Prolog [Melanjutkan Hidup]

2112 Words
Happy reading! - - - -I Change My Life: The Blue Sapphire- Ini sudah setahun lama nya, ibu ku meninggal dunia. Shaa Suara hujan menembus ruangan ku, mengisi kehampaan pada sekitar apartemen ku. Aku berbaring di lantai kayu yang terasa dingin sembari menghadap jendela dimana tampak tetesan air yang berjatuhan dari langit dengan deras. Ini sudah kesekian kalinya aku mendengus, tetapi rasa sesak yang tidak begitu jelas terasa dalam d**a ku tak kunjung menghilang. Aku tidak ingin menghadapi semua ini lagi. 'Aku menginginkan kematian.' Entah siapa yang berbicara, yang jelas aku mendengarnya dari dalam diriku, tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Dalam diriku terus menyuarakan kematian, tetapi di satu sisi aku ingin tetap hidup, hanya saja aku tidak punya pegangan sama sekali. Aku merasa buta arah. "Seperti nya memang lebih baik mengakhiri nya, aku sudah kehilangan tujuan hidup." Bisikku. Aku bangkit dari posisi ku, kemudian berjalan perlahan menuju dapur dan menatap sebuah tempat yang berisi berbagai pisau. Aku menatap semua itu dengan tatapan kosong. Sring Aku mengambil salah satu bilah pisau dan menatap nya, kemudian aku mengarahkan pisau itu pada nadi di tangan ku. Entah kenapa, rasanya ada yang menahan ku, entah apa itu. 'Bukan dengan cara ini.' Aku menaruh kembali pisau itu di tempatnya, kemudian aku pergi mengambil dompet di meja lalu menuju ke arah pintu, dan mengambil mantel yang tergantung di dinding. Cklek Aku keluar dari apartemen, dan pergi begitu saja meninggalkan gedung itu. Aku tidak tahu kemana, hanya membiarkan kaki ku melangkah begitu saja, sembari melihat beberapa orang yang berjalan melewati ku, atau mengarah sebaliknya. Hari ini sedikit dingin setelah hujan berhenti tidak lama sebelum aku keluar, tetapi aku mengabaikan hal itu dan tetap melanjutkan perjalanan. Hingga kaki ku akhirnya berhenti setelah berjalan cukup lama, aku menoleh ke samping, ada sebuah toko yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Aku sudah tinggal disini cukup lama, sekitar delapan tahun pasti ada, tetapi aku baru pertama kali melihat toko itu. 'Mungkin aku tidak pernah menyadari nya.' Pikirku, entah kenapa kaki ku menuntun ku untuk masuk ke dalam toko itu. Aku di sambut dengan pandangan yang dimana banyak barang yang di letakkan kurang rapih, dan semuanya berdebu. Aku menutup mulutku karena sedikit terbatuk, kemudian melihat ke berbagai arah mencari seseorang disini. "Halo?" Sebutku dengan suara cukup kencang, kemudian aku berjalan ke lorong sebelah kanan melewati lemari-lemari tua dan beberapa barang yang tampak kuno. Lagi-lagi aku melakukannya, kaki ini berjalan begitu saja tanpa jelas tujuannya. Hingga aku sampai di ujung lorong, di samping lorong itu ada lorong lagi yang sangat sempit, beberapa barang yang di letakkan dalam lemari dengan cukup berantakan, aku berjalan memasuki lorong sempit itu, dan tiba-tiba saja. Buk! Sebuah buku jatuh dari lemari tepat di depan ku, dan hampir membuat jantungku berhenti seketika. Aku membeku sesaat, kemudian menatap buku itu. Terlihat lambang bunga popi berwarna merah besar sebagai ikon dari buku itu, dari yang ku lihat kalau buku itu seperti berasal dari zaman kerajaan eropa yang di turunkan bangsawan, karena desainnya sangat unik dan mewah. Tetapi bagus nya buku itu tertutupi oleh banyak debu yang menempel. Aku mengambil buku itu dan meniup debu yang menempel. "UHUK-UHUK!" Aku terbatuk kencang karena debu yang berterbangan, kemudian mengibas-ngibas untuk menghilangkan debu itu dari sekitar wajah ku. Lalu aku melihat judul buku itu, sembari menyentuhnya. "Red Poppy." Sebutku. Ini sesuai dari ikon yang tergambar pada sampul nya. "Buku itu sangat menarik lho." Mataku terbelalak kemudian aku mengangkat kepala ku dan tampak seseorang berjubah hitam panjang dan tudung yang menutupi wajahnya. "HUAAA!!" Teriak ku kemudian bergerak mundur. "Ah, maaf apa aku membuat mu terkejut?" Tanya orang itu, dari suaranya ia terdengar seperti seorang pria. Aku mendengus pelan kemudian berjalan kembali lebih dekat pada pria berjubah itu. "Aku tidak apa." Lalu aku menatap buku yang ku pegang. "Itu adalah buku misterius yang tidak di kenal siapa penulisnya, dan kapan di tulisnya." Ujar kembali pria itu, aku mengangkat kepala ku, dan menatap tanya padanya. "Bukankah ini turunan bangsawan dari eropa zaman Victoria?" Tanya ku, pria itu tertawa dan mengibas-ngibas tangannya. "Itu akan menjadi benda yang sangat berharga jika benar." Ucapnya, kemudian pria itu berdeham, lalu ia mengarahkan tangannya ke sebuah rak dan mengambil buku lain lalu memberikannya pada ku. Aku melihat lambang sebuah batu biru safir besar pada sampul buku itu, aku mengambilnya sembari menatap buku itu tanya. "Itu adalah lanjutan dari buku Red Poppy yang kau pegang." Ujar pria itu, aku menatap buku yang di maksud. aku terdiam sebentar, dan berpikir, lalu aku menyatukan buku itu menjadi sebuah tumpukkan dan menyodorkan nya pada pria itu. "Berapa harganya?" Tanya ku, aku bisa melihat di bawah tudungnya, pria itu tersenyum. "Gratis." Singkatnya, aku mengedipkan mata ku beberapa kali, dan terdiam, lalu aku merogoh saku mantel ku dan menunjukkan dompet ku. "Tenang saja, aku punya uang." Ujar ku, lagi-lagi pria itu tertawa. "Aku tahu, tapi ini serius kok, gratis." Ujar nya, aku mengerutkan alisku dan menatap tanya. "Tidak ada alasan kok, tidak perlu curiga, ah sebaiknya kau segera pulang, lihat." Tangan pria itu memegang pundak ku, dan memutar tubuh ku, lalu tangannya menunjuk ke arah jendela dan tampak kalau suasana mulai mendung, hujan akan kembali datang. "Kau benar." Balasku, kemudian aku berpikir. 'Tapi aku harus ke apotek untuk membeli obat tidur.' Aku punya insomnia yang sangat parah karena pekerjaan ku sebagai penulis, sehingga memerlukan obat tidur. 'Mungkin aku akan minta dosis yang lebih tinggi karena kemarin aku tidak bisa tidur sama sekali walau sudah minum.' Crick Sebuah botol kecil berisi banyak obat tablet di sodorkan pada ku, aku menatap pria itu dengan bingung. "Ini obat tidur buatan ku, pastikan hanya meminum satu tablet, jangan lebih, atau kau tidak akan pernah bisa kembali." Ujar nya, aku terdiam dan tersenyum getir, kemudian aku mengambil obat itu dan menatap ke arah pria itu. "Terima kasih." Ucap ku, pria itu tersenyum samar sebentar. "Apa kau tidak berpikir, jika itu adalah racun yang bisa saja membuat mu mati?" Tanya pria itu, aku berjalan hingga ujung lorong, lalu menoleh ke arah pria itu dengan senyum. "Jika itu benar, maka aku berterima kasih." Ujar ku lalu berjalan pergi meninggalkan toko itu, sembari membawa kedua buku dan obat yang di berikan dari nya. Belum tiga langkah aku menjauh, angin kencang berhembus membuat langkahku terhenti sebentar, kemudian aku memutar tubuh ku untuk melihat ke arah toko itu lagi, tetapi tiba-tiba saja, toko itu menghilang, dan yang terlihat justru