Bab 16. Jodoh adalah Misteri

1053 Words
Bima seketika menghentikan langkah kakinya lalu kembali memutar badan juga berjalan menghampiri istrinya membuat Kaila seketika merasa heran. "Kamu kenapa, Mas? Ko malah balik lagi, katanya buru-buru? Nanti si Nisa nungguin kamu lho," tanya Kaila keningnya seketika mengerut heran. Bukannya menjawab pertanyaan istrinya. Yang dilakukan oleh Bima adalah memeluk tubuh Kaila erat dengan kedua mata yang terpejam sempurna. Satu kecupan pun Bima hadiahkan pucuk kepala istrinya sebagai ungkapan betapa dia sangat mencintai Kaila. "I love you, Kaila," bisik Bima seraya mengurai pelukan. "I love you too, Mas Bima," jawab Kaila melayangkan senyuman yang paling menawan yang dia miliki. Bima menempelkan kedua telapak tangannya hingga membentuk hati seraya tersenyum lebar. Kaila tentu saja terkekeh melihat tingkat suaminya yang terlihat seperti remaja yang tengah jatuh cinta. Namun, hati seorang Kaila seketika merasa berbunga-bunga. Perasaannya pun benar-benar bahagia. Ia merasa di Ratukan oleh suaminya setelah di sia-siakan oleh Johan bahkan di sakiti sedemikian rupa, padahal pria bernama Johan itu adalah ayah dari bayi yang tengah dia kandung saat ini. "Ikh! Mas apaan sih, kayak anak muda aja. Dasar so romantis," decak Kaila seraya menahan senyuman di bibirnya. "Mas berangkat dulu, sayang. Kamu hati-hati di rumah, ingat jaga kandungan kamu baik-baik, oke?" Kaila menganggukkan kepalanya seraya tersenyum ringan. Bima mulai berjalan mundur seraya melambaikan telapak tangannya dengan bibir yang mengembang sempurna tersenyum dengan begitu lebarnya. Pria itu seolah enggan untuk berpisah dengan istrinya barang sekejap saja. Kaila menatap kepergian suaminya dengan bibir yang mengambang sempurna juga melambaikan telapak tangannya, sampai Bima benar-benar menaiki mobil miliknya lalu melesat meninggalkan halaman rumah. *** Malam hari tepat pukul 20.00, Kaila nampak sedang berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Dress rumahan selutut berwarna merah muda pun ia kenakan. Kaila merasa khawatir karena sudah pukul delapan malam suaminya masih belum juga pulang, bahkan terakhir dia menghubungi nomor ponsel Bima sama sekali tidak aktif. "Astaga, Mas Bima kemana sih? Udah malam kayak gini ko masih belum pulang juga ya?" gumam Kaila seraya mengusap perutnya sendiri juga menggigit bibir bawahnya keras. Wanita itu seketika menghentikan langkah kakinya tatkala mendengar suara mobil yang berhenti di garasi. Kaila memejamkan kedua matanya merasa lega, hanya mendengar suara mobilnya saja membuat rasa cemasnya seketika menghilang. "Akhirnya Mas Bima pulang juga," gumam Kaila berjalan ke arah pintu lalu membukanya kemudian. "Maaf, sayang. Mas pulang terlambat," seru Bima berjalan menghampiri dengan satu tangan diletakkan dibelakang punggungnya. "Hp kamu kenapa gak aktif, Mas? Aku nelpon kamu beberapa kali lho," tanya Kaila segera menyalami telapak tangan suaminya. Meskipun bibirnya nampak dikerucutkan sedemikian rupa, wajah seorang Kaila pun nampak di tekuk kesal, tapi Kaila tidak melupakan kebiasaannya yaitu menyalami suaminya untuk mengawali setiap pertemuan mereka. Namun, wajah seorang Kaila seketika berubah ceria tatkala Bima mengeluarkan buket bunga mawar merah berukuran besar dari belakang punggungnya lalu mempersembahkan bunga tersebut kepadanya. "Bunga ini sebagai permohonan maaf karena Mas pulang terlambat," ucap Bima penuh penyesalan. "Tunggu, saya juga punya hadiah buat kamu." Kaila segera menerima bunga pemberian suaminya dengan perasaan senang. Rasa kesal yang semula dia rasakan pun seketika menghilang, wanita itu segera mencium wanginya bunga yang tengah dia genggam lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Bima. "Ya Tuhan, apa ini, Mas?" tanya Kaila dengan kedua mata yang membulat. Bima nampak tengah memperlihatkan kotak perhiasan berukuran sedang, di mana satu set perhiasan berwarna putih nampak berkilau di tengah kegelapan yang mendominasi sekeliling karena malam memang sudah semakin larut. Kalung bertahtakan berlian, anting, gelang juga cincin dengan motif yang sama tertata rapi di dalam kotak berwarna merah tersebut. "Perusahaan Mas mengeluarkan desain perhiasan baru dan saya mempersembahkan satu set perhiasan ini buat kamu, sayang. Perhiasan bertahtakan berlian ini hanya di produksi terbatas karena memiliki harga yang lumayan mahal," ucap Bima lembut seraya menatap wajah Kaila penuh rasa cinta. Kaila tidak mampu berkata-kata, ia menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya sendiri seraya menatap perhiasan tersebut dengan tatapan mata berbinar. Wanita mana yang tidak merasa senang ketika dihadiahi satu set perhiasan indah dengan harga yang fantastis? "Kenapa kamu diam aja, sayang? Kamu gak suka sama perhiasan ini?" tanya Bima keningnya seketika mengerut heran. "Ini semua buat aku?" tanya Kaila merasa tidak percaya. "Tentu saja, buat siapa lagi kalau bukan buat kamu, sayang? Kamu 'kan istrinya Mas," jawab Bima. Kaila seketika memeluk tubuh suaminya erat. Kedua matanya pun nampak berkaca-kaca merasa terharu. Ia benar-benar merasa bahagia, kebahagiaan yang dirasakan oleh Kaila bahkan tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata. "Terima kasih, Mas. Makasih atas bunganya, perhiasan juga semua yang udah kamu berikan sama aku," lirih Kaila buliran bening seketika bergulir dari sudut matanya. "Apa kamu nangis, sayang?" tanya Bima seketika mengurai pelukan. "Astaga! Kenapa kamu nangis kayak gini sih? Seharusnya kamu seneng dong Mas kasih hadiah ini," tanya Bima mengusap kedua sisi wajah Kaila yang mulai membanjir. "Aku nangis bukan karena aku sedih, Mas, tapi aku benar-benar bahagia, sangat-sangat bahagia. Aku juga senang karena anakku akan punya Ayah sebaik kamu," jawab Kaila di sela-sela isak tangisnya. "Aku heran, kenapa dulu aku bisa menolak pria sebaik kamu, Mas? Aku malah sering ngatain kamu tua." "Hahahaha! Cup! Cup! Cup! Udah jangan nangis lagi, Mas gak keberatan ko dikatai tua sama kamu, Mas 'kan emang udah tua," sahut Bima kembali memeluk tubuh istrinya sementara telapak tangan lainnya masih memegang kotak perhiasan. "Maaf atas semua sikap kasar aku sama kamu dulu, Mas. Aku benar-benar minta maaf," lirih Kaila penuh penyesalan. Ia menyandarkan kepalanya di d**a bidang Abimanyu Wibowo, pria yang sempat dia tolak cintanya. Namun, berakhir dengan menjadi suaminya. Jodoh memang rahasia ilahi, tiga tahun Kaila menjalin hubungan dengan Johan, bahkan ia telah menyerahkan mahkota kesucian yang dia miliki karena merasa yakin bahwa pria itu adalah jodoh yang dikirimkan oleh Tuhan untuknya. Namun, siapa sangka ternyata Bima 'lah pria yang menjadi suaminya. Rencana pernikahan mereka bahkan terbilang singkat karena keadaan yang memang mendesak. "Iya, sayang. Mas udah maafin kamu ko, sekarang kita masuk. Mas lelah banget pengen istirahat." Kaila menganggukkan kepalanya seraya mengurai pelukan. Keduanya pun berjalan memasuki rumah dua lantai, rumah bak istana yang di huni oleh pasangan suami istri yang tengah di mabuk asmara. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah memperhatikan mereka berdua dari kejauhan di sebrang jalan sana. Seorang pria berpakaian serba hitam lengkap dengan helm dengan warna yang sama. Pria itu segera merogoh saku celana yang ia kenakan lalu mengangkat sambungan telpon. "Iya, halo. Saya lagi ada di depan rumahnya Bima," ucapnya melakukan sambungan telpon. "Baik, akan saya laksanakan sekarang juga." Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD