Apa yang Kulihat?

2110 Words
Haruka lupa, jika di antara Nakazawa Naofumi dan Kudou Masahiro masih ada dua bawahan Kudou Masahiro yang sejak tadi berdiri mengawal Bos mereka. Karena sejak awal dua pria itu hanya diam dan tidak berpartisipasi dalam keributan, Haruka melupakan eksistensi mereka. Ketika Haruka dengan secuil keberanian yang tersisa serta tujuannya untuk membebaskan Kafe Florida dari keributan, akhirnya menggenggam pergelangan tangan Kudou Masahiro dan Nakazawa Naofumi. Itulah saat ketika Haruka menyadari bahwa dua orang bawahan Kudou Masahiro yang sejak tadi menemani Bos mereka ada di sana. Kedua pria itu langsung berusaha menarik tubuh Haruka karena berani menyentuh pemimpin mereka. Haruka, meski sebenarnya menahan sakit berkat beberapa luka kemarin serta memar yang diberikan oleh Kudou Masahiro sebelumnya berusaha keras mempertahankan diri. Ayolah, mereka ini orang-orang yang lebih dewasa dari Haruka, tetapi mengapa mereka bisa sebegitunya egois dan tidak peduli bahwa keributan yang mereka lakukan berada di wilayah umum, wilayah warga sipil biasa yang tidak tahu apa-apa. Mendadak, Haruka merasa pikirannya lebih dewasa dari para orang dewasa di sekelilingnya ini. "Hei, kalian hanya diam saja ketika mereka berselisih, dan bertindak cepat hanya karena aku menyentuh Bos kalian?" Seru Haruka kesal. Kudou Masahiro menghela napas. Ia mengangkat telapak tangannya yang bebas, mengisyaratkan kepada dua bawahannya untuk tidak menarik Haruka. Ia kemudian berganti menatap Haruka dengan tajam, membuat pemuda itu tanpa sadar meneguk ludahnya susah payah. Berdiri di antara Kudou Masahiro dan Nakazawa Naofumi benar-benar memberikan tekanan mental yang luar biasa. Haruka tidak bisa membayangkan apabila ia menjadi musuh mereka. Mungkin sepanjang hidupnya tidak akan pernah ada kedamaian. Kudou Masahiro melepaskan pegangan tangan Haruka dengan kasar. "Kau beruntung karena aku sedang berbaik hati. Biasanya, aku tidak membiarkan orang lain hidup usai menyentuhku tanpa izin." Haruka hanya diam, tentu saja ia tidak berani melawan apapun yang dikatakan oleh Kudou Masahiro. Ya jika dipikirkan, Haruka juga tidak berminat melakukan kontak fisik dengan pria itu. Kalau pun memang harus, kontak fisik yang diinginkan Haruka adalah meninju wajah sombong pria itu sampai babak belur kemudian membuatnya menyerah mengejar Ryunosuke untuk bergabung dengan Bakuto. Seperti tidak ada pemuda lain saja untuk direkrut. Haruka juga yakin Bakuto sudah lebih dari cukup memiliki anggota. Mereka yang berpusat di Asakusa bahkan memiliki cabang sendiri di Shibuya. Haruka juga curiga Bakuto sama saja dengan Tekiya yang memiliki markas cabang-cabang lainnya selain di Shibuya. Dengan koneksi dan wilayah seluas itu, bisa-bisanya mereka masih mengejar Ryunosuke dan berharap kawan baiknya itu masuk sebagai anggota Bakuto padahal sudah lima tahun berlalu. Ryunosuke hanya terkenal kuat di area Asakusa, memangnya Shibuya atau daerah-daerah lain tidak memiliki pemuda-pemuda kuat ya? Haruka benar-benar bingung dengan hal itu. Haruka tidak akan menampik fakta bahwa sepanjang hidupnya orang terkuat yang Haruka kenal adalah Ryunosuke. Haruka juga bangga bahwa partner-nya didapuk sebagai pemuda terkuat di Asakusa sampai memiliki nama panggilan Seiryu. Tapi lima tahun? Seingin itu kah Kudou Masahiro menjadikan Ryunosuke sebagai anggotanya sampai ia terus mengejar Ryunosuke meski lima tahun telah berlalu. Haruka mengangkat kedua tangannya, menunjukkan sikap kooperatif dan berusaha keras menahan dirinya agar tidak terpancing emosi. Haruka tidak ingin menyakiti tubuhnya lebih banyak lagi. Tujuannya berlatih di kediaman Tekiya adalah untuk menjadi kuat. Semuanya akan percuma saja jika Haruka mati terlebih dahulu di tangan Bakuto hanya karena tidak bisa mengendalikan kekesalannya dan dengan nekat meninju wajah sombong Kudou Masahiro. Kudou Masahiro kemudian mengabaikan Haruka dan kembali mendekat ke arah Nakazawa Naofumi. Ia membungkuk sedikit, mendekatkan bibirnya pada telinga kiri Nakazawa Naofumi. Haruka tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu kepada Nakazawa Naofumi karena sangat pelan. Haruka hanya melihat gerak bibirnya kemudian diakhiri oleh seringai mengerikan. Haruka juga melihat ekspresi wajah Nakazawa Naofumi yang tampak terkejut kemudian seperti berusaha keras mengendalikan amarahnya. Hal itu sangat tampak karena Nakazawa Naofumi meremat kuat yukata yang ia kenakan seolah hal itu akan membantunya menahan diri. "Ingat itu, Nao." Kudou Masahiro tersenyum sinis. Ia kemudian memandang ke seluruh kafe, menatap para pengunjung yang berdiri ketakutan melihatnya. "Ah, aku minta maaf atas keributan yang terjadi. Sebagai kompensasi karena aku telah mengganggu kalian, aku akan membayar seluruh pesanan kalian." Seru Kudou Masahiro. Seluruh pengunjung kafe, para pelayanan, manajer kafe, dan bahkan Haruka sendiri terkejut dengan hal itu. Semuanya saling pandang dengan ekspresi bingung. Kudou Masahiro memerintahkan kedua bawahannya untuk mengurus pembayaran sementara ia langsung ke luar dari kafe. Haruka mematung dengan ekspresi konyol. Apa sih yang terjadi? Nakazawa Naofumi menepuk pelan bahu Haruka ketika mendapati pemuda itu terdiam dengan ekspresi bingung. Haruka langsung tersadar meski pikirannya masih linglung. Seolah jiwanya belum kembali sepenuhnya. Nakazawa Naofumi memandangnya dengan ekspresi merasa bersalah. "Maaf Haruka-kun, tidak kusangka aku akan bertemu dengan Masahiro di sini." Haruka mengangguk kaku. "Yeah, tidak bisa dihindari." "Aku akan meminta maaf kepada manajer kafe nanti dan juga mengganti kerugian jika perlu." "Tapi Naofumi-san, kenapa kau ada di sini?" "Ah, aku penasaran dengan kafe yang kau ceritakan. Kau ingat ‘kan jika aku suka menjelajahi Shibuya dan melihat-lihat banyak hal unik. Kupikir, aku akan bertemu denganmu sekaligus menjajal menu-menu kafe ini. Siapa sangka jika Masahiro sudah ada di kafe ini terlebih dahulu. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya, tak kusangka aku masih tidak bisa mengendalikan amarahku ketika bertemu dengan pria itu." Jelas Naofumi pelan. Daripada tujuan Nakazawa Naofumi datang ke Kafe Florida, sebenarnya Haruka jauh lebih penasaran dengan apa yang dibisikkan oleh Kudou Masahiro tadi. Haruka bisa dengan jelas melihat bagaimana ekspresi murka di wajah Nakazawa Naofumi seolah ia siap menghancurkan dunia. Tetapi sekali lagi, rasa penasarannya sama sekali tidak beralasan. Termasuk, karena Haruka adalah orang luar yang kebetulan mengenal Nakazawa Naofumi karena tidak sengaja menolongnya. Ia akan tampak seperti melewati batas pribadi jika menanyakan apa yang Kudou Masahiro katakan. "Jadi...?" Nakazawa Naofumi tersenyum. "Tidak ada masalah, maksudku ini masalahku dengannya jadi kau tidak perlu khawatir Haruka-kun. Oh, mengapa kau tidak datang ke kediaman Tekiya kemarin? Ada pekerjaan lembur?" Haruka meneguk ludahnya dengan gugup. Tidak mungkin ia mengatakan jika kemarin ia berkelahi dengan bawahan Kudou Masahiro sampai terluka kemudian berselisih dengan Ryunosuke. Haruka tidak ingin membuat Nakazawa Naofumi semakin panas dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Meski secara teori Nakazawa Naofumi tidak memiliki kewajiban untuk menolong Haruka ketika diserang oleh orang-orang Bakuto, tetapi Tekiya berjanji melindunginya selama masa kerja sama mereka untuk mengalahkan Bakuto. Itu artinya, Nakazawa Naofumi sebenarnya berkewajiban untuk melindungi Haruka saat dirinya diserang oleh orang-orang Bakuto. "Haruka-kun?" Haruka terlonjak kaget ketika Nakazawa Naofumi menyentuh bahunya dengan sedikit tepukan pelan. "Ah ya? Oh! Aku ada urusan dengan seniorku di kafe, um... Sasaki-san mengajariku beberapa hal karena aku adalah pekerja baru di Kafe Florida." Nakazawa Naofumi tampak ragu, Haruka menjadi gugup karena melihat ekspresinya. "Begitu? Baiklah, lagipula aku mengatakan padamu untuk datang ke kediaman Tekiya di saat kau memiliki waktu luang." Haruka mengangguk-angguk dan memasang senyum ceria khas dirinya. Ia tidak ingin Nakazawa Naofumi tahu jika kemarin ia sudah sempat berkelahi dengan orang-orang Bakuto yang sama dengan yang menghajarnya di gang pertokoan sebelumnya. Sampai Haruka benar-benar menjadi kuat dan Nakazawa Naofumi mau melatihnya dengan tangannya sendiri, Haruka tidak akan pernah mengatakan apapun setiap kali ia terlibat perkelahian. “Kau baik-baik saja, Naofumi-san?” Nakazawa Naofumi tampak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia memasang senyum lembutnya yang biasa dan mengusap pelan kepala Haruka. “Tenang saja Haruka-kun, aku baik-baik saja.” “Oh…” “Kenapa? Apakah wajahku terlihat seburuk itu?” Haruka menggaruk tengkuknya. Sebenarnya daripada tampak buruk, Haruka melihat sorot mata sedih dari dua bola mata coklat terang itu. Haruka bukan pengamat yang baik, apalagi mengamati ekspresi samar seseorang. Haruka hanya tidak sengaja melihatnya ketika dia memegang pergelangan tangan Kudou Masahiro dan Nakazawa Naofumi secara bersamaan sebelumnya. Haruka berdiri cukup dekat dengan keduanya sehingga cukup jelas untuk melihat ekspresi keduanya. Sejak pertama kali bertemu, Nakazawa Naofumi jarang sekali mengganti ekspresinya. Ia lebih sering menatap orang lain dengan ekspresi lemah lembut dan sangat jauh dari imej yakuza yang selalu Haruka lihat. Dalam pikiran Haruka, yakuza selalu tampak menyeramkan seperti Kudou Masahiro, intimidatif, dan membuat orang lain tidak kuasa bahkan meski hanya dengan menatap matanya. Tetapi Nakazawa Naofumi selalu memasang ekspresi teduh seolah memang wajahnya terlahir seperti itu. Dia bahkan selalu memposisikan dirinya seperti seorang Ayah perhatian saat bersama Haruka lewat ekspresinya itu. Meski merasa mungkin salah lihat, tetapi Haruka tidak bisa melupakan ekspresi samar itu. Nakazawa Naofumi menatap Kudou Masahiro dengan ekspresi sedih? Haruka benar-benar bingung dengan sebab perselisihan bertahun-tahun mereka. Haruka menggeleng pelan. “Tidak Naofumi-san. Siapa tahu kalian pernah berteman di masa lalu namun karena satu atau dua hal kemudian bermusuhan sehingga Naofumi-san merasa sedih.” Ucap Haruka pelan. Nakazawa Naofumi menoleh. “Apa kau bilang Haruka-kun? Aku tidak mendengarnya dengan jelas.” Haruka menyadari kesalahannya. Buru-buru ia menggeleng dan memasang senyum andalannya. “Tidak, bukan apa-apa Naofumi-san, hehehe.” ** Haruka menguap lebar. Ia telah berjanji kepada Nakazawa Naofumi akan datang berlatih hari ini. Sebenarnya, Haruka berniat tidak datang selama beberapa hari sampai luka-luka bekas perkelahiannya dengan bawahan Bakuto sebelumnya sembuh. Berlatih keras dengan beban luka seperti itu benar-benar menyakitkan untuk Haruka. Ia juga tidak ingin tampak lemah di hadapan Nakazawa Naofumi. Pria itu akan menganggap peformanya turun karena kurang bisa mengimbangi lawan latihannya. Tetapi sial, ia malah bertemu dengan Nakazawa Naofumi di kafe dan bahkan sempat ribut dengan Kudou Masahiro. Dua Bos besar itu sama sekali tidak terluka atau bahkan lecet, dan Haruka sekali lagi menjadi bagian yang sial karena berusaha mendamaikan keduanya. Berkali-kali Haruka berdoa kepada Kami-sama agar dirinya diselamatkan dari kesialan-kesialan bertubi-tubi yang datang, tetapi tampaknya Haruka akan tetap sial selama dia masih memiliki hubungan dengan Bakuto atau Tekiya. Karena keributan yang terjadi