Di saat perjuangan Nezi dan Dexa mencari informasi tentang Andrew di kantor catatan kependudukan, Mea sedang beraksi di rumah kedua Andrew. Ia sangat cepat mendapatkan alamat rumah kedua Andrew dari informasi yang diberi oleh Levo.
Levo mendapatkan informasi dari segala arah. Ia mendapatkan alamat Andrew dari salah satu anak buahnya yang bekerja menjadi petugas keamanan di salah satu perumahan. Berbeda dengan perumahan khusus para anggota dewan dan manusia-manusia elit.
Dengan kemampuan bisa menghilang dan tak terlihat oleh siapapun, Mea sering melakukan hal-hal jahil seperti Dexa. Bahkan tak lebih merugikan dari yang dilakukannya Dexa, sebelum bergabung dengan Mea, Mea sempat menjadi tahanan karena tertangkap mencuri. Ada seseorang yang melihatnya menghilang kemudian mengambil dompet penumpang kereta. Setelah menemukan Mea kembali, seseorang itu melaporkan Mea dengan bukti identitas dari dompet yang dicuri oleh Mea.
Tapi beruntungnya, Mea dengan kemampuan bisa menghilang dan di mana polisi itu tidak percaya, Mea pun berhasil kabur dari rumah tahanan.
Setelah itu, Mea merubah total penampilannya. Dari warna mata yang sering memakai softlens, memakai make up, hingga bentuk rambut yang ia ubah. Tak hanya itu, Mea menguntit si pelapor dan mengecam akan membunuh pelapor itu jika rahasia keunikannya terbongkar di publik. Mea tidak macam-macam dengan ucapannya.
Sebenarnya Mea sudah menjadi kriminal sejak dulu. Ia menghajar orang tanpa menunjukkan wujud fisiknya. Hal itu menjadi kesenangan. Apalagi Mea sempat ikut karate dengan tekun. Kecerdasan emosinya juga sangat bagus.
Kini ia sedang melakukan misi yang diberi oleh sosok yang telah merubah hidupnya. Menjungkir balikkan hidupnya bukan hal mudah. Sebab, Mea adalah sosok keras kepala. Menjadi anak tunggal membuatnya bertindak seenaknya. Ia mendapatkan apapun yang ia mau. Akan tetapi, itu semua sebelum keluarganya bangkrut dan menjadi keluarga pas-pasan dengan orang tua yang terus berpadu mulut.
Mea tengah menyelinap di sebuah halaman rumah. Tak begitu besar namun juga tak begitu sederhana. Rumah itu tampak elegan dengan komposisi yang tak sebesar rumah Andrew di perumahan anggota dewan. Halamannya rapi dan banyak bunga-bunga yang terawat indah. Sepertinya ada orang di rumah yang siap sedia menjaga tanaman-tanaman itu.
Memiliki dua rumah untuk para anggota dewan merupakan salah satu kesalahan. Sebab, jika para penduduk mengetahui tentang hal itu, mereka akan berpikir jika uang mereka melarikan diri ke kantong para manusia berdasi tanpa ada setetes yang turun ke rakyat.
Apalagi saat melihat lubang-lubang di jalan. Bahkan ada banyak fakir yang mati kelaparan. Berita tentang hutang negara meningkat. Bukankah hal semacam itu merepotkan warga negara? Pajak yang mereka bayar telah hangus entah ke mana. Terlebih lagi, pajak semakin naik dan menyulitkan para masyarakat yang kesulitan membayar pajak hingga merelakan rumah atau aset mereka tersita oleh negara. Seharusnya uang dari rakyat juga turun untuk rakyat. Fasilitas umum harus diperbaiki atau kehidupan masyarakat perlu diperhatikan. Tapi sepertinya pemerintah kalap dan lupa.
Rumah itu tampak sepi. Tak ada sebuah mobil yang terparkir di garasi saat Mea menjalajahinya. Ia mulai masuk ke seluk beluk rumah Andrew. Kemampuannya yang bisa menghilang terkadang membuatnya mudah menembus sesuatu seperti pintu atau tembok. Sama seperti saat dirinya memancing para lintah darat masuk ke ruangan dan mengeluarkan Gas Sarin, ia mampu menembus pintu yang terkunci. Akan tetapi, hal itu akan membuat waktu menghilangnya terpotong cukup banyak. Sedangkan dirinya menghemat tenaga untuk menelaah dari luar agar tidak tertangkap basah saat dirinya tiba-tiba muncul kembali.
Tak lama kemudian, Mea mendapatkan petunjuk. Ia melihat ada dua buah mobil datang. Sepertinya mobil pertama adalah mobil penjaga. Mobil kedua pasti berisi Andrew di dalamnya.
Tebakan Mea benar, Mea melihat Andrew keluar dari mobil dengan pakaian rapi. Sepertinya sosok itu pulang dari rapat penting di istana negara. Andrew di kawal masuk hingga ke rumah. Para bodyguardnya juga tampak ketat menjaga seolah takut ada yang melukai atau membuat Andrew lecet sejengkal pun.
"Tuan Andrew, jadwal untuk besok sudah selesai."
Sederet kalimat itu terdengar di telinga Mea yang sedang berdiri tepat di sisi Andrew tanpa takut. Sebab, ia memang masih punya waktu banyak untuk menghilang. Sekitar lima menit.
Mea mengintip sebuah tablet yang ditunjukkan seorang gadis cantik pada Andrew. Sepertinya gadis itu adalah sekretaris terpercaya Andrew. Body cantik dengan wajah manis membuat siapapun akan kalang kabut melihat sekretaris Andrew.
"Besok, masukkan agenda lain." Andrew berucap sembari melihat ke sebuah foto yang tertempel di dinding. "Besok kita makam sebelum rapat di mulai."
"Baik, Tuan."
Mea teringat dengan kematian anak semata wayang Andrew yang secara tiba-tiba. Seorang gadis kecil berambut pirang dan bermata biru laut. Cantik sekali dengan hidung runcing yang menggemaskan. Seperti berita yang Mea ingat, anak itu meninggal di rumah lama Andrew dengan mengenaskan. Saat mengingat itu, Mea yang melihat sendiri jasad si anak terasa sangat ngilu. Bagaimana tidak, anak yang masih berumur sekitar lima tahun akan naik ke umur enam tahun itu meninggal dan dua hari mayatnya diabaikan karena alasan tak ada orang di rumah. Baunya membusuk dan dikerubungi lalat yang menjijikkan. Alasan kematian pun, Andrew tak ingin mengetahuinya atau membuat publik membesar-besarkannya. Sedikit aneh, tapi hal itu hilang tertelan waktu. Akan tetapi, sepertinya Levo mengetahui sesuatu. Seperti biasa, Levo punya banyak mata di luaran sana. Dan sebuah kabar takkan mungkin benar-benar terjaga rahasianya.
Setelah mengetahui agenda Andrew untuk besok dan lusa, Mea langsung mengingatnya dalam pikiran. Sebab, ia tak bisa mengeluarkan ponsel miliknya. Karena akan percuma, mereka akan melihat mereka.
"Baiklah, silakan kalian beristirahat. Jangan sampai ada yang tau jika saya ada di sini. Sumpal mulut para petugas kantor kependudukan yang memaksa meminta alamat rumah ini. Jika tidak, bunuh mereka."
"Siap, Tuan."
Tak salah lagi, Andrew benar-benar manusia yang tidak benar. Mea pun langsung bergegas pergi. Jika ia terlalu lama menghilang, batas waktu akan semakin sedikit dan sebelum ia berhasil keluar, ia akan ketahuan.
Mea berlari ke arah pagar rumah dan nekat menembusnya. Ia langsung bersembunyi di balik tembok besar sebelah rumah dan ia terlihat kembali. Waktu menghilangnya telah habis dan akan kembali kesempatan setelah lima menit berikutnya.
Setelah keluar dari rumah Andrew dan berhasil mendapatkan informasi, Mea tak lupa melihat sekitar. Dan melihat siapapun yang melihatnya muncul dari penghilangannya, Mea akan memberi peringatan. Tapi untungnya, tak ada yang menyadari dirinya muncul tiba-tiba di balik tembok besar itu.
"Aku harus membawa berita ini pada Levo." Sembari melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul dua lebih hampir jam tiga sore, Mea langsung berlari menuju halte yang kebetulan ada bisa berhenti di sana. Ia menuju tempat masuk ke markas.
***
Nezi dan Dexa sudah kembali ke markas. Mereka masuk satu persatu lewat pintu masuk Dexa ke markas. Hal itu karena Nezi tak memiliki pintu khusus. Sebab, ia selalu keluar masuk dari markas bersama dengan Levo.
Sebelum mereka datang, sudah ada Zack yang bertingkah aneh. Lebih tepatnya sosok itu mengikuti tingkah Sena. Levo sudah menahan tawa sejak tadi. Kehadiran Nezi dan Dexa yang tiba-tiba juga membuat mereka menahan tawa. Tingkah Zack sangat imut dengan gaya yang diperagakan Sena membiar markas tampak tak sepi sunyi seperti biasa.
"Hei, sedang apa kau?" Nezi dengan wajah datar namun sangat ingin tertawa itu melihat ke arah Zack.
"Entahlah. Aku juga tak tahu. Mengapa aku selalu mengikuti gerakan Sena."
Sena terdiam. Akan tetapi tubuhnya masih bergerak sendiri. Tidak salah lagi, semua karena cairan yang sudah disuntikkan intra vena milik Zack.
Zack langsung melirik ke arah Sena di balik semua aksi yang masih ia tunjukkan karena fungsi cairan yang belum habis.
"Kau ... apa fungsi cairan ini, Sena!?" Zack sedikit kesal. Sedangkan Sena hanya terkekeh. Sena tak mengatakan apapun tentang fungsi cairan yang disuntikkan ke vena Zack, ia terus mengajak Zack berbicara tentang Fany hingga Zack tak merasa jika jarum sudah menusuk ke vena nya. Menembuskan cairan itu ke peredaran darah Zack. Dengan harapan, cairan yang Sena ciptakan kembali berhasil.
"Kau mau tau apa fungsinya?" tanya Sena sembari mendekati Zack. Sudah sekitar lima belas menit, Zack bertingkah aneh setelah cairan itu disuntikkan.
"Tentu. Katakan padaku."
"Duduk." Sena memerintah. Zack langsung duduk dan menghentikan tarian hawaii-nya.
"Huh! Aku lelah!" Zack ingin menggerakkan anggota gerak tubuhnya. Tapi tak bisa. Ia hanya bisa menoleh, berkedip, dan berbicara. Tapi tangan dan kaki seolah digerakkan oleh perintah Sena. Bahkan otaknya berteriak A tapi tak mendapat respon dari tubuhnya.
"Cairan ini kuberi nama sebagai cairan bayangan. Kali ini aku mencobanya dengan menyuntikkannya via intra vena. Tapi setelah kulihat, kemungkinan cairan ini bisa menjadi gas yang mampu membuat fungsinya bekerja."
"Fungsinya apa, Sena? Aku sudah bertanya tapi kau abaikan."
"Aku baru mau menjelaskannya, Zack. Diamlah!"
Zack hanya mencibir.
"Fungsi dari cairan ini adalah menggerakkan tubuh seseorang tertentu. Jika cairan ini dimasukkan ke peredaran darah, mata otak akan terstimulasi untuk mengikuti perintahku."
"Hanya perintahmu?" tanya Levo.
"Ya, karena ada serum dari tubuhku. Jadi, hanya perintah dariku yang bisa menstimulasi otaknya. Seolah pendengarannya hanya untukmu. Benarkan, Zack?"
Zack mengangguk. "Aku hanya bergerak sesuai yang Sena katakan. Seolah suara Sena mendengung terlalu keras. Telingaku hampir sakit."
"Tampar pipi!"
Plak
"Awh! Sena!" Zack melotot. Karena ucapannya masih berfungsi untuk menampar dirinya sendiri. Soal nasib Zack.
"Hei, aku kembali membawa berita." Kehadiran Mea membuat mereka mengalihkan pandangan. Gadis itu tampak terengah-engah seperti tak sabar menceritakan semua informasi ke Blackhole.
Nezi merona melihat kedatangan Mea. Hanya sehari saja tak bertemu Mea, ia merasa rindu. Padahal tadi pagi mereka juga masih bertemu untuk memasang softlens.
"Hai, Mea. Lihatlah, Zack. Dia seperti anjingku sekarang." Sena terbahak dengan ucapannya sendiri. Tapi Zack mencibir kesal.
Mea ikut terbahak, ia mendekati Zack dan melihatnya dengan seksama. "Kau diam saja? Kau tidak mau mendekati Sena dan mencubiti pipinya lagi?"
"Berdiri."
Ucapan Sena membuat Zack berdiri langsung. Hal itu membuat Mea takjub. "Waahh! Dia memang seperti anjingmu sekarang, Sen."
"Hei, Mea. Tutup mulutmu. Dasar gadis brutal!" Zack tak tahan lagi.
"Hei! Kau lebih brutal dan tak tahu malu, Zack."
"Sialan."
Levo, Nezi, dan Dexa hanya terkekeh melihat mereka berdebat sendiri.
"Sudah, sudah. Lebih baik kalian katakan informasi apa saja yang sudah kalian dapatkan." Levo menengahi perdebatan antara Mea dan Zack. Sedangkan Sena berkutik lagi dengan meja prakteknya. Ia ingin mengubah cara cairan menstimulasi otak selain disuntikkan ke intra vena. Karena cara itu cukup sulit jika dilakukan untuk korban nanti.
"Baiklah, mulai dari Zack." Levo melirik Zack yang masih berdiri tegap tak bisa betkutik.
"Oh, ayolah. Aku lelah berdiri. Sena, buat aku duduk. Kakiku sakit! Apa kau mau tanggung jawab kalau aku terkena varises, hah?"
"Duduk." Sena yang sedang asyik mengotak-atik cairannya kembali pun mengatakan hal yang diinginkan Zack. Ia juga tak tega jika melihat kelinci percobaan nya kelelahan. Apalagi setelah cara lain itu berhasil, ia juga mengujinya pada Zack. Senyuman jahat tercipta di bibir Sena setelah memikirkannya.
"Wuh! Terima kasih."
"Sekarang sudah siap ceritakan?"
"Ya, siap."
"Kalau begitu, biar Mea dulu yang bercerita."
"Heiii, kau bilang aku duluan yang bercerita." Zack tak terima.
Sedangkan mereka berlima terkekeh melihat Zack memanyunkan bibir.
"Aku tadi ke rumah Andrew yang kedua. Kemudian aku mendengar kalau Andrew akan menjadwalkan menjenguk makam putrinya besok. Oh, ya. Rumahnya sepi. Seperti tak ada siapapun di sana. Tapi taman bunga di halaman rumahnya begitu asri. Seperti setiap hari ada yang menjaga. Mungkin Andrew memiliki pembantu atau tukang kebun. Aku juga tak bisa memastikan karena tak ada orang."
"Kau yakin, besok dia akan ke makam?" tanya Levo yang sudah duduk di meja kebesarannya.
"Ya, aku melihat jadwalnya sendiri."
"Baiklah. Lalu informasi apa yang kau dapatkan, Dexa?"
Dexa gelagapan. Ia langsung mengingat semua informasi tentang Andrew.
Pertama, Dexa menyebutkan nama terang Andrew. Tanggal lahir Andrew hingga tempat di mana Andrew di lahirkan. Kemudian, Dexa merembet ke alamat rumah yang pertama hingga kedua. Akan tetapi, Levo langsung menghentikan ucapan Dexa setelah mendengar alamat rumah kedua Andrew.
"Kau menyebutkan alamat yang kedua. Apa itu benar, Dex?"
"Kurasa benar. Aku sampai lima kali membacanya. Aku benar-benar menghapalnya."
"Tapi rumah kedua Andrew bukan di alamat yang kau katakan." Mea menyela.
Diangguki oleh Levo. "Alamat itu adalah alamat rumah lama Andrew. Seharusnya kependudukan sudah mengubahnya sesuai dengan alamat asli. Sepertinya salah satu dari mereka ada yang bersekongkol dengan Andrew."
Mea dan Zack mengangguk. "Kurasa begitu."
"Lalu, apalagi yang kau dapatkan?" tanya Levo pada Dexa lagi.
"Tentang keluarga, nama istrinya Grizella Hotman. Anaknya bernama Samantha Benedict."
Zack mengernyit. "Dia punya dua istri."
Levo langsung menatap Zack heran. "Apa maksudmu?"
"Aku tadi bertemu dengan Fany. Dia kuminta untuk mencari informasi tentang Andrew dari kekasihnya. Fany bilang, Andrew memiliki dua istri. Istrinya bernama Luna dan Grizell. Saat ini Andrew sedang bersama dengan Luna."
"Apa kau yakin Fany memberikan informasi yang akurat?"
Zack terdiam. "Sepertinya."
"Luna seperti nama sekretaris Andrew yang tiba-tiba dijatuhi hukuman atas kesalahan korupsi. Gadis itu dihukum seumur hidup dalam penjara."
Zack terdiam. "Kau yakin, Lev?"
"Aku akan mengecek Fany terlebih dulu. Obrolan ini kita tunda. Firasatku buruk."
***