33. Bukan Takdir, Tetapi Janji

2034 Words

Tanda itu masih tertera di sana, Gisha menatap kulit leher yang membiru setelah rona merah itu memudar. Di depan cermin, dia membetulkan rambut yang dikuncir habis ke belakang. Suara anak-anak di luar sana membangunkan lamunan pagi ini, dia pun bergegas karena hari ini adalah keputusan paling tepat jika Gisha akan kembali mengajar. Modal satu ruangan kosong di rumah, Gisha dapat membantu anak-anak yang sedang belajar. Walau tidak sama dengan sekolah reguler, setidaknya dia memiliki izin tertulis dari RT dan RW. Gisha mempunyai murid sebanyak 40 anak, dan mereka merupakan anak-anak memiliki kebutuhan khusus. Dan tidak ada biaya untuk masuk ke dalam sekolah luar biasa. Ada perasaan senang juga getar yang sangat aneh dalam hati saat kembali menatap wajah-wajah mereka, bermodalkan alas karpe

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD