Chapter 2

1233 Words
Ini masih cerita flashback jaman Felix kecil dan bagaimana Felix sangat membenci Maya. Happy Reading... ------ Butuh sekitar lima bulan lagi bagi Felix menyelesaikan sekolah tahun ini untuk segera pindah ke Indonesia dan selama itu dia harus sabar dengan sikap keterlaluan dari seorang gadis kecil yang selama ini mengacau baik disekolah ataupun dirumah. Lima bulan yang akan Felix lalui terasa seperti lima tahun yang tak kunjung selesai. "Grandma. Dimana Felix? hari ini aku harus menemuinya" ucap Maya pada seorang wanita tua yang duduk dikursi goyang. "Felix hari ini sedang tidak dirumah mungkin dia keluar bersama teman-teman yang lain" Jawab si nenek sembari memperbaiki kaca mata lalu melihat majalah yang dia pegang. Maya menghela nafas kemudian keluar dari rumah nenek Felix. Diluar Maya menatap rumah dua lantai didepannya pasti Felix sedang bersembunyi disalah satu tempat dirumah itu tapi Maya sedikit kesal karena Felix selalu menjauhinya padahal dia hanya ingin berteman dengan Felix. Didalam rumah, nenek Felix menurunkan kacamatanya memastikan Maya sudah benar-benar keluar lalu menoleh ke sudut ruangan dibalik lemari. "Maya sudah pergi sekarang keluarlah" Katanya. Felix menyembulkan kepalanya celingukan setelah itu mendesah lega menghampiri neneknya "Grandma aku mau ke Indonesia aku tidak mau lagi tinggal disini kalau gadis itu tetap menjadi tetangga sebelah" Rajuk nya. Nenek Felix tertawa rendah khas orang tua sambil mengusap kepala cucunya. "Nanti Grandma akan menghubungi ayahmu" "Benarkah? Grandma tidak apa-apa hanya tinggal dengan Grandpa disini?" Wanita tua itu tersenyum "Grandma dan Grandpamu sudah terlahir dan besar disini jadi kami tetap akan menghabiskan masa tua kami ditempat ini sayang" katanya penuh perhatian. Felix berjongkok sambil menempatkan kepalanya dipangkuan neneknya dimana tangan wanita tua itu mengusap kepala Felix. Felix mendongak "Tapi kalian nan..." "Aha! aku tau kau pasti sedang bersembunyi tadi!" Kalimat Felix terjeda begitu mendengar suara melengking milik Maya. Gadis kecil dengan wajah bahagia seperti telah mendapatkan mainan barunya. "Grandma aku akan segera kembali" Felix berdiri sebelum berlari. Maya tersenyum kearah wanita tua yang masih duduk dikursi goyang "Terima kasih Grandma kamu sudah menemukan Felix untukku" Ucap Maya kemudian mencium pipi wanita tua itu sebelum berlari mengejar Felix. "Felix aku akan datang!" Seru Maya dengan girang. Nenek Felix menggelengkan kepalanya. "Dasar anak-anak" Katanya lalu kembali memakai kacamata dan membaca majalahnya lagi. Langkah kaki Maya memang tidak sebanding dengan langkah kaki Felix tapi gadis itu tetap suka ria mengejar Felix, Maya merasa itu adalah tindakan paling menyenangkan yang pernah dia rasakan. Felix pangerannya meski sedikit pengecut tapi Maya akan berusaha mendapatkan Felix untuknya. Felix berhenti ditanah yang cukup luas lalu menoleh kesana kemari menyadari dia salah mengambil arah untuk menghindari Maya. Sekarang dia ada ditengah tengah padang hijau bersama Maya orang yang paling tidak Felix suka selama hidupnya. Dengan tergopoh gopoh Maya menjatuhkan dirinya diatas rumput hijau yang segar. "Aku lelah tolong jangan lari lagi" katanya. Bukan hanya Maya saja yang lelah tapi Felix juga merasakan hal yang sama, dia lelah setiap hari dan setiap waktu terus menghindari gadis tidak waras itu. Felix pun ikut berbaring dengan posisi telentang diatas rumput hijau sekitar delapan meter dari posisi Maya. "Kenapa kamu selalu mengejarku" Tanya Felix. "Karena aku menyukaimu" Sahut Maya masih dalam keadaan menormalkan deru nafas yang menggebu. "Kapan kamu berhenti menggangguku?" Tanya Felix lagi. Maya mendongak dari posisi telentangnya "Sampai aku bisa mendapatkanmu" katanya dengan begitu santai tanpa ada rasa bersalah sedikit pun ditiap katanya. Maya tersenyum sebelum mengubah posisi telentang jadi tengkurap lalu posisi kaki ditekuk menghadap langit sedangkan kedua tangan menopang dagunya sambil menatap Felix. "Aku belum pernah punya teman tapi aku langsung suka saat melihatmu jadi kupikir aku akan senang berteman denganmu" ucap Maya. Felix memutar bola matanya kemudian berguling dan bergerak duduk bersila menghadap Maya dengan tetap memberi jarak diantara mereka. "Tapi aku tidak mau berteman denganmu. Kau terlalu menyebalkan sejak aku mengenalmu" Maya menggerakan kakinya seirama "Aku tidak peduli karena memang itu tujuanku agar bisa berteman denganmu" Felix menepuk keningnya, Maya tidak sepenuhnya bersalah karena menginginkan seorang teman tapi cara Maya mendapatkan teman yang salah. Felix tidak heran jika Maya tidak pernah memiliki teman jika caranya mencari teman sangat mengerikan. "Kamu ingin teman?" Tanya Felix untuk kesekian kalinya karena dia sudah lelah dikejar-kejar bagaikan maling dalaman oleh gadis itu. Maya mengangguk antusias tanpa menghilangkan senyum dibibirnya "Jadi kamu mau berteman denganku?" Felix menggeleng "Tidak" jawabnya cepat, "Tapi aku punya teman yang cocok untukmu kau tunggu saja saat pulang sekolah besok dirumah pohon belakang rumahku" Lanjut Felix. Maya terlihat berpikir sejenak lalu menggeleng. "Tidak mau. Aku hanya mau berteman denganmu" Katanya. Felix memejamkan mata menahan rasa kesal menyikapi Maya tapi semoga saja ia berhasil membujuk gadis itu agar tidak mengganggunya lagi. Dengan terpaksa Felix mengulas senyum dibibirnya, senyum pertama yang Maya dapatkan setelah sekian lama mengenal Felix. Felix siap membuka bibir untuk berbicara sesuatu tapi Maya lebih dulu membuatnya berhenti dengan berkata... "Hhh.. baiklah besok setelah pulang sekolah kan? Aku akan menunggu disana tapi jika kamu tidak datang jangan salahkan aku untuk tetap mengganggumu" ucap Maya yang terdengar seperti ancaman mengerikan ditelinga Felix hingga lelaki itu bergidik ngeri. Kepala Felix mengangguk cepat sembari berdiri membersihkan kotoran yang nempel dicelananya. "Kalau gitu hari ini jangan menggangguku karena ada hal penting yang harus aku lakukan" Maya ikut berdiri lalu mengacungkan jempolnya "Oke!" Setelah itu Felix meninggalkannya ditempat luas itu sendirian. Maya hanya menatap bahu lelaki itu semakin menjauh sebelum dia juga memutuskan untuk kembali kerumah. Langkah kakinya melewati jalan beraspal yang cukup panjang dia tidak menyangka jika mengejar Felix sampai sejauh ini. Sedikit melakukan loncatan-loncatan kecil Maya menyusuri jalan hingga dia melihat seseorang kesusahan membawa barang belanjaan. Maya tersenyum lalu membantu orang itu membawa belajanya. "Terima kasih" Kata seorang wanita muda yang usianya sekitar dua puluh tahunan begitu merasa bawaannya lebih ringan. Maya hanya tersenyum sambil mengangguk mengkuti langkah wanita muda itu masuk kerumah yang tidak jauh dari situ. "Namamu siapa?" Tanya wanita itu pada Maya saat Maya meletakan paper bag keatas meja. "Kakak bisa memanggilku Maya aku tinggal dekat dengan pohon besar didepan rumah" Jawab Maya. Wanita muda itu mendelik kaget. "Kamu tinggal dipohon?" Maya tertawa "Bukan dipohon tapi rumah yang dekat dengan pohon itu" katanya memperjelas. Wanita muda itu hanya ber-oh ria lalu mengeluarkan bungkusan hitam seperti permen dari dalam tasnya. "Berapa usiamu?" "Akan memasuki angka sembilan tahun ini" jawab Maya. Wanita itu kemudian menghitung sesuatu menggunakan jari-jarinya. "Ah masih lama kalau gitu tidak jadi" Maya mengerutkan keningnya bingung begitu wanita itu meletakkan permennya dimeja. Maya kira dia akan diberi permen coklat. Wanita muda itu menatap Maya lagi. "Aku pikir usiamu 13 tahun tapi memang dasar anak sekarang terlihat lebih dewasa ketimbang umurnya" kekehnya "Tadinya aku mau memberikan permen ini untukmu agar kau berikan pada teman laki-lakimu tapi kurasa jangan karena kamu masih begitu kecil" Maya menelengkan kepalanya kekiri karena tidak tau apa yang dimaksud wanita muda ini. Tapi kebetulan sekali Maya punya teman laki-laki dan itu adalah Felix. Di saat wanita tadi sibuk membereskan barang belanjanya, diam-diam Maya mengambil bungkusan coklat itu untuk ia berikan pada Felix besok. "Kak terima kasih aku harus pulang" Setelah mengatakan itu Maya sudah hilang dibalik pintu sambil berlari cepat. Felix akan senang dengan permen ini, Maya jadi tidak sabar menunggu hari esok tiba. Selain teman mana yang akan Felix kenalkan, Maya juga akan memberinya permen coklat ini karena selama mengenal Felix Maya belum pernah memberikan apapun untuknya. ----------- TO BE CONTINUE Cerita masih menunggu acc pihak pusat baru bisa aku update lagi ya --------- INSPIRASI MASA KECIL MEREKA Kartun anak - masha and the bear (no protes YES!) ︎︎︎︎︎
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD