Part 8. Alesan Doang

1545 Words
"Assalamualaikum, Aya pulang!!!!" Aliyah terlihat berteriak keras saat masuk ke dalam rumah sebelum akhirnya kemudian membuang tasnya asal di sofa dan duduk di sana. Ya. Aliyah masih kesal saat mengingat pertengkarannya dengan Sakti tadi. "Dia pikir dia siapa? Yaudah sih kalo ga niat nolongin tinggal ngejauh aja. Aku ga minta di tolong juga, 'kok! Ishhhh... sebel banget," "Loh loh loh... anak Ayah kenapa? Kok cemberut gitu?" ucap Ayah Aliyah yang datang dari depan dengan membawa beberapa peralatan berkebun. "Gak papa. Aya cuma kesel aja. Ih. Gini loh ceritanya, Yah. Kan Aliyah lagi pasang-pasangin dekor pake tangga, nah Aliyah tuh ga sadar kalo terlalu ke pinggir dari si pijakan tangga itu. Aliyah jatuh deh tuh, terus_____" "Innalillahi, Aya tapi gapapa, 'kan? Mana yang sakit, Sayang?" ucap Ayah Aliyah terlihat khawatir membuat Aliyah menampilkan senyum terbaiknya berharap Ayahnya tidak akan khawatir lagi. "Nggak papa, Yah. Aliyah baik-baik aja. Dengerin Aya dulu cerita. Aya jatuh kan, terus anak temennya Ibu waktu itu siapa namanya Aya lupa, tuh ga tau gimana bisa ada di bawahnya Aya pas. Jadinya Aya jatuh numpang badan dia. Aya kan ga sengaja kan, Yah. Tapi si cowok itu malah nyalahin Aya gara-gara pinggangnya sakit. Kesel banget," ucap Aliyah dengan segala kekesalan yang tersisa membuat Ayahnya di sana terlihat bernafas lega. "Udah terima kasih belum sama nak Sakti. Sengaja atau nggak dia udah nolongin kamu, loh. Ya wajar aja pinggangnya sakit orang ketiban Aliyah segedhe ini. Seharusnya kamu ajakin dia ke rumah sakit, Nak. Siapa tahu tulangnya patah?" ucap Ayah Aliyah terlihat menggoda putrinya itu membuat Aliyah mengerucutkan bibirnya terlihat semakin kesal. "Udah ku tawarin ke rumah sakit ga mau dianya. Tapi udah Aya kasih krim pegal-pegal terus diterima, kok," ucap Aliyah terlihat berusaha membela diri agar Ayahnya itu tidak menganggapnya sebagai seseorang yang tidak bertanggung jawab. "Oh, yaudah kalo gitu. Nanti tapi kalo ketemu lagi bilang terima kasih ke dia. Kan udah dotolongin. Kasihan nak Sakti harus gantiin ngerasain sakit yang seharusnya kamu rasain, 'kan? Gentle banget," ucap Ayah Aliyah terlihat memuji Sakti membuat Aliyah merasa kesal mendengarnya. "Tapi tetep aja, bantuin kok ga niat. Ga ikhlas banget kelihatannya. Beneran deh," ucap Aliyah membuat Ayahnya menepuk punggung Aliyah pelan seolah ingin membuat putrinya itu lebih tenang. "Udah-udah jangan dipikirin lagi. Mikirin Sakti terus kalo nanti keterusan jadi cinta gimana hayo?" ucap Ayah Aliyah kemudian terlihat Aliyah tiba-tiba berdiri dan mengelus dadà beberapa kali. "Amit-amit. Ayah doanya kok gitu, sih. Udah ah Aya mau mandi. Dadah Ayahku sayang," ucap Aliyah kemudian mengambil tasnya dan setelahnya melenggang pergi begitu saja masuk ke dalam kamarnya. "Kenapa anaknya, Yah? Kok cemberut gitu Ibu liat?" ucap Ibu Aliyah datang dengan membawa cangkir berisikan teh yang diletakkannya tepat di depan Ayah Aliyah duduk saat ini. "Ituloh, Bu. Jadi gini...." • • • • • "Maaf beneran ya, Tik. Tapi beneran Sakti gapapa, 'kan?" "Alhamdulillah kalo gitu. Sekali lagi maaf gara-gara nolongin Aliyah anakmu jadi sakit begini. Maaf banget, ya," Aliyah yang baru saja datang dan mendengar percakapan Ibunya di telepon itu merasa tertarik dan ingin tahu apa yang tengah dibicarakan Ibunya itu dan dengan siapa Ibunya tengah berbicara? Aliyah langsung duduk di dekat Ibunya sambil masih tetap mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Ibu habis ngobrol sama siapa? Tante Tika? Ngapain?" ucap Aliyah saat melihat Ibunya sudah meletakkan ponselnya di meja dan kini terlihat beralih menatapnya horor. Aliyah sudah merasakan sesuatu yang tidak enak, apalagi saat melihat Ayahnya terlihat memberikan kode untuk ya pergi dari sana sekarang juga tapi terlambat. Ibunya sudah lebih dulu memberikan pukulan dilengannya dengan cukup keras. "Tau nggak Sakti jadi sakit tuh gara-gara, Aya. Mama jadi ga enak sama tante Tika. Katanya Sakti besok sepertinya ga bisa dateng ke acara evebt-event itu gara-gara dia demam. Hayo.. Aya harus tanggung jawab," ucap Ibu Aliyah kemudian terlihat ingin mencubit Aliyah di sana tapi beruntung Aliyah lebih dulu berdiri dan berpindah tempat duduk di dekat Ayahnya. "Ibu jahat banget sama anaknya ya, Yah. Seharusnya bersyukur karena Aya ga kenapa-kenapa. Lagian Aya juga ga sengaja jatuh diatas badan dia tadi. Itu kecelakaan, Bu. Beneran. Aliyah ga salah kan, Yah. Bantu jelasin ke Ibu, dong," ucap Aliyah terlihat berusaha mencari dukungan Ayahnya di sana tapi, "Ibu ga salah, Aya juga ga salah. Itu emang kecelakaan tapi wajar aja kalo Ibu khawatir sama Sakti. Mau gimana pun, dia udah nolongin Aliyah jadi Ibu ngerasa ga enak. Udah gitu aja. Jadi biar sama-sama beres urusannya, besok pagi sebelum berangkat kerja, Aliyah anterin makanan buat Sakti sekalian jenguk dia gitu. Kan gara-gara Aya juga kan Sakti begitu. Nah, tugas Ibu masak yang enak. Udah, 'kan? Setuju semua?" ucap Ayah yang terdengar bijak sekali membuat Aliyah dan Ibunya terlihat saling menatap satu sama lain dan, "Setuju," "Aya gak mau," Mendengar jawaban Aliyah yang tidak sesuai dengan keinginan, Ibu dan Ayahnya di sana langsung menatapnya dengan serius membuat Aliyah menjadi ciut nyalinya dan akhirnya, "Yaudah, iya. Udah ah, Aya mau bobo aja. Ayah sama Ibu ga seru. Belain Sakti mulu. Yang anaknya Aliyah atau Sakti coba. Orang ngeselin gitu. Baiknya cuma sama orang tua doang, sama yang seumuran kayak Aliyah ini judes dan nyebelinnya minta ampun," ucap Aliyah sepanjang jalan menuju kamar dan kemudian langsung masuk ke dalam kamar saat melihat Ibunya sudah siap berdiri dan ingin menghampirinya. "Huh... selamat," Setelah lolos dari amukan Ibunya, Aliyah memutuskan untuk melihat ponselnya dan mengintip sebentar apakah ada pesan atau telepon penting yang terlewat olehnya. "Aditya..." desis pelan Aliyah saat melihat nama Aditya di panel notifikasi. Aliyah langsung membuka pesan dari Aditya itu dan, From: Calon Menuju Halal Assalamualaikum, Cantik. Besok pagi kujemput dan kuanter ke tempat kerja lagi, yah. Soalnya searah juga sama kantor aku, 'kan? Ga boleh nolak. Ga boleh ngedumel juga dalem hati. Terima aja dengan lapang d**a. Selamat malam dan selamat bobo ya, Bi. Melihat pesan itu membuat kekesalan dihati Aliyah akan sakti langsung menghilang begitu saja. Entah mengapa ingin rasanya Aliyah membalas pesan itu untuk sekedar mengirim ucapan selamat malam juga pada aditya tapi, 'Nggak. Ngak semudah itu dapetin maaf Aliyah. Enak aja. Biar dia kapok,' • • • • • Pagi harinya... Aliyah terlihat berusaha bersabar saat sejak tadi Ibunya terus berpidato panjang yang, jika dibandingkan dengan pidato kepala sekolah saat upacara bendera hari senin saja tidak ada apa-apanya. Bagaimana tidak panjang? Ibunya sedari tadi terus mengulangi ucapannya, saat memberinya arahan untuk melakukan ini dan itu saat berada di rumah Sakti nanti. Sungguh jika bukan karena terpaksa, Aliyah pun tidak akan mau menuruti keinginan Ibunya itu. Tapi apalah daya. Dari pada Ibunya terus jutek kepadanya, lebih baik dia menurut saja. "Aliyah denger Ibu ngomong, 'kan?" ucap Ibu Aliyah saat melihat Aliyah jelas sekali merasa terpaksa di sana. "Iya, Bu. Aya denger kok. Denger semuanya," ucap Aliyah dengan tersenyum lebar yang dipaksakan berharap Ibunya akan percaya tapi, "Yaudah coba ulangi apa tadi yang ibu suruh sama kamu," ucap Ibunya membuat Aliyah rasanya ingin berlari kabur dari sana. "Em... Ibu tadi suruh banyak hal lah pokoknya. Aliyah paham dan ngerti, tapi kalo jelasin ga bisa," ucap Aliyah beralasan membuat sang Ibu menatapnya dengan mata menyipit tanda curiga. "Beneran udah paham? Kalo belum, Ibu jelasin lagi, nih," ucap Ibunya membuat Aliyah langsung mengangguk cepat tanda dia sudah benar-benar paham padahal, tidak. Dia tadi hanya mengambil dua poin penting yang ibunya katakan padanya tadi. Pertama, dia harus mengantar makanan itu sampai melihat sendiri dengan kepala matanya kalau Sakti mau makan dan yang kedua, dia harus meminta maaf kepada tante Tika karena sudah membuat putranya terbaring sakit dan juga satu hal lagi yang dikatakan ibunya adalah yang paling penting diantara semuanya. Yaitu berterima kasih pada Sakti. Sudah itu saja. "Tuh, Aditya dateng. Rajin bener dia, ya. Keren deh," ucap Ibunya membuat Aliyah mau tak mau langsung tersenyum kecil mendengarnya. 'Dia memang pria yang bisa dikatakan hampir sempurna untuk dijadikan suami tapi, ada sedikit bagian hatiku yang sudah terlanjur dikecewakannya. Tapi hatiku masih penuh dengan dirinya,' batin Aliyah dalam hati. Aliyah terlihat langsung meraih tangan Ibunya dan mencium punggung tangan Ibunya itu dengan cepat. "Assalamualaikum, Aya berangkat dulu, ya. Salamin ke Ayah," ucap Aliyah kemudian terlihat langsung berjalan menghampiri Aditya di sana dan kemudian langsung menarik pria itu menuju mobil. "Udah ayok. Ga usah pake pamitan segala. Ntar kamu keceplosan bahaya," ucap Aliyah kemudian langsung masuk ke dalam mobil duluan, sedangkan Aditya sendiri terlihat membungkuk sedikit dan melambaikan tangan pada Ibunya sebagai tanda perpisahan. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Aditya masuk juga ke dalam mobil dan langsung menyerang Aliyah dengan berbagai pertanyaan. "Kenapa aku selalu ga boleh ketemu sama Ibu sama Ayah sih, Bi? Kan cuma pengen nyapa aja," ucap Aditya membuat Aliyah sebenarnya merasa sedikit bersalah. Alasan sebenarnya dia tidak ingin Aditya bertemu dengan Mamanya adalah karena dia tidak mau Aditya menjadi salah paham. Astaga, lihatlah dia yang masih terus menjaga perasaan Aditya meski pria itu melukainya. Aliyah tidak mau Aditya tahu jika dia mau ke rumah Sakti setelah ini. Aliyah tahu bagaimana dan apa yang terjadi jika pria itu tahu nanti. Pertengkaran akan kembali terjadi di antara mereka dan kesalah pahaman kecil itu. "Ya, takut kamu keceplosan aja, Bi. Udah ayok kita jalan aja. Ntar kamu telat ke kantor gara-gara kita kelamaan ngobrol disini," ucap Aliyah beralasan tapi ternyata Aditya percaya begitu mudah dengan alasannya itu, membuat Aliyah merasa bersalah dan senang di saat yang bersamaan. Entahlah. 'Biarin aja boong dikit. Biar aman dari perpecahan dan peperangan, 'kan?' Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD