Agha seharusnya tidak perlu membuka pesan itu. Karena jujur saja, itu sangat menganggu jiwanya. Ia sudah tenang dengan keberadaannya di sini. Tapi mendadak rusak hanya karena membuka semua pesan dari Shiren. Baik pesan tulisan maupun pesan suara yang terdengar sangat menyakitkan itu. Hingga akhirnya, ia hanya terpekur di depan pantai. Tak tahu harus melakukan apa. Yang lain sibuk menikmati air kelapa pagi-pagi begini. Sibuk sarapan usai mengejar sunrise. Ando menepuk bahunya. Lantas memberikan buah kelapa kepadanya. Agha berterima kasih. Ia masih terpekur menatap matahari di depan sana. "Kenapa?" Ando tahu kalau ada yang salah. Agha menarik nafas dalam. Satu-satunya cara untuk menghilangkan kegelisahan semacam ini ya berbagi. Walau sempat bingung harus memulai dari mana. Akhirnya ia c