hanya dinding besar seperti pembatas. Aku melihat kearah kedua buku yang ku pegang juga sebuah botol obat, aku mengerutkan alis, dan mendengus, memilih tidak peduli apa itu setan atau apa. ⬛⚪⬛ Cklek Aku menutup pintu kemudian masuk ke dalam apartemen ku, aku menaruh buku dan obat itu di meja depan TV, lalu aku berjalan kembali ke belakang pintu untuk menaruh mantel ku. Setelah selesai, aku duduk di sofa dan mendengus panjang, lalu mata ku menatap kedua buku itu dan obat tidur dari pria itu. Aku mengambil salah satu buku yang berjudul Red Poppy, Kemudian aku membuka halaman pertama, dan tertulis sebuah kalimat. "Kehidupan kedua ku." Baca ku, dan dibawah nya tertulis sebuah nama. "Eloise Somnivera." Sebutku lagi, aku mendengus pelan. "Dia bilang tidak ada penulis nya, tapi di sini tertulis nama, bisa saja dia penulis nya kan?" Gumam ku, aku terdiam sebentar dan teringat kembali kejadian dimana toko itu menghilang begitu saja. "Aku tidak bisa mengatakan itu adalah imajinasi ku," aku mengangkat buku yang ku pegang lebih tinggi. "Karena semua benda ini nyata." Ujarku. Kemudian aku menatap sebotol obat pemberian dari pria itu, dan teringat kalimat nya. "Ini obat tidur buatan ku, pastikan hanya meminum satu tablet, jangan lebih, atau kau tidak akan pernah bisa kembali." "Apa kau tidak berpikir, jika itu adalah racun yang bisa saja membuat mu mati?" Aku kembali melihat halaman pertama dari buku red poppy itu, kemudian tersenyum samar. "Mungkin ini adalah hal terakhir yang ku lakukan." Ujar ku, lalu mulai membaca buku itu. ⬛⚪⬛ Sudah empat jam. Aku membalikkan halaman terakhir pada buku itu, dan mendengus kencang. Buk! Aku meletakkan—membanting lebih tepatnya, buku itu ke meja di depan ku. Aku mendengus kencang kemudian membaringkan tubuhku di sofa dan menatap langit-langit ruang. "Yang benar saja, hanya itu akhir dari Eloise? Baiklah Eloise dan Reithel sudah berbaikan, itu sudah di ceritakan, lalu bagaimana dengan yang lain? Urgh." Aku menggerutu kesal, kemudian terlintas di benak ku. "Itu adalah lanjutan dari buku Red Poppy yang kau pegang." Aku langsung bangkit kemudian menatap ke arah buku yang belum ku buka sama sekali, lalu tangan ku bergerak mengambil buku itu dan menatap lambang pada sampul itu. "Blue Sapphire." Sebutku sembari menyentuh judul yang tertulis pada sampul itu, kemudian aku menarik nafas dan mendengus pelan, dan membuka buku itu, tampak halaman pertama. "Kau lah yang harus melanjutkan semuanya." Aku membaca tulisan yang pada halaman tersebut, aku melihat nama di bawa kalimat itu. "Shannon Shafiria." Aku menoleh ke arah lain dan berpikir. "Bukankah dia karakter yang sudah mati di buku pertama? Ah tidak, di sebuah bab pada buku pertama dikatakan kalau status shannon masih tidak diketahui, seperti nya ini sebuah plot twist. Artinya ini di ambil dari sudut pandang Shannon ya?" Aku berbicara pada diriku sendiri, tetapi aku menatap kalimat itu aneh. "Entah kenapa rasanya kalimatnya tidak nyambung dengan buku pertama..." Gumam ku, tetapi aku mendengus kemudian mengedikkan bahu. Kemudian aku mulai membuka halaman selanjutnya, tetapi seketika aku terkejut dan mengangkat alisku. Kemudian aku membuka halaman selanjutnya, dan seterusnya hingga akhir. Nihil. "KENAPA KOSONG?!" Aku berseru frustasi, kemudian menutup buku itu dengan kencang. "Apa maksudnya itu?" Gumam ku kemudian teringat dengan pria yang ku temui di toko antik sebelumnya. "Apa dia membohongi ku?" Pikirku, aku mendengus, dan menatap obat tidur yang ku dapat dari pria itu. "Lupakan soal ini." Aku menyisir rambutku frustasi. "Aku ingin istirahat." Ujar ku sembari menaruh buku itu di samping buku pertama yang k****a, lalu aku berdiri dan berjalan menuju kulkas dapur yang jaraknya tidak begitu jauh. Aku mengambil sebotol air putih sedang dan bergerak kembali ke sofa, lalu duduk dan bersandar sembari menatap langit-langit ruang, aku mendengus kencang. Kemudian aku menegakkan tubuhku, botol air yang ku bawa ku taruh di meja, lalu aku mengambil botol kecil obat itu dan membuka tutupnya. "Satu butir saja, atau kau tidak akan bisa kembali." Aku mengatupkan bibirku, "Persetan dengan itu." Aku mengeluarkan 5 butir obat dari botol itu ke telapak tangan ku, lalu segera memasukkannya ke mulut dan langsung meminum air dari botol yang ku bawa. "HAHH..." Aku mendengus keras, berusaha keras menelan obat itu untuk masuk ke dalam tenggorokan ku. Tetapi setelah 2 jam, obat itu sama sekali tidak bekerja, aku mengatupkan gigiku merasa frustasi. 'Aku ingin tidur, aku ingin menutup sepenuhnya mataku.' Aku mengambil botol obat kecil itu, dan langsung memasukkan seluruh nya isi dari botol itu semampu mulut ku, kemudian dengan cepat aku berusaha keras menenggak air minum itu untuk membantu obat itu masuk kedalam tenggorokan ku. "HAHH....UHUK-UHUK!!" Aku mendengus keras dan terbatuk-batuk, air mata ku keluar karena rasa sakit pada tenggorokan ku, tetapi aku tidak peduli. Entah kenapa, nafasku mulai memendek, aku menatap botol obat itu, dan terlihat tersisa 4 butir, kemudian tiba-tiba saja kepala ku merasa pusing. Brugh! Aku menjatuhkan tubuhku ke sofa, dan sangat terasa, nafasku semakin pendek. Aku tersenyum getir dengan kondisi tubuhku, aku yakin kalau sekarang tubuhku sekarat, ini sangat terasa karena aku bahkan mulai tidak bisa merasakan kaki dan tangan ku. Aku menatap kedua buku yang terletak di atas meja tepat di depan ku, nafasku semakin pendek, dan pandangan ku mulai kabur perlahan. Dan akhirnya mataku tertutup sepenuhnya, kemudian nafasku berhenti, jantungku berhenti berdetak. 'Aku tidak ingin kembali lagi.' ⬛⚪⬛ Zap! Aku membuka mataku, hal pertama yang kulihat adalah seseorang di hadapanku, seorang gadis dengan rambut panjang cokelat tua bergelombang, dan menatapku dengan mata safir biru nya, ia tampak sangat sedih. Aku bisa melihat di sekitar ku semuanya gelap, hanya gadis ini yang mencolok di pengelihatan ku. "Aku sudah tidak bisa kembali, karena itu aku mohon." Aku mengangkat kedua alisku tidak mengerti, tetapi kemudian aku bisa merasakan tatapan matanya yang seakan melihat ke dalam diriku. "Kau lah yang harus menggantikan aku, karena kau adalah bagian dari diriku juga." Ujarnya kemudian air mata nya jatuh dari kelopak nya, dan ia mengambil tanganku dan langsung menarik ku begitu saja. Dan di situ aku merasa seakan masuk ke dalam dirinya. ⬛⚪⬛ "SHA–!" aku terbangun dengan rasa sakit yang tidak tertahankan di sekujur tubuhku. "SHANNON!" Dengan samar aku melihat seorang pria dengan surai panjang berwarna jingga dan bermanik hijau tosca yang menatapku dengan panik. Aku berusaha berbicara tetapi tubuh ini terlalu sakit. "SHANNON!!!" Laki-laki itu kembali berteriak memanggil sebuah nama, tetapi aku tidak bisa merespon banyak, dan akhirnya aku kembali menutup mataku, dan semuanya menjadi gelap. ❇️ ARC 6: (Kembali nya Sang Safir Biru) ❇️ - - - To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD