bc

Last Hope - Baby, I Want You!

book_age16+
1.5K
FOLLOW
24.4K
READ
murder
dark
love-triangle
kidnap
fated
second chance
drama
tragedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Genre : Dark Romance, Sad

Rate : 21+

Blurb :

Princessa Angelia. Desainer muda cantik yang terkenal. Ia memiliki apa yang diinginkan setiap wanita, karir yang cemerlang, wajah yang rupawan, dan tubuh yang menggoda setiap mata pria yang memandangnya. Namun, sayangnya ia selalu menolak pria yang mengajaknya kencan karena trauma di masa lalu membuatnya enggan berurusan dengan makhluk berjenis kelamin pria.

Grimvon Verleon, putra kedua Alexander Verleon, sang pemilik ALV Corp., rektor muda Anterion University, dan hobi gonta-ganti pasangan. Pertemuannya dengan Princessa membuatnya terobsesi untuk memiliki wanita mungil itu sebagai miliknya.

Wanita dengan luka di masa lalu, pria dengan hasratnya yang menggebu. Keduanya dipertemukan oleh sebuah benang merah yang halus dan memikat, menjalin kasih, dan menerima kekurangan masing-masing.

Tapi bagaimana jika benang merah itu mulai kusut di saat Princessa mulai menerima seorang Grimvon Verleon dalam hidupnya?

Apa yang harus dilakukan Princessa ketika dia sudah jatuh terlalu dalam bersama perasaan asing yang kini ia rasakan di dalam hatinya?

“Cinta itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk diucapkan.”

-Princessa Angelia-

“Aku memang b******k. Tapi, aku bahkan menjadi lebih b******k dari sebelumnya karenamu.”

-Grimvon Verleon-

chap-preview
Free preview
Chapter 01
Musim dingin di Amerika selalu membuat Cessa cemberut. Bukan berarti ia tidak suka musim dingin. Sejak menginjakkan kakinya di New York, ia selalu terpesona pada setiap sudut indah kota tersebut di berbagai musim. Tetapi sial, tubuhnya yang lama tinggal di negeri tropis membuatnya tak tahan dengan cuaca musim dingin di Amerika yang kadang tak bersahabat. Buktinya, sekarang dia terbaring di tempat tidur dengan kompres di dahi dan wajah memerah karena demam. Flu sialan. umpat Cessa dalam hati. Padahal hari ini dia ada pertemuan penting dengan owner ALV Corp. yang menginginkannya mendesain gaun pengantin untuk putri tirinya, Heavylia Verleon. Sebagai seorang desainer, mendapat kesempatan untuk merancang gaun pengantin wanita Verleon adalah suatu kehormatan. Banyak desainer lain yang lebih andal dan berbakat, tetapi yang dipilih adalah dirinya. Cessa menganggap itu sebagai suatu kehormatan yang begitu besar, terlebih karena Heavylia Verleon akan menikah dengan Trace Randolf, seorang ahli waris Randolf yang juga tak kalah berpengaruh. Cessa merinding jika mengingat betapa berkuasanya Verleon atas setiap aspek kehidupan di Amerika. Bukan hal aneh mengetahui seperti apa Alexander Verleon dan keluarganya, terutama anak-anaknya. Cessa bahkan tahu rumor mengenai nasib setiap wanita yang dinikahi oleh laki-laki dari keluarga Verleon meninggal akibat kutukan, yang kemudian dipatahkan oleh istri dari putra pertama Verleon yang meninggal karena diracun, bukan karena kutukan seperti yang selama ini mereka sangka. “Bukan saatnya memikirkan itu.” gerutunya sambil menggelengkan kepala. Tapi, tindakannya itu malah membuat kepalanya bertambah sakit. Pening yang ia rasakan bahkan kian menjadi padahal dia masih berbaring di tempat tidur. Matanya melirik ke arah jam berbentuk stroberi di atas meja dekat tempat tidur dan mengumpat ketika dilihatnya jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan. “Oh, s**t!” Memaksakan diri untuk bangun, Cessa berjalan ke kamar mandi, menanggalkan gaun malam putihnya dan mengelap tubuh dengan air hangat. Ia mandi secepat dan semampunya karena tubuhnya yang masih terlalu lemah. Sekali lagi, Cessa harus merutuki tubuhnya yang tak tahan udara dingin, padahal dia memiliki setengah darah Amerika di tubuhnya. Tetapi, jika orang-orang melihatnya pertama kali, ia selalu dikira sebagai orang Asia karena tubuhnya yang lebih pendek ketimbang rata-rata penduduk Amerika, dan jangan lupakan wajahnya yang seperti boneka membuatnya sering dikira siswa high school ketimbang wanita berusia dua puluh lima tahun. Ia keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaiannya yang terbaik untuk hari ini. Sebuah dress cokelat tua dengan turtle neck, blazer abu-abu dan juga sepatu bot kulit berwarna sama dengan dress-nya. Cessa juga mengenakan stoking hitam, menambah kesan seksi pada kedua kakinya. Cessa berusaha menata rambutnya dan mendecak ketika menyadari tatanan rambut manapun membuatnya tampak suram. Dengan jengkel dia menggerai rambutnya dan menambahkan jepit rambut kupu-kupu bertabur berlian di sisi kanan rambutnya, kemudian berdandan seadanya. Setidaknya wajahnya tidak akan terlihat pucat seperti mayat. Setelahnya ia menghubungi manajernya untuk segera menjemput sementara ia pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi dan roti bakar sebagai sarapan. *** Mobil yang memasuki kawasan apartemen mewah itu berhenti tepat di depan pintu masuk, Seorang pria dengan rambut pirang dan mata hijau keluar dari dalam mobil tersebut dan memeriksa ponselnya sekilas sebelum memasuki lobi apartemen. “Halo, Hudson.” pria itu menyapa seorang petugas keamanan yang berdiri tak jauh dari pintu masuk. “Selamat pagi, Tuan Scott,” ujar Hudson, “Menjemput Nona Princessa, ‘kan?” “Seperti biasa,” Christopher Scott tersenyum lebar. “Di mana wanita mungil yang selalu membuatku kesusahan itu?” Hudson tertawa dan melihat ke arah pintu lift yang terbuka, menampilkan seorang wanita berambut cokelat dan juga pakaiannya yang serba cokelat pula. Chris juga melihatnya, dan kemudian langsung menghampiri wanita yang tak lain adalah Cessa. “Astaga, Cessa, ada apa dengan wajahmu itu?” Cessa menutup kedua telinganya karena teriakan Christopher, managernya, terdengar begitu keras, bahkan sampai membuat beberapa orang di lobi apartemennya menoleh ke arah mereka.  “Chris, bisa pelankan suaramu? Telingaku sakit mendengarnya.” kata Cessa sambil memperbaiki letak syal merah tua yang ia kenakan. Managernya itu tampak ngeri melihat wajah Cessa yang pucat. Mengapa Cessa muncul di hadapannya dengan wajah kuyu dan pucat seperti ini? Apa jangan-jangan pesta tadi malam membuat kekebalan tubuh wanita itu melemah hanya dalam waktu semalam? “Aku pantas berteriak karena melihat wajahmu yang pucat seperti vampire,” balas Chris, “Kau tidak tidur semalaman? Masih kepikiran tentang pertemuan hari ini?” “Flu.” jawab Cessa pendek. Chris menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebagai teman sekaligus manager seorang desainer bernama Princessa Angelia ini, dia nyaris lupa kondisi wanita itu di kala musim dingin. Tetapi dia sendiri tidak bisa membuat Cessa diam sedetik saja. Sifat workaholic wanita itu sering membuatnya khawatir kalau-kalau Cessa akan hancur seperti gelas kaca yang pecah. Bahkan Christopher yakin, andai dia tahu  kalau Cessa sedang sakit, dia akan membatalkan setiap janji yang dibuat mereka untuk klien. Melihat gelagat Chris yang diam seperti itu membuat Cessa mengibaskan tangannya. “Jangan coba-coba untuk membatalkan jadwalku hari ini, Chris,” kata wanita itu, “Bekerja akan membuatku berkeringat dan aku akan sembuh dengan cepat.” “Aku khawatir padamu, Lass. Jika aku tahu kau sedang sakit, aku akan membatalkan janji yang sudah kita buat dengan para klien.” keluh Chris. “Tapi, aku yang tidak mau,” balas Cessa sambil tersenyum simpul, kemudian memakai kacamata hitam yang sudah ia siapkan. “Ayo, berangkat.” Chris menatap punggung mungil Cessa yang berjalan mendahuluinya, kemudian menghembuskan napas pasrah. “Lain kali, aku harus merantai kedua tangan dan kakinya agar tidak workaholic seperti ini.” keluh pria itu. Mereka berdua berjalan melewati Hudson yang menganggukkan kepala pada mereka dan masuk ke dalam mobil. Cessa melesakkan pantatnya ke kursi penumpang dan bersandar pada punggung kursi. Chris yang duduk di sebelahnya mengisyaratkan supir yang berada di belakang kemudi untuk segera berangkat. *** Grim menghembuskan napas dan menatap para bawahannya yang berdiri di hadapannya. Wajah mereka menunduk, tidak berani menatap pemimpin mereka. Sementara itu, Spade tengah membaca buku di sofa tak jauh dari tempat adegan itu berlangsung. “Jadi,” kata Grim, “kalian sudah mendapatkan info soal desainer yang diminta oleh Dad?” “Ya, Tuan.” “Kalian yakin semua informasi ini benar?” tanya pria itu lagi. “Kami sangat yakin. Dia adalah desainer terbaik saat ini, prestasinya di bidang fashion tak bisa dianggap remeh. Karena itulah calon nyonya Verleon merekomendasikannya untuk merancang gaun pengantinnya.” “Hmm …” Grim menyandarkan punggungnya dan menatap foto seorang wanita berambut coklat panjang lurus di antara berkas-berkas yang diberikan bawahannya. Princessa Angelia. Itu nama desainer yang diminta oleh ibu tirinya untuk merancang gaun pengantin Ivy. Grim sudah membaca semua berkas yang berhubungan dengan wanita itu, memastikan bahwa Princessa Angelia bukanlah mata-mata atau seseorang yang berpotensi untuk menghancurkan keluarganya. Jika memang wanita itu punya niat demikian, Grim akan langsung menyingkirkannya tanpa ampun. “Kalau begitu pergilah. Dia akan bertemu dengan kami  satu jam lagi di perusahaan Daddy.” Para bawahannya mengangguk, kemudian keluar dari ruangan. Meninggalkan Grim dan Spade yang masih asyik dengan buku di tangannya. Pria itu lalu mengamati foto Princessa. Manis. Itulah kesan pertama Grim melihat wajah Princessa lewat foto. Dengan wajah seperti boneka, mata berwarna kecokelatan, dan juga rambut lurus cokelat. Dalam pandangan Grim, Princessa Angelia lebih terlihat seperti boneka hidup ketimbang manusia. Bagaimana jika dia berada di bawah dan tunduk padaku? Mungkin itu menyenangkan juga. “Hei, Kak,” Grim mendongak, melihat Spade yang sudah menutup bukunya dan kini balik menatap ke arahnya. “Kau yakin desainer kali ini bisa dipercaya?” tanya Spade. “Kupastikan begitu,” balas Grim mengedikkan bahu. “Jika tidak, kita bisa langsung membereskannya, atau Zerfist yang akan melakukannya. Aku tidak akan melakukan hal yang sama seperti dilakukan saudara tertua kita itu.” Spade terkekeh. Ini memang sudah desainer ke sepuluh yang mereka cari karena desainer-desainer pilihan Zerfist sebelumnya, ternyata punya pekerjaan ganda seperti mata-mata bagi perusahaan saingan mereka, atau bahkan dari pihak lain yang membuat mereka harus menyingkirkan mereka secepat mungkin. Bagi mereka, para lelaki Verleon, lebih susah mencari orang yang terpercaya dan tidak terikat pada siapapun yang berpotensi atau memiliki hubungan pada setiap orang yang ingin menyingkirkan nama Verleon. Jika saja bukan karena desakan ibu tirinya, baik ia, Spade, maupun Zerfist, takkan bersusah payah mencari desainer gaun pengantin untuk Ivy, saudara kembar Eve. Grim mendecak lagi. Setiap dia mengingat Eve, dia selalu merasakan sakit di dadanya. Spade lalu berdiri dan mendekati meja Grim. Dilihatnya foto Princessa dengan wajah datarnya. “Dia lumayan. Wajahnya seperti boneka,” kata Spade, “Hei, dan tingginya pun jauh dari rata-rata orang Amerika. Apa dia blasteran, huh?” “Baca saja sendiri.” kata Grim menyodorkan berkas-berkas itu. Spade membacanya dengan cepat, kemudian kembali tertawa, “Dia tipe yang kau sukai, Grim. Tak salah kau menaruh perhatian bahkan saat melihat fotonya.” Grim memutar bola matanya dan berdiri dari kursi. “Kita pergi ke perusahaan Dad sekarang.” ujarnya tak terbantahkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
571.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.6K
bc

Naughty December 21+

read
513.8K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

The crazy handsome

read
465.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook