PART 3 - Keputusan Lena

1309 Words
Lena memakai topi hitam dan masker andalannya. Perempuan itu mengambil tas dan keluar dari kamarnya. "Apa aku perlu menemanimu? Kau serius ingin menemui Pak Yoon sendirian?" tanya Airish yang mengikutinya dari belakang. Lena duduk di depan pintu dan memakai sepatunya. Perempuan itu mendongak dan tersenyum lebar pada Airish. "Tak apa. Aku tahu kau ada syuting hari ini. Lebih baik kau segera pergi ke lokasi syuting dan jangan pulang terlalu malam, Airish," kata Lena. Airish mengangguk. "Oke. Hubungi aku kalau terjadi apa-apa," kata Airish sebelum Lena pergi dari rumah. Lena menghentikan taksi di depan rumah kecil itu. Tak sampai lima belas menit, perempuan itu sampai di gedung SN Entertainment. Gedung 20 lantai yang berdiri indah di Yongsan Trade Center dengan pemandangan Sungai Han di sebelah kirinya. Lena melangkah masuk dengan cepat. Menghindari beberapa penggemar yang berkumpul di depan gedung. Meskipun tak ada acara istimewa, mereka akan terus ada di sana. Kebanyakan mereka adalah penggemar March - boy band paling terkenal di Korea Selatan. Lena melihat banyak foto artis dan idol di dinding gedung SN Entertainment. Mereka terlihat sangat tampan dan cantik. Lena berdiri di salah satu foto The Rose - girl band yang baru di debutkan oleh SN Entertainment. Perempuan itu tersenyum kecil. Maserati adalah artis pertama SN Entertainmet. Tapi kenapa tak ada satu pun foto Lena di gedung yang sangat besar itu? Bahkan tak ada yang mengenalnya. Tak ada yang mengenali Lena, bahkan ketika ia melepas masker dan topinya. "Apa kau akan terus seperti ini, Ren? Bobby sudah bersedia membuat lagu untukmu! Apalagi yang kau inginkan?" Sebuah suara membuat Lena berhenti di depan pintu kantor Yoon Park. Tak berani masuk, meskipun pintu ruangan itu sudah terbuka dan Lena bisa melihat dua orang yang sedang berdebat itu. "Sudah kubilang aku tak menyukainya. Tapi orang itu tak mau mendengarkanku. Dia mengira dirinya hebat dan tak pernah melakukan apa yang aku minta. Padahal aku yang akan menyanyikan lagunya. Harusnya dia sedikit saja mendengarkan saranku, kan?" balas laki-laki di depan Yoon Park. Lena melihat ke dalam ruangan Yoon Park. Di sana berdiri seorang laki-laki tinggi dengan rambut hijau pekat. Laki-laki itu memakai kaos putih dan jaket kulit hitam. Meskipun dari samping, Lena sudah bisa mengenalinya. "Kau tahu sendiri bagaimana Bobby. Dia tak pernah membiarkan siapapun mengarahkannya. Tapi dia melakukan yang terbaik, Ren. Apa pernah lagu Bobby gagal selama ini? Kau tahu dia yang paling baik di pekerjaan ini," kata Yoon Park. "Tapi aku juga ingin berkontribusi, Pak. Ini album untuk ulang tahun March yang ke tiga. Aku ingin comeback kali ini lebih sukses. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk fans. Aku ingin membuat lagu untuk mereka. Tapi Bobby tak pernah puas dengan apa yang aku buat. Dia bahkan tak pernah mendengarkannya!" Laki-laki berjaket kulit itu terdengar marah dan Lena hampir menutup pintu ruangan Yoon Park itu. Namun, laki-laki itu berbalik dan menatap Lena dengan mata tajamnya. Lena memegang pintu dan menunduk. "Aku dengar Pak Yoon menyuruhku datang. Sepertinya Pak Yoon masih ada tamu, aku akan keluar," kata Lena. Laki-laki bernama Ren itu berjalan melewati Lena. "Tak usah. Aku sudah selesai. Bicaralah dengan Pak Yoon," katanya sambil melirik Lena yang masih menunduk. Lena memberanikan diri menatap laki-laki itu dan tak bisa ia tahan - Lena terpukau dengan wajahnya. Tak salah laki-laki itu menjadi idol paling digemari di Korea Selatan. Aura laki-laki itu sangat mendominasi dan Lena bahkan tak bisa memalingkan matanya. Ren memiliki wajah kecil yang mungkin lebih kecil dari Lena. Hidung mancung dan mata sipitnya membuat siapapun tak bisa memalingkan mata. Apalagi melihat bibirnya yang merah muda alami - seperti laki-laki itu memang terlahir untuk menjadi idola yang membuat semua wanita bertekuk lutut di depannya. Ren sudah pergi dan Lena tersadar ketika mendengar dehaman Yoon Park. Lena menutup pintu dan berjalan menuju meja pimpinan agensinya itu. Yoon Park mengambil sebuah dokumen dari lacinya dan meletakkannya di meja. "Bagaimana kabarmu?" tanya Yoon Park sambil membuka dokumen itu. "Aku baik-baik saja," jawab Lena datar. Yoon Park melirik Lena. "Aku dengar kau datang ke siaran radio lagi. Apa kau tak akan menyerah Lena? Sudah kubilang tak ada tempat lagi untuk Maserati. Semua orang membenci kalian. Karena itu sebesar apapun usahamu, mereka tak akan menyukai Maserati. Mereka akan tambah membenci kalian," kata Yoon Park. "Apa Pak Yoon mengundangku ke sini hanya untuk membicarakan ini?" tanya Lena kecewa. Yoon Park menarik napas panjang. "Sadarlah, Lena. Kau tak bisa hidup seperti ini selamanya," kata pria paruh baya itu. Lena tersenyum kecil. "Bagaimana bisa orang menjadi sangat berbeda hanya dalam enam tahun? Kau lupa apa yang kau katakan padaku enam tahun yang lalu, Pak? Kau mengatakan padaku agar tak pernah menyerah. Kau berjanji akan menjaga Maserati dan membuat kami terkenal. Lalu apa yang kau lakukan sekarang? Kau tak peduli lagi dengan kami!" "Lena -" "Aku tahu. Maserati tak memberikan apa-apa untukmu. Kami bukan March atau The Rose yang membuat SN Entertainment menjadi besar. Aku tahu kami hanya beban untukmu. Aku tahu itu -" Lena mengerjapkan matanya yang berkaca-kaca. "Aku tahu dengan pasti. Jadi jangan mengatakan padaku untuk berhenti memperjuangkan Maserati. Waktuku masih enam bulan. Biarkan aku melakukan apapun selama enam bulan. Karena setelah itu kami tak akan mengganggumu lagi, Pak Yoon," kata Lena. Yoon Park menatap Lena dengan sedih. "Kau tahu aku bisa membuang Maserati - tapi bukan kau, Lena. Aku tak akan pernah membuangmu," kata Yoon Park dengan serius. Lena tak mengerti. "Apa maksud Pak Yoon?" Yoon Park memberikan sebuah dokumen pada Lena. "Setelah kontrak Maserati habis, aku bermaksud mendebutkanmu sebagai solois. Kau bisa kembali bernyanyi. Aku akan menjadikanmu Kim Lena yang baru. Kim Lena yang disukai banyak orang. Aku akan membuatmu menjadi bintang besar dan membuat semua orang lupa kalau kau pernah menjadi bagian dari Maserati. Aku akan melakukan itu untukmu, Lena," kata Yoon Park. Lena membuka dokumen yang diberikan Yoon Park. Dokumen itu berisi surat kontrak dan proposal debut Lena sebagai solois. Lena tak pernah menduga Yoon Park memiliki rencana seperti itu. Lena pikir ia akan senang karena bisa bernyanyi lagi. Tapi ternyata bukan itu yang ia rasakan sekarang. Lena tak tahu kenapa dia merasa begitu marah pada Yoon Park. "Kau menyuruhku mengkhianati Maserati?" tanya Lena dengan wajah tak percaya. "Aku tak menyuruhmu mengkhianati Maserati. Aku hanya ingin memberimu kesempatan, Lena. Karena berapapun aku berpikir - aku masih ingin memberitahu dunia tentang bakatmu. Aku tak bisa melepasmu begitu saja," kata Yoon Park. Lena meletakkan dokumen itu di meja dengan kasar. "Pak Yoon pikir aku akan menerima tawaran gila ini? Aku tak akan pernah meninggalkan Maserati. Aku hanya akan bernyanyi dengan mereka!" kata Lena. "Lena, coba pikirkan baik-baik -" Lena memotong perkataan Yoon Park. "Kenapa aku bisa, tapi Maserati tak bisa? Mereka juga berbakat. Mereka sama baiknya dengan orang-orang yang kau debutkan selama ini. Aku tak lebih baik dari mereka. Kenapa kau hanya memilihku dan tak memilih mereka?" tanya Lena dengan mata berkaca-kaca. "Lena, kau adalah orang pertama -" "Bukan aku, Pak Yoon. Tapi Maserati. Maserati adalah grup pertama yang kau bentuk. Aku bukan apa-apa tanpa mereka. Aku juga tak berniat naik ke atas panggung tanpa mereka." Yoon Park menatap Lena khawatir. "Kau akan menyesali keputusanmu ini, Lena." "Aku tak akan menyesal. Aku tahu apa yang aku lakukan. Satu-satunya yang salah adalah kau, Pak Yoon. Kau yang salah karena tak pernah membantu kami selama ini. Kau hanya menunggu kehancuran kami. Itulah yang kau lakukan pada orang-orang yang selalu kau penuhi dengan mimpi-mimpi gilamu dulu. Kau yang membuat Maserati seperti sekarang. Bukan Maserati yang salah, tapi kau! Kau yang menghancurkan Maserati! Ingat itu!" kata Lena dengan tajam. Yoon Park berjalan dengan lemah kembali ke kursinya. Wajah pria itu memucat mendengar perkataan Lena. Tapi Lena tak peduli. Rasa hormatnya pada Yoon Park sudah terkikis habis. Sudah hilang sejak pria itu memilih untuk membuangnya dan teman-temannya. Lena mengeratkan tasnya dan berbalik pergi. "Kalau tak ada yang ingin kau bicarakan lagi, aku pulang dulu. Lain kali, jangan mengundangku ke sini untuk membicarakan hal ini lagi," kata Lena lalu meninggalkan ruangan Yoon Park.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD