Chapter 2 [Di Sisi Lain]

1982 Words
Happy Reading! - - - Mata Shannon tertutup. Dominic menyentuh hidung Shannon, tidak ada deru nafas yang terasa di sana, seketika membuat tubuh pria itu sepenuhnya melemas. "Suatu saat nanti, ada kemungkinan aku pasti tidak bisa mendampingi mereka, aku tidak memaksa mu untuk menjaga mereka karena ini bukan kewajiban mu, tetapi dominic. Jika mereka membutuhkan bantuan mu, aku mohon bantu mereka sebisa mu, ini adalah salah satu tugas terakhir yang ku berikan padamu. Maaf ya, aku memang bukan master yang baik dan bijaksana." Dominic merasa gagal dengan tugas terakhir yang di berikan master nya, ayah dari Shannon. Hujan sudah membasahi seluruh tubuh Dominic dan Shannon, jasad gadis itu sudah memucat. Dominic melihat ke samping dimana api iblis masih menyala, pria itu bisa mendengar suara ricuh pertarungan, dan diantara nya. "SHANNON!!" Suara Raven terdengar sangat kencang, Dominic sedih, pria itu tidak tega memberitahu kenyataan Shannon telah tiada. Ketika Dominic hendak mematikan api yang memisahkan mereka dengan pasukan lain, tiba-tiba saja Dominic melihat cahaya yang muncul. Pria itu mencari dimana Sumber cahaya itu, dan di situ ia melihat cahaya itu berasal dari tubuh Shannon, lingkar sihir besar terbentuk di bawah tubuh gadis itu, dan Dominic melihat ke arah pedang suci yang tergeletak tak jauh dari tubuh shannon. Pedang itu juga bercahaya, dan di dekat pegangannya terdapat simbol sihir yang sama dengan lingkar sihir di bawah tubuh Shannon. Dominic bergerak bangkit dan mengambil pedang itu, ia menatap simbol pedang itu dan tubuh shannon yang bercahaya secara bergantian. "Jika saja benar-benar keajaiban..." Gumam Dominic, kemudian pria itu mengarahkan pedang itu ke d**a shannon dimana bekas luka pedang dari musuh. "Maka aku mohon hidupkan ia kembali!" Zug! Dominic menancapkan pedang itu, dan cahaya semakin bersinar, Dominic tidak bisa menahan cahaya itu sehingga menutup matanya. Kemudian terdengar pedang suci itu terjatuh, Dominic membuka matanya, dan melihat tubuh Shannon yang perlahan lukanya mulai kembali sembuh, juga ada sedikit pergerakan pada tubuh shannon. Pria itu terkejut, dan langsung bergerak mendekati Shannon, gadis itu tampak mulai bernafas. "SHANNON!" Seru Dominic memanggil nya, mata Shannon terbuka sedikit, gadis itu hendak berusaha bicara. "SHANNON!" Panggil lagi Dominic, gadis itu mulai menutup matanya kembali, tetapi perlahan luka pada tubuhnya mulai sembuh. "SHANNON!" Sebut Dominic lagi, dan gadis itu akhirnya menutup kembali matanya, Dominic sedikit panik dan mencoba memeriksa arteri Shannon. Terasa jantung itu berdetak, kemudian Dominic mendekatkan telinganya pada hidung Shannon, terasa deru nafas lemah. Gadis itu kembali hidup. Dominic sangat senang kemudian ia hendak mematikan api iblis itu, tetapi tiba-tiba saja. "Tuan." Arjuna muncul begitu saja. "Arjuna astaga, lagi-lagi kau muncul tanpa izin, ada masalah apa?" Tanya Dominic, Hespirvit itu menatap tubuh Shannon. "Apa tuan yakin ingin melaporkan ini pada pangeran Raven?" Tanya Arjuna. "Tentu saja, ini kabar baik bukan? Shannon berhasil melewati masa kritisnya." Ujar Dominic, Arjuna merengut, Dominic mengangkat kedua alisnya bingung. "Aku merasakan bahwa orang yang ada dalam tubuh ini, bukanlah Shannon." Ujar Arjuna, Dominic terdiam. Sebagai Hespirvit Arjuna memang memiliki kemampuan khusus, dimana Hespirvit itu dapat merasakan roh, jiwa maupun spiritual yang lebih kuat juga berbagai macam, dan dapat membedakan nya satu sama lain. Lalu Hespirvit itu bisa merasakannya, dalam tubuh gadis itu bukanlah Shannon. "Apa dia iblis?" Tanya Dominic dengan raut wajah serius, arjuna menggeleng, dominic sedikit bernafas lega. "Lalu apa?" Tanya Dominic lagi. "Dia seperti Shannon tapi orang lain." Arjuna menjelaskan tetapi Dominic tidak mengerti, Arjuna mendengus pelan. "Aku tidak pintar menjelaskan tuan, tapi aku yakin nona Izolda dan nona Patrishia bisa membantu, yang pasti orang ini bukan orang jahat." Jelas Arjuna, Dominic mengangguk. "Artinya aku tidak bisa memberitahu Raven dulu ya," Dominic terdiam sebentar, kemudian menoleh ke arah api besar itu. "SHANNON!" Terdengar suara Raven lagi, dominic mendengus berat. 'Kalo langsung di beritahu ke Raven, aku tidak yakin orang dalam tubuh ini akan selamat, dan masalah akan semakin rumit karena orang ini pun belum siuman.' Dominic menoleh kebelakang, ada tumpukan abu yang di sekitarnya terdapat jubah dan baju, bisa di pastikan itu milik musuh yang melawan shannon. Pria itu melepas jubah shannon dari tubuh gadis itu, kemudian berjalan menuju abu itu, kemudian dengan sihirnya, dominic memunculkan kembali sisa abu yang terbang secara acak karena angin. Dominic mengangkat jubah dan baju yang sebelumnya ada di atas abu itu lalu di bakar habis, kemudian jubah Shannon di letakkan di atas jubah itu, dan pria itu mencari pedang shannon yang biasanya gadis itu gunakan. Setelah ia menemukan pedang itu, Dominic segera berjalan dan mengambilnya, lalu menancapkan pedang itu ke jubah yang di bawah nya terdapat abu mayat musuh. "Arjuna, kau bawa Shannon, kita pergi ke hutan Witchweed." Ujar Dominic, Arjuna mengangguk lalu menggendong tubuh Shannon, Dominic menjentikkan jarinya ke arah api besar, secara perlahan api itu padam. "Maaf pangeran, ku sembunyikan dulu sebentar." Ujar Dominic. Lalu menghilang begitu saja bersama Arjuna yang menggendong Shannon. ⬛⚪⬛ Sring! TANG! TANG! SRING! TANG! Raven melawan seseorang berjubah hitam, pria itu kesal dan panik karena di pisahkan dari Shannon oleh Warzerten. Bukan Raven tidak percaya dengan kemampuan Shannon dalam beradu pedang, tapi kali ini musuhnya menguasai sihir kutukan, dan Shannon bukanlah penyihir Risilv. Sedangkan Raven masih bisa melawan mereka karena ia adalah keturunan keluarga kekaisaran yang membuatnya memiliki berkah Risilv dari lahir. Tang! "Pangeran, kau tampak tidak fokus, apa kau mengkhawatirkan safir biru?" Tanya pria berjubah yang menjadi lawan Raven. Pangeran itu mengatupkan giginya kesal, kemudian mendorong pedangnya, membuat musuhnya itu sedikit terpental menjauh. "Siapa kau?" Tanya Raven dengan marah, pria itu melepas tudung jubahnya. "Immanuel Anderberg, Pillar ke 4 dari Warzerten, dan yang melawan safir biru adalah, Cecilia Zinaida, pillar ke 5 dari Warzerten." Jelas Immanuel seketika membuat Raven panik. Karena yang melawan Shannon bukan penyihir Warzerten biasa, melainkan seorang pillar Warzerten. Tap! Whushh! Srek! TANG! "Kau mau kemana? Lawan mu adalah aku." Immanuel menahan Raven yang ingin pergi menyusul Shannon. Raven mengatupkan gigi nya, pria itu mendorong pedang nya lagi membuat Immanuel sedikit terpental lagi. Sebenarnya secara kekuatan, Raven adalah yang paling unggul disini, dia bisa mengalahkan Immanuel, tetapi akan memakan waktu, sedangkan Shannon sedang kesulitan. Raven melirik ke setiap bawahan khusus nya, Harley, Tristan dan Feitan semuanya sibuk melawan musuh, begitu juga pasukan lainnya tapi keadaan mereka masih tampak baik-baik saja. Raven yakin pasti Warzerten sudah memperkirakan rencana mereka karena bala bantuan yang di siapkan tidak datang. Pangeran itu mengatupkan giginya dan kembali hendak berlari menuju Shannon, ia bisa melihat Shannon yang kesulitan, tetapi tiba-tiba saja api besar muncul menghadang jalannya, menutupi Shannon dan pillar Warzerten yang menjadi lawan gadis itu. Raven semakin kesal, ia hendak mengayunkan pedangnya untuk mematikan api itu sembari memakai sihir Risilv yang ia miliki, tetapi lagi-lagi Immanuel menyerang Raven membuat pria itu batal melakukannya. "Sudah aku bilang, lawan mu adalah aku, jika pangeran ingin membantu safir biru, maka langkahi mayat ku dulu." Ujar pria. "SHANNON!" Raven berteriak, tidak ada jawaban dari gadis itu di balik api yang memisahkan mereka, Raven semakin kesal. Tang! Immanuel kembali menyerang Raven Tetapi pria itu dengan mudah menahan serangan dari Immanuel, dan kembali memanggil Shannon. "SHANNON!" Tidak ada jawaban, Immanuel kali ini menyerang Raven dengan lebih keras tetapi Raven dapat menghindar dan dengan kelihaian nya dalam berpedang, pria itu berhasil memotong tangan kiri Immanuel. "ARGGGHH!!" Immanuel berteriak, kemudian bergerak mundur, ia melihat tangan kirinya yang sudah lepas dari tubuhnya, dan rasa perih sangat terasa dari bekas luka yang Raven buat. Shaaa Hujan perlahan merintik dan mulai turun dengan deras, Raven tidak peduli. "Kau bilang harus melangkahi mayat mu dulu kan?" Immanuel mengangkat wajah nya mendengar Raven bicara, tampak pria itu memasang wajah amarah besar dengan sorot membunuh yang juga besar. Mata zamrud Raven menyala, aura sihir Risilv Raven tampak keluar besar. "Maka aku akan mengabulkannya untuk mu." Tambah Raven, seketika bulu kuduk Immanuel berdiri, kali ini ia merasakan kematian akan benar-benar datang padanya. Immanuel mengeluarkan iblisnya, yang kali ini iblis itu menggunakan tombak sebagai senjatanya. "Kau tidak akan bisa melawannya! Serang dia!" Seru Immanuel, dan memerintahkan iblisnya menyerang Raven. Iblis itu mengayunkan tombaknya ke arah Raven, tetapi pria itu berhasil menangkisnya, hanya saja sesuatu terjadi. Iblis itu tidak bergerak, dan perlahan tombak iblis itu berubah menjadi putih, kemudian tangan iblis itu juga muncul tanda sihir Risilv. "A-apa, apa yang terjadi?! Dia iblis bagaimana bisa?! Seharusnya kau lah yang–!" Immanuel terkejut. "Kau tahu, iblis yang kau ikat kontrak tidak lebih hanyalah iblis tingkat bawah." Immanuel mengatupkan giginya kesal, Raven menyeringai. "Aku juga harus berterima kasih pada kalian atas jebakan kalian sebelumnya di hutan Crystalden, luka yang di buat oleh mahkluk itu dan pedang kutukan yang tidak sengaja terikat dengan ku, membantu ku lebih kuat terhadap sihir kutukan, dan pengobatan Mathias sangat membantu ku meningkatkan sihir Risilv ku, karena itu," Raven mengeluarkan sihir Risilv nya lebih besar dan membuat tanda sihir Risilv pada iblis itu semakin menjalar hingga hampir ke seluruh tubuh iblis itu. "Aku bisa menghancurkan iblis mu dengan mudah." Ujar Raven, Immanuel terkejut. "KEMBALI!" Perintah Immanuel. "Percuma." Tukas Raven, kemudian. Crack! Crash! Tubuh iblis itu hancur seketika, pillar Warzerten itu terkejut dan mengatupkan giginya, kemudian ia mengangkat pedangnya dan kembali menyerang Raven. Tang! Sring! Tang! Tang! Sring! Tang! "Aku akan menuntaskan misi ku, aku akan membunuh mu!" Tegas Immanuel. Raven mengatupkan bibirnya, "Itu tidak akan terjadi, aku adalah anjing penjaga kekaisaran, hingga akhir hayat, aku akan melindungi tanah ayah ku." Ujar Raven, Immanuel mengatupkan gigi kesal. "HYAAHHH!!!" Pria itu mengayunkan pedangnya, Raven menahan serangan itu dan dengan tangan lainnya. Zrugg!! Raven menusukkan tangannya ke d**a Immanuel, dan pria itu memegang jantung Immanuel. Pillar Warzerten itu terkejut dan menatap Raven nanar, "Sudah ku bilang bukan, itu tidak akan terjadi." Ujar Raven, secara perlahan darah keluar dari mulut Immanuel. Raven menatap pria itu dengan dingin, "Matilah, brengsek." Umpat Raven. Zrag! Jantung Immanuel hancur di remas raven, pria itu mati seketika, raven langsung mencabut tangannya dari tubuh pria itu. Tubuh Immanuel perlahan berubah menjadi abu, kemudian Raven dengan cepat berlari ke arah api dimana di seberangnya terdapat Shannon. "SHANNON!" Raven berteriak dan Sembari berharap di hatinya, semoga gadis itu baik-baik saja. Tetapi ketika sudah berada di dekat api itu, secara perlahan api itu memadam, membuat Raven terkejut. Api itu terbuat dari sihir iblis, tidak akan padam jika tidak ada sihir Risilv yang memadamkannya. Dan Shannon tidak memiliki hal itu. 'Apakah kekuatan pedang suci telah bangkit?' Raven berpikir baik, dan ketika api itu sudah padam sepenuhnya, mata zamrud Raven membesar, pria itu membeku seketika. Tap-tap! "Pangeran!" Panggil Harley, pria itu berlari mendekat ke arah Raven. "Lapor! Tiba-tiba saja semua musuh mundur, ada sesuatu yang terjadi." Ucap Harley, tidak ada respon dari Raven. "Pangeran?" Harley kembali memanggil lalu ia menoleh dan menatap ke arah apa yang di lihat Raven. Mata pria itu terbelalak, Harley terkejut. "Pangeran!" Teriak Tristan, pria itu datang bersama Feitan, tidak ada respon dari Raven, Tristan mengerut bingung kemudian ia memegang pundak Harley. "Hei apa kau sudah mengatakan pada pangeran?" Tanya Tristan, Harley menoleh perlahan Tristan, dan menatap pria itu dengan nanar. "Sha-Shannon...." Ujar Harley, Tristan dan Feitan menatap ke arah apa yang di tatap Raven, mata keduanya terkejut. Di sana ada jubah Shannon yang di bawahnya terdapat gundukkan abu, dan pedang Shannon yang tertancap di sana. "Tidak mungkin..." Ucap Tristan tidak percaya. Raven mengangkat mulutnya, wajah pria itu sudah basah karena hujan. "Shannon....sudah mati..." ⬛⚪⬛ Ini sudah 4 hari setelah kematian Shannon. Raven duduk di depan batu nisan dimana nama Shannon tertulis, pria itu membawa sebuah botol anggur, dan menenggaknya. Sesuatu dari pedang yang ada di pinggang Raven muncul, sesosok iblis berdiri di samping Raven. "Ku pikir kau akan langsung balas dendam pangeran." Ujar Leviathan, Raven terdiam. "Rencana belum rampung, aku tidak ingin gegabah." Singkat Raven, Leviathan mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian duduk. "Apa kau takut kehilangan bawahan mu lagi?" Tanya Leviathan, Raven terdiam. "Cukup Shannon yang terakhir," Raven kembali menenggak anggurnya. "Karena kelalaian ku, firman dewa tidak bisa terpenuhi," terbesit di benak raven wajah Eloise. "Dan seorang adik harus hidup sendirian." Lanjut Raven, pria itu menundukkan kepalanya, Leviathan hanya diam menatap tuannya, dengan suara parau ia kembali berbicara. "Semuanya adalah salah ku." - - - To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD