Sudah sejak sore hari Chiko menyelesaikan jadwal hari ini. Biasanya dia akan berdiam diri di rumah atau apartemennya sambil mendengarkan musik atau berolahraga. Tapi sore ini entah kenapa Chiko ingin pulang ke rumah. Benarkah dia ingin pulang ke rumah? Tapi kenapa mobilnya memutar jauh sekali melewati depan kantor Akira?
“Katanya pulang? Kok lama?” Tanya Regarta dalam panggilan telponnya.
“Macet mas.” Jawab Chiko jujur.
“Macet apaan? Aku barusan lewat lancar.” Ucap Regarta mengetahui adiknya berbohong.
“Ya pokoknya aku lagi di jalan ini, kedengaran kan suara kendaraan lain? Udah dulu deh mas aku lagi nyetir. Assalamu’alaikum.” Balas Chiko langsung mematikan sambungan telpon dari kakaknya itu. Regarta sangat mirip debt collector jika menagih kabar adik-adiknya. Chiko kadang kesal sendiri karena kakaknya itu sangat pelit bicara pada orang lain tapi sangat cerewet padanya.
Chiko kemudian memarkirkan mobilnya di depan sebuah kafe yang letaknya tepat di samping lobby kantor Akira, memesan strawberry cake di sana setelah itu kembali ke mobil. Normalnya dia langsung pergi setelah mendapatkan apa yang dia beli, tapi Chiko malah duduk di dalam mobil hingga lebih dari lima belas menit. Matanya tidak lepas dari halaman lobby kantor Akira hingga gadis itu keluar dari sana membawa tasnya terlihat hendak pulang.
“Mau pulang aja pakai bengong segala.” Gumam Chiko seorang diri melihat Akira terlihat memikirkan banyak hal di kepalanya. Hingga sebuah mobil berhenti di depan Akira dan wajah Akira terlihat sumringah, Chiko merasa terganggu. apalagi Akira masuk ke mobil itu dan melaju pergi.
“Pulang sama siapa?” Chiko mengirim pesan karena penasaran.
“Teman kantor mas.” Balasan Akira langsung Chiko baca. Laki-laki itu penasaran apakah teman kantor Akira laki-laki atau perempuan tapi jika dia menanyakan hal itu maka Akira akan berpikir yang tidak-tidak. Karenanya Chiko memilih untuk tidak membalas pesan tersebut.
“Aku di apartemen mbak Akira loh mas.” Sebuah pesan datang dari Jelita, adiknya.
“Ngapain?” Balas Chiko cepat kemudian melajukan mobilnya mengikuti mobil yang membawa Akira pulang hingga ke lobby apartemen calon istrinya itu.
“Mau kenalan lah.” Balasan dari Jelita terlihat di layar ponsel yang Chiko letakkan di kursi samping. Tapi Chiko tidak lagi membalasnya. Sebab mobil yang membawa Akira pulang lebih membuatnya penasaran.
Chiko terus mengamati mobil itu, Jika Akira tidak langsung turun Chiko berencana menghampirinya. Tapi untungnya Akira langsung turun dan terlihat dari kaca lobby Apartemen, ternyata yang mengantar Akira pulang adalah seorang laki-laki. Entah kenapa hal itu mengganggu Chiko. Laki-laki itu menjadi kesal dan melajukan mobilnya kembali untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, hari sudah sore, Regarta terlihat sedang duduk di kursi dengan laptop di hadapannya. Melirik Chiko sedikit ketika adiknya itu masuk ke dalam rumah tapi tidak berkata apapun. Sementara Wendy terlihat sedang minum teh sore bersama Lisa di halaman belakang. Chiko menghampiri keduanya dan memberikan strawberry cake yang tadi dibelinya.
“Ayah kemana Bun? Kok nggak keliatan?” Tanya laki-laki itu setelah menyalami keduanya.
“Ayah pulang agak malam hari ini soalnya ada urusan sama Om Dimas. Kamu tumben pulang, tapi nanti Bunda nggak masak makan malam soalnya mau kondangan sama Ayah. Nanti kamu pesan makanan aja yah?” Jawab Lisa sambil merapikan rambut Chiko yang berantakan. Laki-laki itu juga dengan senang hati merebahkan kepalanya di pangkuan Lisa sambil menikmati angin sore.
“Gampang, nanti Chiko makan sama Jelita.”
“Jelita kayaknya nggak pulang cepet deh Chik, ijinnya sama ayah sampai malam.” Wendy yang menjawab. Chiko langsung menegakkan duduknya.
“Keturunan kepo dari ayah sulit dihilangkan.” Komentar laki-laki itu dengan desahan. Sudah bisa di pastikan adiknya yang super duper kepo itu akan sok akrab dengan Akira, mengomentari segala hal yang ada di dalam apartemen Akira dan akan menempel seperti ulat bulu setelahnya. Chiko hanya berharap Akira adalah orang yang sabar, karena adiknya kadang menyebalkan.
Jelita akan jadi sangat menyebalkan jika dia tidak cocok dengan seseorang, ini salah satu alasan kenapa Chiko belum mau menjalin hubungan lagi dengan wanita sejak kuliah. Tapi jika orang yang di kenalnya baik, Jelita akan menjadi sangat baik dan menjadi sekutu setia.
Chiko bukan tidak pernah pacaran, saat kuliah dulu laki-laki itu pernah berhubungan dengan salah satu wanita bernama Juliana. Gadis itu sekarang menjadi seorang Artis juga. Artis besar yang debutnya di luar negri sangat sukses.
Karena kepo, Jelita menyamar menjadi sepupu Chiko kemudian mengajak gadis itu berkenalan. Tapi Juliana sangat posesif dan tidak suka Chiko berdekatan dengan gadis manapun termasuk Jelita. Dua orang itu kemudian bertengkar hebat dan tidak lama setelah itu Adrian menyuruh Chiko mengakhiri hubungannya dengan Juliana. Itu adalah terakhir kali Chiko menjalin hubungan dengan lawan jenis.
“Nggak usah khawatir gitu, bunda yakin seribu persen Akira adalah selera adik kamu. Kejadian dulu nggak akan terulang lagi.” Ucap Lisa dengan senyuman geli karena putranya terlihat gelisah.
“Siapa juga yang khawatir, mau nggak cocok juga bodo amat.” Ucap Chiko ketus. Setelahnya laki-laki itu kembali merebahkan kepalanya di pangkuan Lisa, Wendy ikut tersenyum geli.
“Yakin nggak khawatir?” Regarta tiba-tiba saja ikut bergabung dan mengambil sepotong strawberry cake yang Chiko bawa.
“Nggak usah ikut campur!” Balas Chiko kesal.
“Cinta Bakery cabang terdekat itu di samping kantor Star media kan ya, Bun? Wah Chiko baik banget loh rela muter jauh dari apartemennya buat beliin kita cake. Pantesan tadi di telepon bilangnya lagi macet.” Tambah Regarta lagi. Lisa dan Wendy tersenyum geli, Chiko langsung melirik ke arah kakak tertuanya itu dengan kesal. Apalagi Regarta terlihat memberikan ekspresi mengejek ke arahnya.
“Kalian semua menyebalkan, tau gini aku nggak pulang.” Chiko jengkel dan beranjak masuk ke kamarnya. Lebih tepatnya sedikit malu karena ketahuan. Melihat reaksi Chiko semua orang tertawa.
Semua orang di rumah, tahu bahwa Chiko mulai tertarik pada Akira. Laki-laki itu pasti akan memberontak sekuat tenaga jika memang dia tidak tertarik sedikitpun. Demi cita-citanya menjadi seorang actor dulu, Chiko bahkan pernah pergi dari rumah karena di tentang semua orang sampai membuat Adrian kelabakan. Setelah tertangkap Chiko tidak mau makan, tidak mau kuliah dan mengancam akan kabur ke luar negri hingga akhirnya Adrian dan Lisa mengalah. Chiko sekeras kepala itu, karenanya Regarta sering mengkhawatirkannya. Takut Chiko sampai salah langkah dan sulit di beri pengertian.
Tapi ketika dipaksa menikah oleh Adrian dan Lisa dengan Akira kemarin, selain argumennya saat pertama kali diajak bicara, tidak ada perlawanan lain. Apalagi laki-laki itu benar-benar mau menjemput Akira untuk makan malam ketika Lisa menyuruhnya. Chiko tidak mungkin mau berhubungan dengan orang asing apalagi mengijinkannya masuk ke dalam mobil kesayangannya jika memang dia tidak tertarik.
“Aku mau makan malam sama mbak Akira.” Ucap Jelita memanasi. Tanpa sadar Chiko mendesah lega, karena sudah sampai tahap sedekat itu berarti Akira memang sesuai selera adiknya. Lisa benar, seharusnya Chiko tidak perlu khawatir karena kepribadian Akira berbeda jauh dengan Juliana. Tapi entah kenapa sejak ingatan Chiko tentang kejadian di sofa kemarin sedikit kembali, Laki-laki itu terus terbayang-bayang dengan rasa bibir Akira yang dia renggut paksa itu. Hal itu juga membuat jalan pikirannya tidak sesuai keinginannya. tanpa sadar Chiko mulai memikirkan Akira hingga mengkhawatirkannya.
Itu adalah ciuman pertama Chiko, sebelumnya laki-laki itu tidak pernah melakukan hal sejauh itu. Bahkan dalan acting pun Chiko menolak adegan ciuman atau yang terlalu panas. Karena itu Chiko tidak tahu bahwa berciuman dengan seseorang rasanya akan seluar biasa itu.
“Aku ikut! Aku otw ke situ.” Balas Chiko kemudian buru-buru mandi, berganti baju, memakai parfum dan keluar dari kamar.
“Mau kemana? Wangi banget?” Regarta masih belum mau berhenti meledek adiknya.
“Nyari makan.” Jawab Chiko ketus. Regarta tertawa ringan tapi tidak menanggapi lagi. Padahal Jelita sudah mengumumkan pada seluruh anggota keluarga bahwa Chiko hendak ikut makan malam di apartemen Akira.
***
Sesampainya di apartemen Akira, Chiko tidak langsung turun dari mobil karena takut terlihat bahwa dia terlalu excited. Chiko mendesah sembari menyugar rambutnya. Sejak pertemuan pertamanya dengan Akira, semua hal di dalam hidupnya mulai berjalan tidak seperti biasanya.
Dimulai dari kesulitan tidur karena terbayang-bayang rasa ciuman mereka, hingga sikap-sikap tidak masuk akal yang membuat Chiko frustasi. Contohnya tiba-tiba saja penasaran dengan Akira hingga memutar jalan jauh sekali untuk pulang. Sejak dulu, para wanita yang selalu penasaran dengannya dan kerap kali menguntitnya. Tapi siapa Akira? Kenapa hanya dalam waktu satu hari saja sudah bisa merubah Chiko menjadi penguntit?
“Nggak mungkin!” Laki-laki itu bergumam seorang diri. “Ini bukan karena aku suka sama gadis mencurigakan yang mungkin terlibat dalam penjebakan itu, ini pasti karena rasa penasaran aja. Aku penasaran sebenarnya gadis seperti apa calon istri dadakanku itu sehingga aku mulai bergerak tidak normal. Iya betul! Tidak mungkin seorang Chiko Malvino jatuh cinta semudah itu. Juliana saja harus berjuang dua tahun dulu baru bisa aku pertimbangkan bukan?” Chiko tertawa sendiri berusaha menyangkal kecurigaannya perihal perasaanya pada Akira.
Chiko hampir membuka pintu mobil ketika tiba-tiba saja orang yang di kenalnya melintas tidak jauh dari tempatnya sekarang. Laki-laki itu turun dari mobilnya lengkap dengan topi dan maskernya.
“Mel! Ngapain disini?” Tanya Chiko. Perempuan itu sedikit kaget melihat Chiko tiba-tiba ada di sana.
“Aku pindahan hari ini, kamu ngapain di sini?” Melani balik bertanya.
“Ah iya lupa, tadi kamu bilang mau pindahan yah. Pindah ke sini?”
“Enggak mas, pindah dari sini. Barang-barang aku udah di mobil tuh. Mas ngapain di sini? Jangan sembarangan berkeliaran di sekitar sini banyak fans mas loh.”
“Mau ketemu temen di apartemen ini. Btw kenapa pindah dari sini? Bukannya udah enak, deket juga kan ke apartemen aku.”
“Kurang aman mas, ada yang kerampokan kemarin. Selain itu juga air sering mati.” Jawaban Melani tiba-tiba saja membuat Chiko sedikit khawatir.
“Kerampokan? Kok bisa?”
“Ceritanya panjang mas, besok-besok aku ceritain. Aku duluan ya mas udah di tungguin. Mas jangan berkeliaran terlalu lama nanti jadi masalah.” Ucap Melani kemudian berpamitan. Chiko mengangguk saja lalu melanjutkan langkahnya hendak masuk ke dalam tapi adiknya dan Akira terlihat sudah berdiri di dekat parkiran.
“Siapa mas?” Jelita langsung bertanya.
“Melani, kamu kan kenal.” Jawab Chiko. Sekalipun tidak pernah di kenalkan secara langsung tapi Jelita tahu semua orang-orang yang ada di sekitar Chiko karena rasa ingin tahunya yang tinggi. “Kalian kok di luar? Katanya mau makan malam?”
“Manager mas ngapain di sini? Ngikutin mas? Kan bukan jadwal resmi.”
“Enggak, dia baru mau pindah dari Apartemen ini. Kebetulan ketemu.”
“Oh gitu, oh iya kita mau belanja dulu mas, soalnya bahan makanan di tempat mbak Chesa abis.” Ucap Jelita sambil menggandeng Akira menuju mobil Chiko.
“Chesa?”
“Chesa Ranjana Akira Budiarto, nama calon istri mas. Gimana sih mau nikah masa nggak tahu nama calon istri. Gimana ijab kabulnya nanti?” Cerocos Jelita tanpa menoleh ke arah Chiko yang mengikuti kedua gadis itu dari belakang. Chiko tersenyum diam-diam sembari memuji nama calon istrinya itu dalam hati.
“Belanja kemana sih? Aku nggak bisa terlalu lama di keramaian apalagi sama kalian.” Ucap laki-laki itu.
“Super market yang dekat pertigaan itu mas, biasanya aku belanja di sana.” Akira yang menjawab.
“Siapa bilang mas ikut belanja, mas jadi supir kita dong.” Jelita ikut menanggapi. Chiko tidak menjawab lagi setelah itu. Melajukan mobilnya setelah dua wanita itu masuk dan duduk dengan nyaman. Tidak protes sedikitpun atau marah di anggap supir oleh adiknya. Membuat Akira tersenyum diam-diam. Rupanya Chiko sangat menyayangi adiknya dan keduanya terlihat sangat akrab.
***