ARTHA GROUP , sejak kecil ia sudah terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan . Jadi apapun itu harus sesuai dengan keingannya. “Jika tidak suka dengan peraturan disini , silahkan angkat kaki dari perusahaan!” Begitulah aturan diperusahaan Reynand. Namun Reynand tak sekejam itu pada karyawan nya , ia akan menjamin kesejahteraan seluruh karyawan yang mau mengikuti peraturannya. Reynand selalu memberikan yang selayaknya kepada semua karyawannya yang bekerja keras. Banyak bonus serta ada acara Terbukti sejak perusahaan berada didalam genggamannya , harga saham perusahaan naik dan sudah banyak cabang yang tersebar diseluruh dunia. Kanaya sejak tadi sibuk mempelajari semuanya. Beruntung ia termasuk orang yang bisa cepat tanggap dalam mempelajari sesuatu dan hanya butuh sekali, dua kali pemberitahuan. Waktu menunjukkan saat jam makan siang. Kanaya ingat bahwa ia juga harus memesankan makan siang untuk Reynand saat bos besarnya tersebut tak ada jadwal makan siang bersama kliennya. Kanaya bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu ruangan CEO di depannya. Setelah mendengar sahutan dari dalam. Kanaya pun masuk. Ia menatap Reynand yang masih sibuk dengan beberapa berkas di tangannya. Rambutnya sedikit berantakan. Serta kemeja pria itu sedikit lusuh. Jasnya pun hanya ia sampirkan di belakang kursinya. “Maaf, pak. Bapak mau makan siang apa hari ini?” tanya Kanaya yang mencoba meminta atensi Reynand yang nampaknya tak terlalu menyadari keberadaannya. “Terserah kamu. Asalkan tidak terlalu pedas. Saya nggak suka pedas soalnya. Sama bawakan berkas yang tadi saya minta. Mau saya periksa. Sebelum besok harus meeting dengan pihak mereka.” Jelas Reynand yang tak mau sedikit pun mendongak. “Baik, Pak. Akan saya antarkan bersama dengan makan siang Bapak. Saya permisi.” Kanaya segera berlalu pergi. Ia secepatnya memesan makan siang Reynand. Juga menyiapkan berkas-berkas yang tadi diminta Reynand. Tak lama setelah OB mengantarkan makanan untuk Reynand. Kanaya kembali mengetuk pintu dan masuk dengan membawa makan siang serta berkasnya. Reynand sama sekali tidak menoleh bahkan melirik. Ia hanya berdehem singkat untuk menjawabnya. Lalu kembali fokus pada layar laptopnya. “Ada lagi yang bapak butuhkan?” tanya Kanaya masih berdiri di seberangnya. Reynand menjawab, “Tidak. Kamu bisa keluar sekarang.” Sahutnya acuh. Kanaya pun keluar dan memilih untuk menuju ke kantin. Ia sangat lapar saat ini. Beruntung ia masih menemukan meja yang kosong. Setelah mendapatkan makanannya. Kanaya segera melahapnya. Maklum saja, tadi pagi ia hanya memakan sepotong roti. Karena takut terlambat di hari pertama bekerja. Ditambah pula, CEO tempatnya bekerja tidak suka pada orang yang telat. Dengan alasan apa pun. Kanaya membuka aplikasi w******p di ponselnya. Melihat pesan dari Sang Bunda, membuatnya tersenyum tipis. Ia pun segey membalasnya. Bersamaan dengan bunyi kursi di depannya yang ditarik. Dan duduklah seorang gadis yang tersenyum ramah ke arahnya. “Hai! Boleh aku bergabung denganmu disini? Aku kehabisan meja!” keluhnya sedih. Kanaya mengangguk dan tersenyum tipis. “Iya. Silahkan saja.” Jawabnya. Kanaya kembali fokus pada ponselnya. Ia tersenyum tipis melihat balasan dari adiknya yang mengarah padanya untuk membawa pulang seorang pangeran tampan dari kantornya yang akan dijadikan kakak iparnya. “Ada-ada saja.” Kanaya terkekeh geli membacanya. “Dari siapa? Pacarnya yah? Kelihatannya seneng gitu!” goda gadis di hadapannya ini. Kanaya sontak mendongak dan menggeleng. “Bukan kok. Tapi dari adikku. Ia memintaku untuk membawakan seorang pangeran yang tampan dari tempatku bekerja.” Jelas Kanaya masih dengan senyum gelinya. “Adikmu pasti meminta kau segera mempunyai kekasih. Oh, iya. Perkenalkan namaku Andira. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan Dira. Nama kamu siapa? Kamu karyawan baru bukan? Di bagian apa?” cecar Dira beruntun. Membuat Kanaya sempat terkesiap. Rupanya gadis ini cerewet juga. Batinnya. “Namaku Kanaya. Terserah kamu mau memanggilku apa. Aku jadi sekretaris CEO. Menggantikan Bu Dita.” Terang Kanaya sopan. “WHAT!!” pekik Dira terkejut. “Benarkah? Jadi kamu yang kabarnya dipilih langsung sama Pak. Reynand? Wah, berarti kamu pintar dong. Sampai Pak Reynand sendiri yang turun tangan memilihmu.” Puji Dira. “Aku tidak sepintar itu untuk bisa kau puji. Mungkin hanya kebetulan saja Pak Reynand membutuhkan sekertaris dalam waktu cepat.” Sergah Kanaya yang terlihat tak suka mendengar bahwa ia beruntung karena dipilih langsung oleh Reynand. 'Apanya yang beruntung? Yang ada malah aku pastinya tersiksa. Seharian ini aku sudah sangat sibuk. Padahal ini hari pertamaku bekerja.’ Keluh Kanaya dalam hatinya. “Tapi serius kok. Biasanya mana mau Pak Reynand mau mengurus hal remeh Seperti ini. Pekerjaannya kan cukup banyak. Hingga ia tak pernah punya waktu bersenang-senang dengan para wanita yang mengejarnya. Hanya bekerja dan bekerja setiap harinya.” Jelas Dira. “Benarkah?” tanya Kanaya yang seakan tak percaya akan fakta yang baru saja ia dengar. 'Bukannya biasanya tuh, kalo cowok kaya sukanya main perempuan. Dan jadi playboy. Tapi kok?’ benaknya bertanya-tanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD