Happy reading!
-
-
-
Sring!
Sring! Sring!
Aku berlatih pedang tidak jauh dari kediaman Izolda.
Sebenarnya aku ingin Dominic membantu latihan ku, tetapi sesuai perkataannya, setelah makan tadi, ia merokok beberapa batang, kemudian tidur.
Aku mendengus kasar, kemudian menghentikan pergerakan ku, dan menatap pedang yang ku pegang, "Memang sulit berlatih ini tanpa pelatih, aku tidak bisa tahu dimana letak kesalahan ku." Gumam ku.
Sayangnya Dominic memang benar-benar sudah lelah, aku tidak bisa mengganggu tidurnya.
Cring!
Aku menancapkan pedang ku ke tanah, dan kembali mendengus pelan, lalu menatap langit, "Disini bulan tampak sangat besar, dan bintang nya lebih banyak dari langit di dunia ku.." gumam ku lagi.
Aku mengatupkan bibirku.
'Aku harus latihan, tapi aku tidak tahu bagaimana cara meningkatkan kemampuan ku, aku tidak pernah berlatih bela diri semacam ini sebelum nya, ini menjadi sulit.'
Pikirku, sembari mendengus lagi, dan menurunkan alis.
"Kau rajin sekali." Aku menoleh cepat, tampak Izolda datang dengan tongkat yang biasa ia pegang, aku menyambutnya dengan senyum.
"Karena aku harus berlatih keras, melihat Dominic mengalahkan ku dengan mudah, membuatku sadar, kemampuan ku saat ini tidak lebih dari seorang pemula." Ujar ku.
"Setidaknya seorang pemula tidak akan memiliki sihir Risilv dulu, kau tidak perlu merasa sedih, kau berada setingkat di atas mereka." Balas Izolda sembari senyum, aku terkekeh pelan.
"Itu tidak menghibur ku sama sekali." Ucap ku dengan nada canda, wanita itu tertawa pelan.
"Aku bisa membantu latihan mu." Ujar Izolda, aku mengangkat kedua alisku.
"Lebih tepatnya, melatih sihir mu, aku yakin kau bisa melihat jelas kalau aku bukan lah orang yang pandai dalam bertarung fisik." Tambah Izolda, aku terdiam, kemudian mengingat latihan ku dengan Dominic sebelumnya.
Pria itu dapat menahan serangan ku hanya dengan sihir tangan kosong, padahal yang ku gunakan adalah pedang suci dengan sihir Risilv, aku yakin pasti kemampuan Dominic dalam mengendalikan sihir membuatnya mampu melakukan itu.
"Kalau kau tidak mau tidak apa, aku bisa menemani mu latihan." Ujar Izolda, aku menggeleng kemudian menarik pedangku dari tanah, dan menyarung kan kembali pedang suci itu.
"Tadi saat berlatih dengan Dominic, pria itu bisa menahan serangan ku tanpa senjata hanya menggunakan sihir, apa kau bisa mengajarkan ku teknik sihir seperti itu?" Tanya ku, Izolda tersenyum, dan mengangguk.
Kemudian izolda memutar tongkat nya, dan tongkat itu menghilang begitu saja, "Yang Dominic lakukan adalah, ia membuat aura sihir yang keluar dari tubuhnya menjadi bagian dari senjatanya, itu sudah umum kalau sihir bisa di bentuk dan di buat berbagai macam, Dominic membentuk sihir nya menjadi pelindung yang keras, itu sudah bisa di lakukan jika kau sudah cukup mahir menguasai sihir mu sendiri." Jelas Izolda, kemudian ia memetik jari dan muncul sebuah pedang.
"Ini hanyalah contoh, coba perhatikan." Ujar wanita itu, kemudian Izolda mengalirkan mana nya ke pedang tersebut, tampak aura sihir warna hijau keluar bergelombang, aku kagum karena hal seperti itu sangatlah unik bagi ku.
"Kau bisa membentuk sihir dengan berbagai macam, dan membuat tekstur mana itu menjadi apapun, itu semua bisa dilakukan." Ujar Izolda, kemudian terlihat aura pedang yang di pegang nya berubah, menjadi padat dan berukuran besar, menjadi bergelombang kecil, menjadi bergelombang besar, dan sebagainya.
"Setiap bentuk sihir, memiliki fungsi yang berbeda, seperti yang kau lihat ini." Ujar wanita itu, aku mengangguk mengerti, kemudian Izolda menancapkan pedang itu ke tanah.
"Tetapi semua itu tidak bisa kau lakukan jika kau belum bisa mengatur bentuk sihir mu sendiri." Ucap Izolda, aku mengangkat wajah ku dan menatap nya.
"Pada umumnya untuk bisa mengatur sihir, sangat penting untuk kau memahami dirimu, walau tubuh mu bukanlah milik mu, bukan berarti yang kau pahami adalah Shannon, tidak, tetapi tetap dirimu sendiri, karena juga, kau dan Shannon adalah satu." Jelas Izolda, kemudian ia menyentuh pedang suci yang bertengger di pinggang ku.
"Sekarang kita tidak perlu berlatih dengan pedang ya, jadi taruh dulu ini." Ujar nya, aku mengangguk lalu melepas ikatan sarung pedang itu dari pinggang ku, dan menaruh pedang itu menyandar dengan sebuah pohon.
"Lihat aku." Ujar Izolda, kemudian wanita itu mengulurkan tangan nya, lalu terbentuk sebuah pelindung cukup besar yang terbuat dari sihir hijau miliknya.
"Coba lakukan ini." Aku mengangguk atas perintah Izolda, kemudian mencoba membentuk pelindung yang sama seperti Izolda, sedikit sulit karena tubuhku masih belum begitu memahami tentang sihir.
"Ayolah..." Ujar ku berusaha membentuk mana ku menjadi pelindung.
Memahami, aku tahu yang di maksud Izolda adalah kekuatan Shannon yang sekarang menjadi milikku, selama aku memakai kekuatan nya, gadis itu seperti lembut tapi kuat dan tajam.
Entah bagaimana aku mendapat gambaran di kepalaku, aku tidak bisa menjelaskan bagaimana spesifiknya, tetapi, tidak lama kemudian aku berhasil membentuknya.
Sebuah pelindung tercipta yang hampir setinggi diriku, aku tersenyum dan menatap Izolda, wanita itu mengangguk membenarkan apa yang aku lakukan.
Kemudian Izolda memunculkan beberapa hewan burung, yang aku yakin itu adalah Anigi.
Kemudian mencoba menyerang ku dengan anigi itu.
Whussh!
Tash! Tash!
Burung itu hancur ketika menyentuh pelindung yang ku buat, Izolda tersenyum kecil, dan bertepuk tangan.
"Seperti nya kau sudah mulai paham." Ujar Izolda, aku tersenyum menanggapi nya.
"Sekarang coba buat sebuah senjata semacam pedang dengan sihir mu." Titah Izolda, aku mengerut kan alis.
"Memang nya bisa?" Tanya ku, wanita itu mendengus.
"Kan sudah ku bilang, sihir itu bisa di bentuk berbagai macam, sudah pasti membuat pedang dengan sihir itu bisa dilakukan, tadi kan kau bisa membentuk sihir mu dalam bentuk pelindung, ayo coba." Ujar Izolda, aku mengangguk sembari ber-oh ria.
Kemudian aku mencoba membentuk sihir itu, dan secara ajaib, dengan cepat aku bisa membentuk sihir ku menjadi sebilah senjata, aku tersenyum kagum.
"Sudah terlihat kau mulai mahir menguasai sihir mu." Puji Izolda, aku tersenyum padanya, Izolda ikut tersenyum.
"Demeter." Sebut Izolda kemudian tiba-tiba muncul seorang wanita dengan aura sedikit bercahaya.
Aku bisa merasakan aura sihirnya yang mirip dengan Achilles, pasti orang ini adalah Hespirvit.
"Demeter, kau bisa sedikit berpedang bukan?" Tanya Izolda, hespirvit itu terdiam sebentar dan mengangguk kemudian menatap Izolda tanya.
"Coba bertarung satu kali dengan Shannon." Titah Izolda sembari memunculkan pedang di tangannya dan memberikannya pada Demeter, Hespirvit itu terkejut.
"Ta-tapi nona, bukankah nona Shannon adalah ksatria terkuat di kekaisaran Roxane, aku bukanlah orang yang pas untuk menjadi teman bertarung nona Shannon." Ujar Demeter.
"Ah tidak perlu seserius itu, uhmm Demeter?" Ujar ku dan Hespirvit itu mengangguk.
"Ya aku hanya ingin mencoba pengendalian sihir ku, jadi kita tidak bertarung seperti yang kau pikirkan." Tambah ku, Hespirvit itu mengangguk mengerti.
"Kalau begitu, ayo mulai." Ujar Izolda, aku dan demeter berjalan sedikit berjarak, Hespirvit itu mulai melakukan kuda-kuda nya, karena pedang yang terbuat dari mana ini menempel dengan tangan ku, sedikit sulit melakukan kuda-kuda seperti yang biasa Shannon lakukan.
Cring!
Sring!
Whussh!
Demeter bergerak berlari menuju ke arahku, dan memulai serangan, aku hendak menangkis serangan itu dengan pedang mana ku, tetapi ternyata pedang itu malah pecah, Demeter dan aku terkejut, dengan reflek aku menendang perut Demeter dan membuatnya sedikit terpental.
"Astaga maaf!" Seru ku, dan hendak berlari ke arah Hespirvit itu.
"Lanjut." Tiba-tiba saja Izolda mengucap, aku menoleh sembari mengerutkan alis.
"Aku bilang lanjut." Ucap Izolda lagi, dan tiba-tiba saja Demeter bergerak menyerang ku, dengan cepat aku menahan serangannya dengan membentuk Pelindung, Demeter terus melanjutkan serangannya, membuatku sedikit kewalahan.
'Sial! Dia bergerak seperti dikendalikan, ini pasti karena faktor ikatan kontrak Hespirvit pada tuannya, Demeter tidak akan berhenti jika Izolda tidak menarik perintah.'
Pikirku, aku menemukan celah menyerang Demeter, dengan cepat aku membentuk pedang dengan sihir ku dan menyerang Demeter, tetapi entah bagaimana Hespirvit itu bisa menangkis serangan ku, dan membuat pedang sihir ku pecah lagi, aku mengatupkan gigiku.
Hal ini membuatku kesal, karena pedang sihir ku rapuh sekali.
Aku terus menahan serangan Demeter lagi dengan sihir yang ku buat menjadi pelindung, tetapi dengan berusaha keras aku mencoba membuat pedang lagi dan menyerang Demeter.
'Fokus Shannon! Keras kan pedangnya dan serang dia!'
Tang!
Tang!
Aku menemukan celah lagi, tanpa membuang waktu, aku langsung membuat serangan lagi, dan mengayunkan pedangku ke pinggang Demeter, seperti dugaan ku ia akan menahan serangan ku dengan pedangnya, tetapi dengan gigih aku berusaha agar mengeraskan pedang mana yang ku buat.
Sring!
Crang!
Aku berhasil mematahkan pedang Demeter, mataku terbelalak, aku menyadari kalau serangan ku bisa membelah tubuh Demeter.
"TIDAK!" Aku berteriak berusaha menahan gerakan ku tetapi tidak bisa karena sudah terlanjur.
"Kembali." Ucap Izolda, dan tiba-tiba saja demeter menghilang menjadi serpihan, sehingga aku tidak berhasil membelah tubuh demeter dan bergerak jatuh ke tanah.
Aku menghembuskan nafas lega kemudian berdiri tegak menatap Izolda, wanita itu tersenyum, "Maaf ya aku terlalu keras, aku tidak bisa menahan diriku untuk membuat mu kuat." Ujar Izolda dengan ekspresi tidak enak, aku menggeleng cepat dan berjalan menghampiri nya.
"Tidak, aku paham, terima kasih, dan bagaimana Demeter?" Tanyaku, Izolda mengangguk.
"Tidak masalah, aku langsung memerintahkan nya kembali ke tempat nya, jadi dia baik-baik saja." Ujar Izolda, aku mendengus lega, kemudian aku menatap tanganku.
'Ini sangat terasa, aku merasakan kekuatan kuat yang seakan mengalir ke seluruh pembuluh darah ku.'
Pikirku, "Sudah waktunya istirahat." Ujar Izolda, sembari bergerak menuju pedang suci yang ku taruh bersandar di pohon, kemudian ia mengambil pedang itu dan memberikannya padaku.
"Besok kalahkan Dominic dengan kekuatan mu yang ini." Ucapnya, aku terdiam kemudian terkekeh pelan dan tersenyum sumringah.
"Tentu saja!" Tangan ku bergerak menerima pedang itu.
Cring!
⬛⚪⬛
Pagi nya.
Seperti yang di janjikan Dominic, kami kembali akan mulai berlatih, kali ini Izolda ikut menonton kami.
"Tumben sekali kau ikut, ku pikir kau akan sibuk, bagaimana dengan Arion?" Tanya Dominic, Izolda mendengus.
"Aku sedang luang, dan Arion sedang mengurus perbatasan hutan juga memeriksa beberapa Anigi yang sudah tua." Jawab Izolda, Dominic terdiam.
"Jangan-jangan kau akan menjadikan Arion sebagai penjaga hutan witchweed selanjutnya?" Tanya Dominic lagi, Izolda menurunkan alis.
"Soal itu bukan urusan mu, omong-omong cepat latihan, lihat, shannon menunggu mu." Unjuk Izolda, Dominic menoleh ke arahku, aku menatap pria itu dengan mengangkat kedua alisku.
Sebenarnya aku tidak masalah jika mereka berbincang lebih lama lagi, karena aku cukup penasaran dengan apa yang mereka bahas.
'Aku tahu Arion, ia adalah salah satu pria yang menyukai Eloise, dia tidak berperan banyak, dan di buku itu juga tidak menceritakan banyak soal Arion, tetapi aku bisa melihat kalau dia bisa dikatakan sebagai second male lead dari Eloise.'
Pikir ku, Dominic memunculkan pedangnya lagi, sama seperti yang kemarin, aku menyunggingkan sebuah senyuman, dan Dominic mengangkat sebelah alisnya menatapku.
"Seperti nya kau lebih percaya diri hari ini, apa latihan malam mu lancar?" Tanya Dominic, aku terkekeh pelan.
"Ya bisa dibilang begitu." Balasku, kemudian mengeluarkan pedangku dari sarungnya, aku bisa melihat Dominic hanya terdiam sembari tersenyum samar.
Sebenarnya bukan nya aku percaya diri, hanya saja aku cukup bersemangat untuk mencoba kekuatan ini untuk melawan Dominic, aku tahu mustahil untukku mengalahkannya.
Dominic bukanlah penyihir biasa, tertulis dibuku dia sudah menjadi penyihir agung ketiga di kekaisaran Roxane.
Walaupun kekuatan ini bisa terbilang lahir karena kasih sayang dari dewa, tapi tetap saja Dominic adalah seorang veteran dalam sihir, selain itu ia juga sudah hidup dengan usia panjang, dan banyak hal yang telah ia lewati, aku bukanlah apa-apa baginya.
Karena itu, dia adalah rekan latihan terbaik yang aku miliki saat ini.
Cring
Aku dan Dominic sama-sama sudah dalam kondisi bersiap, mataku bertemu dengan manik tosca nya.
'Mulai!'
Tap!
Whushh!
Sring!
Tang!
Langkah pertama kami menyerang dan saling menangkis.
Tang! Tang!
Sring!
Tang!
Kami kembali bertarung dan tidak berhenti mengayunkan pedang, aku menyerangnya dan Dominic berhasil menangkis nya, semakin lama pertarungan semakin sulit aku menemukan celah untuk menyerang Dominic, tetapi begitu juga dengan pria itu.
Tang!
Terlihat wajah Dominic mulai serius, dan tak berapa lama kami menyerang dan menangkis serangan satu sama lain, aku menemukan celah kecil, aku mengayunkan pedang ku ke celah tersebut, Dominic berhasil menahan nya dengan sihir pelindung, lalu ia mengayunkan pedangnya, aku mengukir seringai di wajah.
Prang!
Dominic tidak berhasil mendaratkan pedangnya karena sihir pelindung ku, terlihat sekali pria itu sangat terkejut, dan tangan lainnya aku memunculkan pedang sihir dan memecahkan sihir Pelindung nya.
Blast!
Prang!
Lalu dengan semangat aku mengayunkan pedang suci ku dan membuat serangan, Dominic memunculkan sihir pelindung lagi, seharusnya itu dapat menahan serangan ku tetapi.
Prang!
Stab!
Zrugg!
Mataku terbelalak, tanpa sengaja aku melukai tangan Dominic, hingga membuat tangan pria itu hampir putus dan darahnya mengenai wajahku.
"DOMINIC!"
Seru ku dan Izolda, Dominic terjatuh duduk, dan tangannya mengeluarkan darah sangat banyak, aku langsung melempar pedang suci itu dan berlari ke arah pria itu, begitu juga Izolda langsung meninggalkan tempatnya.
"Bucae!" Seru Izolda, dan muncul sebuah buku hijau di tangannya, dan tangannya yang lain menyentuh tangan Dominic yang terluka, dan muncul lingkar sihir, seperti itu adalah sihir penyembuhan.
Aku sangat merasa bersalah, karena terlalu bersemangat aku hampir membuat Dominic kehilangan tangannya, "Maafkan aku Dominic, aku sungguh minta maaf." Ucapku.
Tetapi bukannya kalimat balasan marah atau semacamnya yang ku bayangkan akan keluar, tetapi malah suara tawa yang muncul dari mulut pria itu, seketika membuat aku dan Izolda menatap nya aneh.
"Sudah lama aku tidak merasa setakut, ini benar-benar menyenangkan hahahaha." Ucap pria itu, dan membuat ku juga Izolda tidak habis pikir.
"Apa aku tanpa sengaja menyerang kepala mu, seperti nya bagian itu juga harus di sembuhkan." Ujar ku menatap bingung Izolda, pria itu mengibas-ngibas tangannya.
"Aku baik-baik saja." Ucapnya, dan tak lama Izolda selesai menyembuhkan Dominic.
Bugh!
"ARGH! SAKIT!" Seru Dominic, Izolda memukul kepala Dominic dengan buku hijau miliknya yang ia sebut Bucae.
"Dasar kakek gila!" Ucapnya lalu pergi begitu saja, Dominic mengerutkan alis sembari mengusap kepalanya yang bekas di pukul.
"Kenapa sih dia?" Tanya Dominic, aku hanya menjawab dengan tawa renyah.
Aku paham perasaan Izolda, tentu saja dia panik sekali tadi, tetapi Dominic malah bersikap seakan hal itu biasa saja, "Kau harus minta maaf padanya nanti." Ucapku sembari berdiri.
"Apa-apaan itu." Tukas Dominic mendengus pelan, aku mengulurkan tanganku padanya, dan pria itu menerima nya.
Whussh
Angin sepoi tertiup mengayunkan rambut panjang coklat ku, "Hei Dominic, kira-kira berapa lama aku akan disini terus dan berlatih?" Tanya ku, pria itu terdiam sebentar dan menoleh padaku.
"Hingga waktu nya tiba."
-
-
-
To be continued