bc

Love of Daguen City

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
sweet
bxg
highschool
wild
like
intro-logo
Blurb

Berawal dari sebuah pernikahan yang gagal terjadi karena meninggal nya mempelai pria, membuat Malula Stephanie seorang dokter muda begitu terpukul hingga berakhir depresi.

Rasa kesepian yang mulai menyelimuti, dan kenangan lama yang masih tersimpan memutuskan Malula untuk segera menyudahi kenangan lama itu dengan berpindah ke sebuah kota bernama Daguen City.

Kota yang belum pernah ia singgahi, kini menjadi tempatnya melepaskan kenangan lama sekaligus pertemuannya bersama seorang remaja berseragam sekolah.

"Kaka aku kangen!"

chap-preview
Free preview
Malula 1
08 Maret 2019 Tepat di hari ulangtahunnya, kabar duka datang dari mempelai pria yang rencananya akan menggelar pernikahan. Kabar yang membuat Malula terpuruk, mendapati fakta jika deyyan sang tunangan telah meninggal dunia dalam perjalanan menuju tempat resepsi. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya, terasa seperti mimpi buruk. Pria yang sudah menjalani hubungan selama 4 tahun bersamanya, pergi meninggalkan Malula. Gadis itu sendirian di pemakaman, menatap kosong ke arah nisan yang bertuliskan Deyyan Adrano. Tak ada cara yang bisa keluarganya lakukan untuk menghibur Malula, ia tetap tak ingin bangkit dari pemakaman bahkan meminta semua orang untuk meninggalkannya di sana sendirian. Dengan air mata yang turun tiada henti. "Mana janji kamu deyyan....." "Kenapa secepat ini? Aku harus gimana sekarang, masa depan yang kita susun bersama-sama...." Ucapannya di sela-sela tangisan. Malula menumpukkan kepalanya di atas nisan itu, tangisnya terdengar begitu pilu. Lengan kanan gadis itu terulur mengusap nisan. "Gimana aku bisa lupain kenangan kita selama 4 tahun deyyan, gimana?" Hingga 1 bulan kemudian.... "Saya pergi bukan berarti saya gak cinta lagi sama kamu, saya ingin lihat wanita yang selalu di samping saya tumbuh mandiri. Buktikan jika kamu bisa tanpa saya, saya lihat kamu dari atas sayang!" Malula membuka matanya, menatap langit-langit kamar dengan nafas yang tersengal-sengal. "Deyyan..." Gumamnya. Ia bangkit dari tempat tidur, mendudukkan tubuhnya di hadapan sebuah cermin, menatap tulang pipinya yang terlihat. Gadis itu kurusan, berat badannya turun drastis. "Sudah satu bulan, dan dia baru datang ke mimpiku sekarang." Ucapnya lagi. Selama satu bulan Malula menyendiri, ia bahkan tak pernah keluar kamar, makanan yang ia makan di antarkan ke kamar, itupun jika Malula mau memakannya. Menghadapi depresi, kesepian sendirian, pria yang di anggap rumah bahkan sudah pergi meninggalkannya. Tak ada kesempatan lagi bagi Malula untuk memeluk sosok penyemangatnya setiap hari. Hingga air mata gadis itu turun lagi, Malula menyimpan kepalanya di atas meja belajarnya. Untungnya Malula tak pernah terpikirkan untuk bunuh diri. "Aku bisa gila jika terus menerus seperti ini!" Ucapnya, seraya bangkit. Malula berjalan ke arah ruang gantinya, mengambil satu koper berukuran sedang. Mungkin sedikit berjalan-jalan bisa menenangkan pikirannya, ia sudah mengambil cuti lebih dari 1 bulan dari tempat kerjanya. Entah Malula masih bisa bekerja atau tidak. Selesai berkemas, Malula membersihkan tubuhnya. Lebih dari 30 menit, barulah gadis itu turun dengan koper yang sudah ia siapkan. Menatap satu persatu keluarganya yang terlihat terkejut dengan perubahan fisik Malula. Seorang wanita paruh baya menghampirinya, "Kamu mau kemana sayang?" Malula mengusap sebelah tangan wanita itu, "Lula mau coba jalan-jalan, siapa tau hati lula bisa tenang sebentar aja." Terlihat wanita itu memikirkan ucapan Malula, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Telpon ibu jika ada sesuatu, ibu pasti datangi Lula." "Iya ibu." Setelah berpelukan, Malula mulai keluar dari area perumahannya dengan supir yang mengantarkannya. Kemudian berniatan untuk pergi ke stasiun kereta, seraya mencari tempat yang pas untuk menenangkan pikirannya. Ia mengkerut kan keningnya saat melihat satu tempat dari ponselnya, sebuah tempat yang terlihat menyenangkan, ada banyak gedung-gedung tinggi di sana. "Daguen...." Gumamnya. Malula menyengadah, menatap supir. "Bapak tau Daguen?...." Tanyanya. Supir itu menatap sekilas nyonya mudanya. "Tau non, non mau ke sana?" Malula mengangguk. "Kemarin tuan juga ke sana, tempatnya jauh non dari sini. Sekitar 2 jam kalau naik pesawat, 6 jam kalau niak kereta." Tuturnya. "Jauh juga." -Batinnya. "Aku mau nyoba pak, bapak bisa jelasin sedikit gak tentang tempatnya." Malula sedikit memajukan tubuhnya. "Sepenglihatan saya si non, tempatnya bagus, banyak gedung-gedung tinggi di sana. Kayanya itu tempatnya orang kaya deh hahaha." "Tapi non, saya jarang liat turis di sana, mungkin gak banyak orang luar yang tau Daguen non, padahal tempatnya bagus." Lanjut pak supir. "Hem..." "Saya denger juga, katanya di sana itu s*x bebas udah biasa." Sahutnya. Malula mengkerutkan keningnya, "Terus apa lagi pak." "Em.. itu baru katanya non. Saran saya si, mending non tinggal di perumahan elit, biar jauh dari yang namnya bahaya." "Iya pak, makasih sarannya." "Sama-sama non." Setelah perbincangan singkat itu, Malula berhenti di sebuah stasiun kereta api. Segera ia turun dari mobil, dan berpamitan pada pak sopir. Malula memesan tiket menuju ke Daguen, dan satu kursi kelas atas di sana, duduk di sisi jendela, menatap pemandangan di luar kereta. Tak lama setelah itu, kereta mulai berangkat. Sementara di tempat lain. Di sebuah tempat ramai, dengan para pengunjung yang menikmati iringan musik di ruangan itu. Ada satu pria yang hanya duduk meminum minumannya, ya dia memang hanya duduk, tapi para gadis-gadis yang duduk di kedua sisinya memeluk bahkan menciumi pria itu. "Gila ni tuan muda, cewenya banyak bener." Ucap seorang pria yang juga tengah menikmati minumannya. "Diem, ini kesukaan gue." Sahutnya. Hingga seorang gadis dengan pakaian yang sangat terbuka menghampiri pria itu, dan pria itu meminta para gadisnya untuk menyingkir memberi tempat. "Hai Deo..." Sapa gadis yang baru saja duduk di pangkuannya. "Hm?" "Mau aku enggak? Aku sengaja nolak orang lain, karna aku pengennya kamu." Ucap gadis itu. Pria yang ia panggil Deo menaikkan kedua alisnya, pria itu menyimpan minumannya dan memeluk pinggang gadis yang menawarkan diri kepadanya. "Lu mau di bayar berapa hm?" "Em.. 100 juta?" "Boleh, tapi kaya biasa. Lu yang main sampe gw puas." Ucapnya, gadis itu mengangguk. Memulai aksinya dengan mencium bagian leher Deo, sesekali ia menghisapnya, hingga telinga pria itu memerah lalu memutuskan untuk menggendongnya. "Gal, suruh cewe yang tadi ke kamar yang gw pesen!" Pintanya pada pria yang tadi berbicara dengannya, seraya membawa gadis bayarannya ke kamar khusus yang disediakan di tempat itu, memulai malam berg*irah dengan s*x bebas. "Maruk banget!" Sahut pria yang di panggil gal tadi seraya mengisyaratkan gadis-gadis yang tengah menatapnya untuk masuk ke sana. Pria itu Geraldi Stevanus, di panggil gal. Seorang pelajar berusia 19 tahun yang akan lulus tahun ini. Sedangkan pria yang tadi, dia Adezano Maganundra. Pria 18 tahun yang liar, suka berkelahi, mabuk-mabukan, pergi ke bar adalah kebiasaannya setiap malam minggu. Di panggil tuan muda karena Adezano adalah anak tunggal dari pengusaha kaya raya, katanya si orang berpengaruh di Daguen. Tapi siapa sangka tuan muda itu memiliki pergaulan bebas yang sangat bebas, ia hanya bersikap manis pada wanita malamnya saja, meskipun sikap manis itu memiliki artian lain. Adezano, atau di panggil Deo adalah seorang pelajar yang akan lulus tahun ini. Gal dan Deo adalah sahabat baik dari kecil, Gal begitu mengenal karakter sahabatnya itu. Tapi Gal tak memiliki karakter yang sama dengan Deo, meskipun sama-sama nakal tapi Gal tak pernah tidur dengan wanita malam atau bahkan berpacaran, berkebalikan dengan Deo. Malam menunjukkan pukul 24.00, ini jam 12 malam. Malula sudah berada di Daguen, gadis itu sebenarnya sampai pukul 10 malam. Tapi malula masih ingin berjalan-jalan di sana, melihat suasa tengah malam yang masih sangat ramai. Dengan sebuah koper, ia menyusuri jembatan panjang di sana. Membiarkan surai hitamnya tertiup angin, sesekali ia tersenyum saat mendapati angin menerpa wajahnya. Meskipun terlihat kurus, wajah malula masih sangat cantik, matanya kecil, hidungnya mancung sempurna, bibir yang lumayan tebal, alis tipis, kulitnya putih, dan bentuk wajah nya yang sedikit lonjong. Menumbuhkan kesan imut dan seksi di wajah gadis itu, bentuk wajah yang terbilang ideal. Seorang Malula identik dengan vanila, wangi tubuh gadis itu seperti vanila. Dari kejauhan Lula melihat segerombolan anak motor yang tengah menongkrong di sisi jalan, ada yang tengah berpacaran ada juga yang asik bercanda. "Pergaulan yang sangat bebas." Gumamnya. Lula berhenti di sebuah angkringan yang jaraknya tak jauh dari anak motor itu, beberapa dari mereka bahkan menatap Lula saat gadis itu berjalan melewati mereka. "Tuh cewe cantik banget, abis kabur apa gimana bawa-bawa koper?" Tanya salah satu anak laki-laki di sana. "Pak ada minuman dingin?" Tanya Lula. "Ada, tunggu ya neng." Lula mengangguk. Ia merogoh tasnya, mengambil ponsel, berniatan untuk mencari tempat penginapan. "Pak Aqua satu." Pinta seorang pria yang berdiri di samping Malula.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
197.9K
bc

My Secret Little Wife

read
112.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
17.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
215.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook