Awal yang Kelam
“Dasar pria gak guna! “
Teriakan itu lagi, menggema keseluruhan ruangan. Teriakan yang berasal dari kamar orang tua Azzura. Bagi Azzura teriakan itu seolah sarapan yang setiap hari tersaji di hadapannya.
“Bruk.”
“ARGHHHHH.... “teriak ibunya lagi.
Azzura menenggelamkan kepalanya di dalam bantal guling. Menutup rapat telinganya dari semua ini. Ia muak. Tiada hari tanpa teriakan, makian, dan u*****n. Tidak ada! Azzura terlalu muak dengan semua ini. Azzura muak terlahir dari dua manusia yang tidak mengerti apa itu kasih sayang! Ia muak, terlahir sebagai anak bungsu yang ditinggalkan semua orang. Kedua kakaknya, meninggalkan Azzura begitu saja. Mereka merantau di negeri nan jauh di sana. Melupakan keberadaan Azzura yang terkekang dalam neraka berbentuk rumah itu.
“Sayang. Malam ini datang ke kos an ku ya.... Aku menunggu mu sayang. I love you.”
Begitu pesan yang dikirim Berly, pacar Azzura.
Azzura tersenyum kecil, hanya Berly salah satu alasan mengapa ia masih tetap hidup. Berly membuatnya merasa dibutuhkan dan dicintai. Azzura tidak pernah berpikir bahwa Berly sesungguhnya yang telah merusak hidupnya. Azzura tidak sadar akan hal itu. Kehausan akan kasih sayang membuat Azzura merelakan hal berharga miliknya untuk di berikan pada Berly yang empat tahun lebih tua dari Azzura. Azzura tidak memahami apa pun. Ia hanya gadis berusia 18 tahun yang berpikir sempit. Azzura tidak tahu apa itu, kehormatan ataupun dosa. Azzura tidak tahu apa yang ia lakukan adalah perbuatan dosa yang sangat dimurkai Allah SWT. Yang Azzura ketahui hanyalah saat ia menyerahkan dirinya pada Berly maka saat itu ia dicintai. Sebuah cinta yang tidak Azzura dapat dari kedua orang tuanya.
Azzura bergegas bangkit dari kasurnya. Ia bersiap-siap untuk datang menemui seseorang yang mampu memberinya ‘cinta’. Azzura haus. Ia haus cinta dan kasih sayang.
Tepat pukul tujuh malam, sehabis magrib. Azzura keluar dari rumah. Tidak sulit bagi Azzura untuk keluar malam, ia tak perlu mengendap-endap atau memberi beribu alasan kepada orangtuanya. Nyatanya mereka sama sekali tidak peduli pada Azzura. Mereka terlalu sibuk dengan pertengkaran mereka, hingga tidak memiliki waktu untuk sekedar mengkhawatirkan Azzura. Kapanpun Azzura pergi atau pulang. Semua akan tetap sama. Mereka tidak peduli. Rumah bagi Azzura hanya tempat ia berteduh dari panas dan hujan. Tidak lebih.
“Sayang.... “ Azzura sudah tiba di depan pintu kos Berly.
Berly merupakan murid pindahan dari Jawa Tengah. Berly merantau ke Bandung untuk menemukan jati dirinya. Berly merupakan siswa SMA tingkat akhir. Pertemuan Azzura dan Berly terjadi saat Berly tanpa sengaja menemukan nomor ponsel Azzura secara acak di ponselnya. Berly yang lebih tua empat tahun dari Azzura, begitu royal dan perhatian pada Azzura, Berly juga seringkali menghibur Azzura saat Azzura terpuruk dengan kondisi orang tuanya. Bagi Azzura Berly adalah malaikat yang memberi segalanya pada Azzura. Azzura tidak peduli tentang segalanya. Azzura akan terus memenuhi keinginan Berly. Berly adalah setan yang bertopeng malaikat.
“ Sayang, akhirnya kamu sampai juga. Aku sangat merindukan mu.” Berly tersenyum bak setan yang baru saja melihat mangsanya.
“Maaf sayang, “jawab Azzura.
Berly terkekeh. Bisikan-bisikan setan sudah memenuhi telinganya. Tubuhnya sudah dikendalikan setan. Dan hatinya sudah terbujuk alibi setan. Kedua manusia itu tengah membuat dosa, diusia belia mereka. Sebuah dosa yang sangat dibenci oleh Rabb nya. Dosa terbesar setelah menyekutukan Allah. Berzina.
*****
Sekolah merupakan ‘neraka’ kedua bagi Azzura setelah rumahnya. Azzura benci sekolah selayaknya ia benci rumahnya. Di sekolah, Azzura seolah diasingkan dari semua orang. Entah apa yang menyebabkan hal itu. Semua orang tidak menyukai Azzura. Azzura dibuang dari pergaulan.
Azzura sendirian. Selalu sendirian.
“Sayang, bolos saja hari ini. Kita bersenang-senang bersama. Aku ingin mengajak mu ke sungai.” Sebuah pesan dari Berly yang langsung mencerahkan wajah Azzura.
Lagi-lagi Berly datang, mengisi kehampaan yang Azzura rasakan. Berly bak setan yang selalu tahu kapan menarik mangsanya untuk terjun ke dalam dosa. Azzura mencintai Berly yang selalu menyelamatkannya dari neraka dan menawarkan surga menawan ditelapak tangannya. Lagi-lagi Azzura terjebak, surga yang Berly tawarkan sebenarnya adalah neraka yang dijanjikan.
Azzura mengambil tasnya, berjalan keluar kelas. Semua orang memperhatikannya, tapi Azzura tidak peduli. Tidak ada yang perlu ia jelaskan. Mereka semua membencinya.
Azzura berjalan ke gerbang belakang. Ia mengendap-endap ke sana, lima menit kemudian Azzura sudah berada di luar lingkungan sekolah. Rok pendeknya sama sekali tidak bisa menghalanginya bertemu Berly. Azzura sudah banyak belajar. Salah satunya memanjat tembok.
“Azzura... “
Berly tersenyum sumringah melihat Azzura, gadis lugu yang telah ia perdaya. Hari ini, setelah belum puas dengan dosa merendahkan derajat wanita tanpa ikatan halal pernikahan. Kini setan yang melekat pada Berly kembali menghasut anak muda itu. Berly benar-benar ‘tidak peduli dengan harga diri yang Azzura miliki. Berly mengajak Azzura untuk melakukan hal itu di alam terbuka.
Tidak adil rasanya jika kita hanya menyalahkan Berly atas semua ini, karena kenyataannya Azzura pemegang kendalinya. Kunci sebuah zina berada ditangan wanita. Jika wanita mampu menjaga dirinya, maka perzinaan tidak akan terjadi. Azzura yang tidak memiliki pondasi imam dengan mudah tergelincir oleh hasutan setan. Azzura menerima begitu saja bahkan sekalipun di sungai. Azzura sama sekali tidak mengasihani dirinya sendiri. Azzura telah menjatuhkan harga dirinya sendiri sebagai manusia dan wanita.
“Hey ! Apa yang kalian lakukan! ” teriak seorang petani kapuk, memergoki mereka.
Secara ajaib, teriakan itu kembali membangkitkan rasa malu kedua manusia itu.
“Ckrek.”
Kilat lampu foto menyilaukan mata keduanya. Kali ini keadaan tidak memihaknya. Dosa yang sejak dulu Azzura tanam kini telah berbuah, berbuah pahit dan busuk.
Semua orang kini memandang Azzura dengan tatapan hina dina. Azzura telah melanggar aturan agama dan moral. Azzura harus siap menerima semua tatapan jijik dari semua orang.
Kini gunaan merupakan teman baru bagi Azzura. Entah sudah berapa desas-desus yang sudah Azzura dengar, kala ia lewat. Entah sudah berapa banyak sindiran tajam terlayang untuknya. Entah sudah berapa banyak teriakan ketakutan ibu-ibu yang menyeruh untuk menjauh dari anaknya. Dan entah sudah berapa banyak tatapan liar para lelaki kala Azzura melewati mereka. Azzura benar-benar dihina di dunia atas dosanya itu.
“ Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri. Bahkan ada beberapa warga yang juga ikut memergoki Azzura!” petani kapuk itu, sudah sampai ke rumah Azzura. Mengaduhkan segalanya pada kedua orang tuanya.
Wajah merah ibunya dan kepala tertunduk ayahnya menjadi respon yang kini Azzura lihat.
“Dasar anak sialan! “ teriak ibunya. Matanya menyalak laksana serigala di malam hari yang siap menghabisi musuhnya. “Anak gak tahu diuntungkan! “teriaknya, tangannya yang memegang balok kayu langsung tersemat di punggung Azzura. Azzura berteriak. Tapi tak ada satupun yang menolongnya.
Semua orang diam, seolah membenarkan perlakuan wanita itu. Tidak ada yang berdiri untuk membela Azzura. Berly, malaikat yang dulu Azzura sanjung kini telah meninggalkannya. Pergi begitu saja selayaknya pria berengsek lainnya.
Azzura tidak tahan lagi. Ia tidak ingin bertahan di rumah yang membuatnya mati perlahan. Azzura kabur dari rumah saat kedua orangtuanya terlelap, kelelahan setelah memperlakukannya seperti binatang. Hukuman yang Azzura terima bukan saja mengenai fisiknya namun juga jiwanya. Gadis berusia 18 tahun itu, semakin terperosok dalam lembah hitam dunia malam. Kesialannya bertemu g***o, ditengah usahanya melarikan diri, menjadi titik awal dosa baru baginya.
“ Welcome to Azzura," pekik setan kegirangan.
***
Azzura benar-benar melupakan jati dirinya sebagai gadis remaja yang seharusnya masih duduk anteng di bangku sekolah, menerima pendidikan dan berada dalam naungan kedua orangtuanya. Azzura justru kini bergelut dalam dunia PSK. Ia mendapat gelar ‘kehormatan' sebagai PSK termuda. Azzura menjadi buah yang laku keras. Azzura sama sekali tidak menyesali tindakannya itu. Di sana, ia merasa bahagia. Ia benar-benar terlepas dari ‘neraka-neraka' baginya. Kota Jakarta yang keras nyatanya lebih memberikan kehangatan bagi Azzura.
Azzura bisa melakukan apa saja dengan uang dan dosa yang telah ia dapatkan.
“Azzura, seorang pria menunggu mu di lobi.. “
Azzura tersenyum lebar. Dirinya begitu dibutuhkan di sini, semua orang menyukainya.
“Maaf lama menung—“ Azzura membisu begitu pria yang ia hadapi sudah menampakan wajahnya dihadapkan Azzura. Azzura termundur, bersiap untuk lari.
“Azzura.” Pria itu menahan tangan Azzura. Matanya menelisik penampilan Azzura, lalu seketika tatapan matanya menurun. “Beginikah penampilan adik kecil ku sekarang? “ katanya dengan suara parau.
Azzura memberontak hendak melepaskan genggam tangan kakaknya itu dari lengannya.
“Kalo kakak datang ke sini untuk menyalahkan ku, maka itu percuma! Aku tidak ingin di salahkan. Ibu dan ayah lah yang membuat aku begini.” Pekik Azzura.
Semua mata langsung menyoroti kakak-beradik itu. Pria itu tidak bergeming. Ia tidak menjawab ataupun melepaskan tangannya dari lengan Azzura. Pria itu hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia merasa bersalah untuk apa yang telah terjadi pada adik kecilnya itu. Ia merasa bersalah lantaran terlalu sibuk dengan pekerjaannya di tanah rantau hingga melupakan adik kecilnya.
“Maafkan kakak, Azzura... “ lirihnya. “Kakak terlalu asik mengumpulkan kertas-kertas itu hingga melupakan adik kecil, kakak. “
Azzura terenyuh. Air mata meleleh dari matanya. Sejak dulu hanya kakaknya lah yang dekat dengannya. Dulu saat Azzura menangis, hanya pria dihadapannya ini yang selalu mengusap air mata dan menyemangati Azzura. Azzura benar-benar kehilangan kasih sayang begitu sosok kakaknya pergi meninggalkannya setelah bertengkar hebat dengan ibunya yang menginginkan Azzura untuk dinikahkan dengan pria tua pemilik tanah saat Azzura baru saja menjadi seorang gadis.
“Kakak, ke sini tidak untuk menyalahkan Azzura atas semua ini. Kakak datang ke sini untuk menebus kesalahan kakak pada Azzura. Kakak ingin Azzura kembali ke jalan Illahi. Kakak ingin Azzura kembali menjadi Azzura yang kakak kenal.”
“Ikutlah dengan kakak.. “
Sekali lagi, perkataan kakaknya itu mampu menenangkan badai pada diri Azzura. Azzura harus bersiap untuk melangkah ke fase selanjutnya. Meski fase itu mungkin akan menjadi awal air matanya.