siang lalu, Haruka harus berkali-kali meminta maaf ke manajer kafe dan memohon agar dia tidak dipecat dari pekerjaannya. Beruntung, manajer kafe masih berbaik hati dan tidak melaporkan kejadian itu ke atasannya. Dia juga tidak merasa bahwa perselisihan yang terjadi siang tadi adalah ulah Haruka. Melihat kondisi Haruka serta luka-lukanya, pihak kafe jelas tidak tega memecat Haruka. Nakazawa Naofumi juga bersikeras membayar ganti rugi atas beberapa perabotan kafe yang rusak. Tidak ada alasan lagi untuk memecat Haruka yang memang tidak bersalah. Sasaki berniat mengantarkannya pulang karena merasa khawatir, tetapi Haruka malah lebih khawatir kepada wanita itu jika tampak terlalu dekat dengannya. Sasaki memang senior yang baik, wanita dewasa yang beberapa tahun lebih tua dari Kakaknya itu memang selalu bersikap sebagai Kakak yang mengayomi. Meski ia tidak tahu apa-apa mengenai Haruka yang baru mulai bekerja beberapa hari, ia sudah menunjukkan jiwanya yang perhatian. Haruka bersyukur dengan hal itu, tetapi juga merasa khawatir. Lagipula Haruka mala mini tidak akan langsung pulang ke apartemennya, melainkan pergi ke kediaman Tekiya untuk berlatih. Mana mungkin Haruka akan melibatkan Sasaki dalam misi menghancurkan Bakuto demi Ryunosuke. Bisa-bisa wanita itu malah terseret masalah padahal ia tidak tahu apa-apa. Haruka berkali-kali mengucek matanya selama berjalan ke kediaman Tekiya. Kediaman Tekiya tidak bisa dijangkau kendaraan umum sampai benar-benar di depan rumah tradisional itu. Setelah naik bus dari kafe, Haruka harus berjalan sekitar dua kilometer sampai benar-benar di area kediaman Tekiya. Wilayah pemisah itu kabarnya juga milik Tekiya, tetapi tidak menjadi tempat pribadi yang tidak boleh dilewati karena Haruka sesekali masih melihat beberapa orang berjalan di area itu. Biasanya Haruka sampai di kediaman Tekiya sekitar pukul delapan malam, tetapi karena keributan tadi siang, Haruka harus membereskan kafe dan juga sedikit diskusi dengan seluruh pihak Kafe Florida, sehingga Haruka baru keluar dari kafe nyaris tengah malam. Entah selelah apa dirinya esok hari karena tidak tidur sama sekali. “Haaah… aku benar-benar mengantuk.” Gumam Haruka disela-sela mulutnya yang menguap berkali-kali. Berjalan dua kilometer terasa melelahkan di saat mengantuk. Belum lagi dengan kondisi jalanan yang sepi dan temaram karena memang sudah tengah malam. Rasanya seperti tidak segera sampai. Haruka bahkan berandai-andai jika dirinya sedang tersesat di dunia lain makanya ia tak juga sampai ke kediaman Tekiya. Mengantuk berat ternyata cukup berbahaya untuk akal sehat Haruka yang seringnya memang tidak sehat. “Lain kali aku akan meminta kontak Naofumi-san atau siapa lah ajudannya agar aku bisa mengabari jika memiliki kendala dan tidak ingin berlatih. Aku benar-benar cap—Hmmmp.” Haruka melebarkan matanya ketika merasakan seseorang—tidak, tiga orang menahan tubuhnya. Salah satu dari mereka menutup mulut Haruka dengan sebuah kain beraroma aneh yang secara perlahan membuatnya semakin mengantuk. Sial, sial, sial, sial, sial. Entah sudah berapa kali Haruka membatin dengan amarah memuncak. Ia yakin sekali orang-orang itu adalah anggota Bakuto. Tidak akan ada yang mengincarnya secara random di Shibuya jika itu bukan orang-orang Bakuto. Mengapa harus saat ini? Di saat Haruka bahkan kesulitan untuk mempertahankan kesadarannya sendiri. Tidak butuh waktu lama sampai Haruka tak sadarkan diri. Ia tidak tahu apa-apa karena wajahnya kemudian ditutup oleh kantung dari bahan kain. Ia juga semakin merasa pusing dan mengantuk ketika aroma aneh dari kain yang digunakan untuk membekap mulutnya semakin menguasai indera penciumannya. Lalu entahlah, Haruka benar-benar tidak sadarkan diri lagi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD