2. It's a bad day

1405 Words
"Mereka tidak perduli dari mana kamu memulainya, Mereka hanya melihat bagaimana cara kamu mengakhirinya." ------ "Nath, ini berkas perjanjian yang di minta Mr.Richard. Mohon segera di selesaikan karena beliau akan mengeceknya hari ini," ucap Stevan seraya menyerahkan beberapa berkas kepada Nathania yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya. "Baik, Pak." "Nath, ini jadwal Mr.Richard yang harus kau handle beberapa hari kedepan. Tolong segera cek dan perhatikan," kali ini giliran Nancy dari divisi perencanaan memberikan Buku agenda rapat kerja kepadanya. "Baik, Bu." "Nath, kalau yang ini daftar investor yang harus kau hubungi dengan segera." "Siap!" Nathania memasuki ruang kerja dengan perasaan sedikit kesal. Di letakkanya dengan kasar tumpukan berkas yang ia bawa hingga beberapa kertas bahkan terjatuh berserakan di lantai. Jam baru saja menunjukkan pukul delapan pagi, akan tetapi pria yang ia kenal sebagai CEO itu dengan sengaja membuatnya kesal. Baru saja menjadi seorang sekretaris, kenapa ia harus merasakan neraka seperti ini. "Dia pikir karena ia seorang atasan lantas dengan seenaknya menyuruhku seperti ini? Agrhhhh! apa ini tidak terlalu berlebihan? Bagaimana bisa aku menyelesaikan tumpukan berkas sebanyak ini dalam sehari? Dasar GILA!!!" umpat Nathania. Sambil bersungut-sungut, Nathania tetap saja mengerjakan tugas yang di berikan Richard. Merasa apa yang di perintahkan bos barunya pagi ini benar-benar membuatnya sangat frustrasi. Bagaimana bisa pria itu memberikan tugas begitu banyak dan harus di selesaikan sesuai deadline yang ia tentukan. Belum lagi selesai tugas yang Nathania kerjakan, terdengar suara panggilan dari balik sambungan intecom di atas meja. Buru-buru Nathaia mengangkatnya. "Ke ruanganku sekarang juga!" "Baik, saya segera menghadap," jawab Nathania kemudian dengan langkah gontai ia menyeret kakinya ke dalam ruang kerja Richard. Di dalam sana terlihat si pemilik ruangan tengah sibuk membaca berkas-berkas yang tersusun rapi di hadapannya. Sebenarnya kau sangat tampan Mister Richard, entah dulu bagaimana caranya kedua orang tua mu bisa memiliki anak setampan dirimu. Apalagi saat kau sedang serius seperti saat ini. Tapi, tampan saja tentu tidak cukup bila sikapmu begitu menyebalkan. Nathania menatap lekat pria di hadapannya, lalu bertanya. "Ada yang bisa saya bantu?" "Setelah makan siang ikut aku menghadiri rapat di luar kantor," ucap Richard tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan berkas yang sedang ia baca. "T-tapi Mr ... " Richard mengalihkan pandangannya, lalu bersedekap di depan d**a. "Kanapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?" Nathania menggeleng pelan. "Tetapi, bukannya anda baru saja memerintahkan saya untuk menyelesaikan semua tumpukan berkas agar bisa segera di periksa?" Richard menaikkan salah satu alisnya. "Lalu? Apa yang menjadi masalahmu sekarang? Apa kau mau protes tidak bisa menyelesaikannya hari ini juga?" Nathania hanya menggelengkan kepala sekali. Lalu Richard memutar pergelangan tangannya. Mengecek arloji yang melingkar sempurna di tangannya. "Kau masih punya waktu 300 menit dari sekarang sebelum kita pergi menghadiri rapat nanti siang. Aku rasa itu cukup untuk menyelesaikan tugas-tugasmu." Nathania menelan saliva-nya dalam. Walaupun hatinya berontak. Tetap saja ia tak bisa menolak perintah pria itu. Punya kuasa apa dia di sini? Sebagai bawahan, tugasnya memang harus menurut tanpa kata tapi, kan? "Baik, kalau begitu saya izin undur diri dulu. Saya akan kerjakan semua deadline hari ini." Lalu Nathania mengarahkan langkahnya menuju pintu keluar ruangan. Dasar orang gila! Dia pikir aku robot hingga bisa menyelesaikan semua tugas yang ia berikan saat ini juga? Sial! "NATHANIA! Hentikan umpatanmu. Kau pikir aku tidak mendengarnya, hah? Apa kau ingin ku tambah tugas-tugasmu?" Nathania terlonjak kaget ketika tanpa sengaja Richard mendengar umpatan yang ia lirihkan. Sambil meringis cepat-cepat Nathania keluar. "Huft ... " Nathania mengembuskan napas lega seraya terus memegangi dadanya. "Tunggu saja pembalasanku, suatu saat akan ku buat kau tergila-gila padaku, Rich!" gumam Nathania. **** Richard baru saja tiba di salah satu kantor konsultan pembangunan guna membicarakan suatu proyek penting yang sedang perusahaannya kerjakan. Beberapa bulan ke depan, memang begitu banyak deadline yang harus ia selesaikan. Belum lagi perjanjian kerja sama antar investor besar yang juga harus ia review ulang. Itu sebabnya, ia butuh sekretaris pribadi yang bisa membantu menyusun semua agendanya dengan rapi dan tepat. "Sebelumnya kami sudah melakukan pertemuan bersama Mr.Kenzie di London. Menurut beliau, perencanaan serta pelaksanaan proyek pembangungan Royal Penthouse harus dikaji ulang oleh Mr.Richard terlebih dahulu," Richard mendengarkan dengan seksama, jemari tangannya tampak mengusap dagu bahkan kepalanya terlihat beberapa kali mengangguk. Dari sorot matanya terlihat bila ia begitu serius menelaah apa yang lawan bicaranya jelaskan seakan tak ingin terlewat satupun informasi yang diberikan. "Kalau begitu, lusa kita mulai observasi lokasi proyek pembangunan. Tolong kalian hubungi team pengembang agar besok breafing terlebih dahulu di kantor sekitar jam 11 siang. Jangan lupa siapkan semua berkas analisis mengenai dampak lingkungannya." Pria di depan Richard mengangguk paham, saling berjabat tangan dan kemudian pamit undur diri meninggalkan Richard yang masih duduk menikmati kopinya. "Apa kau sudah mencatat semua yang kami bicarakan sebelumnya?" Nathania mengangguk penuh yakin. "Sudah Mister, Resume yang anda minta sudah saya catat dengan rapi. Sore ini akan saya langsung kirimkan ke meja kerja anda," balas Nathania sopan. Kemudian Richard berdiri dari posisi duduknya. Melirik sekilas jam tangannya kemudian berkata-kata. "Kalau begitu ayo kita pergi." Nathania pun mengekori kemana atasannya melenggangkan kaki. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, kali ini mereka berhenti di sebuah restoran yang letaknya di pinggiran kota. Nathania pikir setelah rapat selesai, Richard akan segera kembali ke kantor. Karena seperti yang ia tahu, bosnya itu bukan tipe orang yang suka mebuang-buang waktu untuk sesuatu hal yang tidak penting. Tetapi nyatanya, pria itu membawa serta Nathania singgah terlebih dahulu. Masih dengan tatapan mata bingung, Nathania turun dari mobil. Sudah banyak pertanyaan berputar-putar di otaknya. Tapi urung ia ucapkan. "Kenapa diam?" tanya Richard sesaat setelah mereka memasuki sebuah restoran. "Cepat duduk dan pesan makananmu, " titah pria itu. Tapi, Nathania tetap saja terdiam di posisinya lalu tak lama berucap, "Ku pikir kita akan langsung kembali ke kantor." Richard meraih segelas orange juice yang sudah terhidang di depannya. Menyesap minuman itu terlebih dahulu. Lalu tak lama pria itu terkekeh kecil ke arah sekretarisnya. Sumpah demi Tuhan! Baru kali ini Nathania melihat Richard tersenyum lepas. Dalam hati ia terlonjak girang karena sekali lagi, semua orang tahu jika Richard pria yang dingin. Jangankan tersenyum, melirik karyawan yang berpapasan saja ia tidak pernah. "Kau pikir aku atasan yang kejam, membiarkan anak buahnya kelaparan setelah mengerjakan begitu banyak pekerjaan yang ku berikan? Aku bukan atasan seperti itu." Nathania hanya mengangguk tanpa menjawab ucapan Richard. Lalu kemudian mereka berdua makan dalam keadaan hening. Tak satupun dari mereka berdua berinisiatif membuka percakapan. Sampai tiba-tiba kehadiran seseorang mengganggu ketenangan mereka berdua. "Ku pikir Tuhan memang menakdirkan kita untuk berjumpa kembali, Nathania Aurora. Susah payah aku mencarimu, ternyata kita bertemu di sini." Kedua mata Richard dan Nathania kompak menatap sumber suara. Terlebih Nathania yang terlonjak kaget melihat sosok pria di hadapannya. Sosok yang selama ini mati-matian ini hindari. Dengan tertawa masam pria itu kembali berucap. "Apa dia kekasih barumu?" ucapnya seraya menunjuk kearah Richard. Richard bergeming memperhatikan gerak gerik pria di hadapannya. "Marco! Tolong jangan ganggu ketenanganku!" Nathania berusaha menjaga iar mukanya agar tetap terlihat tenang. "Kita sudah sudah selesai, bukan? Jadi ku harap sekarang kau pergi dari hadapanku!" perintah wanita itu dengan raut wajah tidak senang. Namun pria di hadapannya tetap tak menggubris sedikitpun ucapannya. "Jangan kau pikir karena kau sudah memiliki pengganti lantas urusanmu denganku telah usai." Pria itu tertawa sinis. "Tidak semudah itu Nathania Aurora. Ingat! Tidak semudah itu." lalu ketika tangan Marco tersulur ingin menyentuh wajah Nathania, tanpa terduga Richard menampiknya sehingga menjauh. Sambil tersenyum sinis, Richard berucap. "Tolong jangan ganggu ritual makan siangku, bung. Terlepas apapun masalah kalian berdua. Kalau kalian ingin bersitegang, silahkan selesaikan di luar!" Marco mendengkus kesal mendengar ucapan Richard. "Harusnya kau berpikir dua kali bila ingin membela wanita di sampingmu." Richard terkekeh hingga bahunya terangkat sekilas. "Kurasa itu bukan urusanmu. Lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku memanggil pihak restoran untuk mengusirmu secara tidak hormat!" Marco menatap garang ke arah Richard dan Nathania secara bergantian. "Tunggu saja waktumu, Nath. Ku pastikan kau harus membayar mahal atas perlakuanmu hari ini!" kemudian Marco pergi seraya meraih ponsel di dalam sakunya lalu terlihat sedang menghubungi seseorang. "Aku sudah menemukannya." Setelah memastikan pria yang mengganggu nya pergi, Richard kembali melanjutkan kegiatan makan siangnya hingga selesai. Bersikap seolah tidak ada kejadian apa-apa. Berbeda dengan Nathania yang memilih berdiam diri seraya memandangi wajah Richard yang begitu tenang. Merasa di perhatikan oleh wanita di hadapannya, Richard kembali berbicara. "Aku tahu jika wajahku tampan. Jadi tak perlu memandangku seperti itu," ucap Richard dengan wajah datarnya. Nathania meringis, sejurus kemudian mencebikkan bibirnya setelah mendengar ucapan Richard. Ia tidak tahu kalau atasannya itu punya kepercayaan diri yang begitu tinggi. "Apa anda selalu percaya diri seperti ini?" Richard memandang sekilas wajah Nathania, tak menjawab akan tetapi memilih beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Nathania yang masih diam dengan raut wajah bingung. "Mr.Richard, tunggu aku!" pekik Nathania kesal seraya berlari kecil menyusuli langkah Richard yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. . . Judul : Love You My Secretary Link : https://m.dreame.com/novel/e4dBiwMowIW7kT9yWOI18w==.html
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD