"Makan dulu yuk guys. Lapar nih. Kita makan di restoran jepang langganan kita aja yuk," ajak Rachel yang merasa lapar setelah dua jam puas berbelanja ke sana kemari. Di tangan kanan dan kiri Minah dipenuhi paperbag belanjaan Rachel. Sungguh kaki Minah rasanya pegal dan kedua tangannya kebas karena barang bawaannya yang begitu berat. Sampai-sampai keringat Minah membanjir di pelipisnya walau ia berada di ruangan bersuhu dingin itu. Minah lelah.
"Minah kamu di situ dulu. Sebentar aku mau ngomong penting sama Erina dan Vita," perintah Rachel.
"Iya Chel. Aku duduk di sini sebentar ya?" Minah mengusap keringat yang membasahi kening dan hidungnya.
"Okay. Sebentar kok nggak lama."
"Eh, Rin Vit. Aku ada ide yang menyenangkan untuk mengerjai si udik. Kalian perlakuan Minah dengan baik-baik nanti ya? Kita ajak saja dia makan enak. Okay?"
"Okay Chel. Tapi apa rencanamu?"
"Sini kalian mendekat!" Rachel merangkul kedua sahabatnya dan membisikan suatu rencana pada kedua sahabatnya itu.
"Hihii ... asyik tuh." Erina antusias dengan rencana Rachel.
"Heem, hebat kamu Chel," puji Vita setuju dengan ide Rachel.
"Ya sudah! Kamu sana Vit. Minta barang belanjaan aku ke Minah dan kasih Pak Tono di parkiran."
"Lho kok aku? Erina saja kenapa?" protes Vita enggan membawakan barang Rachel yang banyak. Ia malas harus menenteng barangnya sendiri dan masih ditambah dengan punya Rachel yang begitu banyak.
"Kan yang disuruh Rachel kamu Vit." Erina tersenyum penuh kemenangan.
"Kamu aja Rin."
"Kamu aja Vit."
Pertengkaran kedua sahabatnya membuat kepala Rachel pusing. Hingga ia tanpa sengaja berteriak.
"Stop its girls!" Rachel berteriak kesal.
"Em, diem kamu Vit. Berisik."
"Kamu emangnya nggak berisik wekkk ...." Vita menjulurkan lidahnya ke arah Erina.
"Kalian ini ya?" Emosi Rachel memuncak.
"Sudah aku putuskan. Kalian berdua yang pergi ke parkiran. Sekalian semua barang-barang kalian bawa. Agar Si Minah tidak akan curiga ketika kita pergi nanti."
"Ya sudah ... baik kami pergi." Kedua gadis itu mendekati Minah.
"Hei udik! Eh, Minah maksudnya. Sini berikan barang Rachel. Rachel bilang kami harus membawanya ke parkiran. Karena kamu terlihat capek."
"Eh, tidak apa-apa kok. Biar Minah ikut bawakan ke parkiran. Minah masih kuat kok." Minah berdiri dengan semangat seolah tidak lelah. Ia tak mau mendapatkan amarah dari Rachel.
"Chel. Minah kira kamu akan marah kalau aku yang membawakan."
"Sudahlah Minah. Berikan saja pada mereka berdua. Kamu istirahat saja di situ. Sambil menunggu mereka kembali."
"Tapi Chel, kamu bilang itu semua tugas aku." Minah merasa ada yang mengganjal di perasaanya. Entah itu apa.
"Minah, aku nggak marah kok. Beneran. Aku kan yang menyuruh mereka." Minah menatap Rachel memastikan benar-benar tak ada amarah di sana.
"Ya sudah ini nih. Tetapi beneran nggak papa?" Minah memastikan sekali lagi.
"Iya nggak papa Minah. Kami melihat kamu capek banget jadi kasihan."
"Kalau begitu terima kasih ya Rin. Vit."
"Okay. Chel kami pergi sebentar. Jangan lupa, pesankan makanan untuk kami sekalian."
"Iya, iya kerjakan tugas kalian dengan benar sana. Nanti aku traktir makanan spesial untuk kita semua."
"Rachel emang terbaik."
"Yuk Minah. Kita duluan. Biar waktu mereka datang makanan sudah siap."
"Okay Chel." Minah menuruti Rachel meski masih sedikit ragu.
"Mbak, minta menu."
"Ini Kak. Silakan."
"Saya mau bentonya empat porsi, sushi, sashimi. Sama tambah ini udang telur asin, cumi tepung dan ini juga tambah yang paket ini. Minumnya apa ya enaknya? Soda saja empat ya."
"Okay Kak. Ditunggu ya," ucap pelayan itu tersenyum ramah. Minah membelalakkan mata tak percaya dengan pesanan Rachel yang begitu banyak.
"Kenapa Minah?" tanya Rachel yang tahu kalau Minah terkejut atau lebih ke heran.
"Banyak banget yang kamu pesan Chel?"
"Yah ini kan pertama kalinya aku ngajak kamu jalan. Jadi nggak ada salahnya aku traktir makanan yang spesial dong?"
"Tapi Minah rasa tak perlu sebanyak ini dan rasanya tidak perlu berlebihan deh Chel?"
"Nggak papa sekali-kali. Coba kamu rasakan enak banget makanan di sini. Nanti bilang yang baik-baik sama Mama ya? Hehe."
"Iya Chel. Terima kasih." Minah tidak lagi curiga bahwa Rachel mempunyai maksud buruk. Hatinya sedikit lega.
"Nah itu Erina dan Vita sudah kembali. Hei sini! Sini!"
"Sudah beres barang belanjaan?" tanya Rachel.
"Beres Chel. Mana makanannya? Kok belum datang?" tanya Vita.
"Tunggu sebentar. Minah saja sabar menunggu masa kamu yang baru datang nggak bisa sabar."
"Tahu tuh Vita," sahut Erina.
"Eh, iya ya."
"Tuh makanannya sudah datang," ucap Rachel dengan mata yang berbinar.
"Wah, enak banget nih." Erina dan Vita sangat senang melihat makanan yang begitu banyaknya terhidang di meja.
"Rachel emang ter-the best."
"Siapa dulu, Rachel gitu. Ayo Minah makan. Jangan malu-malu," tawar Rachel.
Ketiganya memakan makanan dengan semangat. Sesekali ketiga gadis yang bersahabat itu tertawa terbahak sambil mengunyah makanan. Minah sangat canggung, tapi berusaha menyesuaikan diri. Mencoba membuat dirinya menikmati makanan yang terhidang dan mencoba untuk mengakrabkan diri pada ketiga gadis itu. Semoga saja kali ini Rachel benar-benar tulus.
"Aduh kenyangnya." Ketiga gadis itu mengelus perutnya yang membuncit karena kekenyangan.
"Minah, bagaimana? Enak nggak? Dari tadi diam saja," tanya Rachel penuh perhatian.
"I-iya enak banget kok. Enak sampai Minah tak dapat berkata-kata."
"Ini sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah menemani aku shopping hari ini. Maafkan aku ya Minah. Yang kadang jahil atau ketus sama kamu."
"Iya Chel. Minah sudah memaafkan kamu kok."
"Baguslah Minah memang terbaik. Sepulang dari mall ceritakan hal-hal yang baik pada mama. Okay?"
"Iya Chel, pasti."
"Aduh, guys. Tiba-tiba aku pengen ke toilet. Apa karena kita kebanyakan makan ya?" ucap Rachel memeluk perutnya yang mulas.
"Yuklah Chel. Aku sekalian mau kencing," ucap Vita. Keduanya kemudian menuju ke toilet. Lima menit kemudian, Rachel dan Vita belum juga kembali.
"Minah, kamu nggak ingin ke toilet kan?" tanya Erina basa-basi.
"Enggak Rin. Kenapa?"
"Kamu tunggu di sini dulu ya? Aku mau cari eh lihat Vita dan Rachel. Kok lama sekali ya di toiletnya?"
"Apa tidak sebaiknya kita lihat bersama-sama Rin?"
"Ah, eh ... Kalau kita pergi semua, nanti kita dikira kabur lagi."
"Oh begitu. Gimana ya? Jangan lama-lama ya Rin?" Minah sebenarnya tak rela ditinggalkan oleh Erina.
"Tenang Minah. Aku sebentar saja. Aku janji nggak akan lama kok. Beneran deh. Siapa tahu Rachel kenapa-napa soalnya lama banget mereka nggak kembali."
"Iya deh. Ya sudah Minah menunggu di sini. Cepat kembali ya Rin."
"Iya, bentar ya Minah." Erina menyandang tasnya menyusul Rachel dan Vita yang terlebih dahulu keluar melalui pintu samping.
Erina segera menyusul Vita dan Rachel yang sudah menunggunya di depan sebuah toko yang sudah mereka tentukan sebelumnya. Mereka bertos ria dan tertawa bahagia. Mereka segera pergi meninggalkan tempat itu sebelum Minah mengejar mereka bertiga. Meninggalkan Minah seorang diri di dalam restoran menunggu mereka.