bagian 1
Hutan Sri lanka, Siang hari, jam 11.00
Pepohonan berdiri tegak, burung-burung saling menyahut-nyahut, hanya hijau terbentang, hutan ini sangat luas, damai, tenang dan mungkin agak menakutkan dimalam hari. Beberapa ekor kijang yang sedang memakan rerumputan, tupai keluar dari lubang pohon.
DORRRR!.
Ketenangan pecah seketika, kijang-kijang yang sedang merumput seketika mengankat kepala dan berlari kencang, seekor tupai yang ketakutan segera memasuki lubang pohon kembali. Terdengar gemerisik dedaunan dari semak-semak yang lebat. Seekor panther hitam berlari kencang, napasnya menderu dan ia berkali-kali melihat kebelakang. Melompati tunggul kayu. Terdengar seruan yang keras dan membahana dibelakang.
Beberapa lelaki melompati tunggul kayu, mengejar dengan cepat, berseru-seru layaknya kesetanan
"TANGKAP!"seseorang menembakkan peluru bius ke panther hitam tetapi meleset, panther itu dengan gesit menghindar, matanya terlihat ketakutan dan terkejut. Yang dipikirannya adalah LARI.
Jalan buntu menghadang lariannya. Dirinya berbalik ke kanan tetapi kakinya terhenti, 2 orang lelaki menahan langkah dan tangan mereka jelas-jelas membawa semacam jaring besar. "Mau kemana kamu?” gertaknya dalam bahasa India.
Panther itu berbalik ke ke kiri tetapi hasilnya sama, ia telah terkepung. Ia mengaum,mengancam siapapun yang menyerangnya. Tetapi salah seorang lelaki menembakkan bius dan berhasil mengenai kaki kiri panther hitam. Panther itu mengaum kesakitan, membuat suasana hutan menjadi gaduh. Burung-burung mengepakkan sayap mereka dan pergi dari sana.
Panther hitam itu terduduk, entah kenapa dirinya menjadi lemah seolah tak kuasa lagi mengankat beban tubuhnya, kesadarannya mulai menipis. Ia seolah-olah mengantuk dan tiba-tiba ambruk secara perlahan.
"Cepat, ambil darahnya, dokter Tom membutuhkan sampelnya, SEGERA!"seru seorang tentara. Beberapa orang dengan gesit mengeluarkan perlengkapan, semacam alat perlengkapan kedokteran, percobaan atau untuk kegunaaan riset.
Seseorang menyuntikkan jarum suntik dan mengambil sampel darah milik panther tersebut. "DONE!" mereka cepat-cepat pergi dari sana dan meninggalkan panther itu sendiri disana. Panther itu perlahan-lahan kembali sadar, tubuhnya yang lemah seolah-olah dipaksakan berdiri ,kepalanya pusing dan panther itu berkelana dengan langkah pelan,seolah-olah tidak ada kejadian seru barusan.
Kelompok tentara keluar dari hutan, setapak yang masih tanah itu terlihat gersang dan tandus. Sebuah truk kontainer putih muncul dihadapan mereka.
"Are you waiting me?" tanya seorang supir sambil menurunkan kacamatanya, menggoda dan senyumannya menampakkan giginya yang begitu putih.
"Stop,kidding Tim,take the money!" gertak tentara Amerika. Ia terlihat tidak sabar.
"Okey,kamu begitu kasar." keluh Tim lalu ia keluar dari truk sambil membawa sebuah koper berwarna hitam kepada tentara tersebut.
"Ini sebagai hadiah tetapi tetap tutup mulut jika ada yang bertanya." ancam tentara itu dengan dingin sambil menunjukkan begitu banyak uang US dolar kepada beberapa lelaki yang asli India. Mata mereka seolah terhipnotis dengan uang yang jumlahnya begitu banyak,mereka mengangguk dan mengambil uang itu.
"Ayo,dokter menunggu!" seru Tim, kelompok tentara, ilmuwan yang membawa sampel darah panther hitam dan penembak ulung segera masuk kedalam truk kontainer. Tim segera mengendarai truk tersebut dan meninggalkan hutan Sri lanka juga orang-orang India itu yang masih saja menghitung berapa jatah yang mereka dapat.
Tim adalah perancang baju yang jenius dan tidak seperti perancang tata busana lainnya. Ia menambahkan beberapa alat teknologi untuk baju rancangannya, tetapi sayangnya ia berkali-kali ditolak direktur busana, menganggap busana rancangannya terlalu norak untuk dipakai tetapi ada seseorang yang ia temui di tengah jalan dan tanpa panjang pembicaraan segera merekrutnya untuk menjadi anggotanya.
Tim berseru senang berkali-kali ia jelaskan kepada tentara-tentara yang berada di mobil, membuat tentara-tentara itu menjadi bosan, semua yang berada di truk kontainer adalah para tentara yang luar biasa tetapi diacuhkan oleh pemerintah, penembak ulung yang teroris dan bekas buronan dan ilmuwan-ilmuwan yang hebat tetapi gila jika menciptakan suatu projek untuk percobaan mereka.
***
Bar 'Drink and win',Spanyol
"You lose!" tawa seorang perempuan sambil melempar kartu ke atas meja domino. Beberapa lelaki yang melihat aksi perempuan itu tertawa kencang sambil mengankat gelas bir mereka, beberapa ada yang mengeluh. Lawan perempuan itu awalnya tertegun sadar bahwa uang habis lenyap dan seketika dirinya marah, uangnya telah habis untuk bermain judi dengan cepat ia menarik kerah perempuan itu.
"Aku tidak akan memberikan uangku, Never.You stupid, girl!" marahnya. Otaknya tak sempat berpikir panjang. Segera ia mendaratkan tinjunya, lupa kalau wanita dihadapannya adalah seseorang yang seharusnya tak dihajar. Para pengunjung bar berseru panik dan saling melindungi diri masing-masing, kartu domino berserakan, gelas-gelas pecah karena gerakan yang dibuat lawan perempuan.
Mereka berdua berkelahi, tetapi tidak ada satupun pengunjung yang mengatakan bahwa perempuan dihadapan mereka lemah. Perempuan itu luar biasa, caranya menendang dan meninju seolah-olah layaknya harimau betina, indah tetapi ganas ketika menyerang.
Tetapi lawannya seolah-olah kesurupan setan, ia menyerang perempuan itu. Dan lebih mengejutkan lagi ia membawa pistol, pengunjung bar merunduk dibawah meja, pigura-pigura yang berada di dinding pecah oleh tembakan membabi buta.
Tetapi perempuan itu merunduk, ia dengan cepat menghindari serangan yang dibuat oleh lawannya, kondisi bar menjadi gaduh. Perempuan itu melompat dan berdiri di salah satu meja. Pengunjung melihatnya dengan takjub dan juga takut.
Wanita itu tersenyum dan mulai melompat diatas meja dan membuat botol bir yang berada di atas meja melayang dan terbang, sekali lagi ia mendaratkan sebuah tendangan di botol bir tersebut dan botol bir itu terlempar menghantam wajah lawannya.
PRAAANGGG!
Kaca itu pecah ketika mengenai wajah lawannya, membuat percikan air membasahi lantai bar. Lelaki itu jatuh ke lantai dan kesadarannya menipis. Dahinya mengeluarkan darah karena terkena pecahan kaca yang tajam.
Lawannya itu tergeletak pingsan, wajahnya basah oleh bir dan darah. Tetapi wanita itu seolah tidak peduli, ia mendekati lelaki. "Now, your loser and i not stupid, you a stupid man!" marahnya dan mengambil senjata lawannya, memasukkannya ke saku. Rambut panjangnya sedikit berantakan dan wajahnya kotor.
"Uh, bisakah aku meminta sebotol air putih." katanya sambil menyibakkan rambut dan membuka kulkas. Pemilik bar hanya mengangguk. Wanita itu tersenyum dan mengambil uang dari atas meja domino yang kini terbalik, mengambil uang hasil menang judinya. Beberapa uang dolar diberikan kepada pemilik cafe.
"Aku mengambil air putih bukan untuk mencuri tetapi untuk membayar.” senyumnya. Ia mengambil jaketnya dan sebuah tas ransel berwarna hitam, meninggalkan bar dengan sisa kericuhan.
Pengunjung hanya menatap punggung wanita itu sementara dan mulai bernapas lega, menatap jijik lawannya. Mereka membayar minuman mereka dan pergi dari sana. Bahkan ada yang berani menendang lengan lawan wanita tadi yang sudah tergeletak pingsan.
Pemilik bir hanya menatap mereka pergi dan tangannya menggenggam uang. Sebuah foto koboi yang berada di dinding jatuh ke lantai dan kacanya berhamburan di lantai, pemilik Bar cukup dibuat terkejut oleh suara kaca, tetapi matanya menatap takut sang lawan wanita itu.
Seorang lelaki yang barusan menatap kejadian itu terlihat tidak terkejut tetapi ia menatap sesaat dan mulai mengikuti sang perempuan tersebut. Langkahnya tidak bersuara dan seolah malam yang larut itu hanya hening, yang bersisa adalah suara-suara dari bar yang masih buka. Ia lalu menatap wanita itu memasuki sebuah gang sempit dan buru-buru ia berlari memasuki gang itu. Dirinya mengincar wanita itu, sejak lama. Mengikutinya kemanapun wanita itu melangkah.
Tetapi betapa terkejutnya dirinya ketika perempuan itu sudah tidak ada lagi disana, jalan pun buntu lantas dimana wanita itu. Ia menghembuskan napas sebal, sudah 3 kali ia kehilangan jejak perempuan tersebut. Belum sempat hilang terkejutnya, ia merasa ada benda yang menekan pelipisnya.
"I dont like someone to followed me." katanya dingin. Lelaki itu bagaikan patung, kini wanita itu tepat di sampingnya sambil memegang pistol yang kini sudah menekan pelipisnya. "Tell me your name..." katanya sambil menekan pistol.
"Jason, Jason Dutton." katanya tenang, ia adalah mantan polisi militer, jadi bisa bersikap tenang walaupun kondisinya dalam bahaya.
"Why you follow me?" tanya wanita itu.
"Saya hanya ingin bertanya, siapa namamu apakah kamu anaknya Paul Duncan?" tanyanya. Pertanyaan itu membuat wanita itu menurunkan pistolnya dan pergi.
"Itu bukan urusanmu." katanya sambil pergi dengan langkah yang begitu tenang.
"Hei, jangan tidak sopan semua orang berhak bertanya." katanya sambil menggenggam tangan wanita itu. "I ask you, are you daugther of Paul Duncan?" tanyanya kasar.
Wanita itu menepis tangan Jason dan menyerangnya tetapi Jason menghindar. "Aku tidak menginginkan kekerasan hanya karena ini."
"Begitu juga dengan aku..." senyum wanita itu, tangannya mengepal dan ia mulai memasang kuda-kuda, tatapannya dingin.
"Cukup, aku tahu ini waktu yang tidak tepat bagimu, aku adalah anak dari seorang ilmuwan yang bernama Doctor Tom Holland dan ia mencari seorang putri Paul Duncan dan ia membutuhkanmu." katanya menjelaskannya dengan cepat sekaligus melindungi dirinya supaya wanita tersebut tidak menyerangnya.
"Tom Holland?" kening wanita itu mengerut. "Bukankah dia adalah teman ayahku?" tanyanya mulai tenang, ia menurukan tangannya. Jason mengangguk dan terpaku ketika wanita itu mengulurkan tangannya.
"Namaku adalah Karin Kerziner." senyumnya.
Jason tersenyum dan menyambut tangan Karin. Mereka bertatapan mata dan segera menyusun strategi di kepalanya masing-masing. Karin yang terlalu waspada akan segera meninju Jason jika berani bermacam-macam dengannya, dan Jason yang diberi perintah oleh ayahnya segera berpikir untuk membawa wanita yang di hadapannya ini ikut dengannya tanpa ada kendala. Karin menatap Jason yang mendekati mobil taksi yang terparkir di trotoar.
"Nos puedes llevar al aeropuerto?" tanya Jason sambil mengetuk jendela taksi. Supir taksi tergagap sebentar menatap penumpangnya yang barusan mengganggu tidurnya. Tetapi sesaat ia mengangguk dan membukakan pintu.
"Si,senor." kata supir taksi itu,ia segera menghidupkan mesin mobil taksi.
Karin mengernyitkan dahinya, kenapa Jason ingin pergi ke bandara, sepertinya urusan tentang dokter Tom Holland ini serius
"Senorita..." panggil Jason yang membuat Karin tersadar dari lamunannya. "Cepat masuk!" katanya dengan tegas dengan dialek Spanyol. Sepertinya Jason benar-benar mantan polisi militer yang begitu cerdas dalam berbahasa.
Taksi meluncur di jalanan. Karin hanya memalingkan muka dari Jason dan menatap jalanan yang sepi dan lengang. Malam semakin larut dan Karin merasakan mungkin mobil taksi inilah yang satu-satunya meluncur dijalanan.
Desing AC (Air conditioner) terdengar pelan dan menyejukkan hawa di dalam mobil. Jason dan Karin terdiam, tidak berbicara sepatah kata pun. Taksi lengang benar-benar lengang kecuali suara AC yang terdengar pelan.
Pikiran Karin berkecamuk, mencoba mengolah informasi mengenai dokter Tom Holland yang dahulu rekan ayahnya. Ia menyelimuti dirinya dengan jaketnya sendiri, memeluk tas ranselnya layaknya guling. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap jendela, melihat bayangannya sendiri. Karin benar-benar bingung, ia mengingat kejadian 5 tahun dahulu. Dimana semuanya berubah menjadi... gelap.
Karin menutup matanya, lelah dengan semua pertanyaan yang muncul di kepalanya.
***
"Karin!" Jason menepuk pundak Karin dengan kesal. Karin terbangun menatap Jason dengan tatapan heran.
"What?" tanyanya tidak mengerti, layaknya anak kecil yang masih polos.
"Kita sudah sampai, senorita." tawa supir taksi dengan dialek Spanyol yang kental. Ia berdiri di luar taksinya, menatap bandara yang masih juga sibuk selama 24 jam berturut-turut. "Sepertinya kamu lelah sekali hingga senor susah membangunkan senorita." katanya sambil menghisap pipa rokok.
Karin mengusap wajahnya dan keluar dari mobil taksi. Menatap lampu-lampu bandara yang meriah layaknya orkestra kunang-kunang. Ia memakai jaketnya,menatap Jason yang sedang memberikan uang kepada supir taksi.
"Uh, kamu terlihat seperti gelandangan." senyum Jason geli melihat kondisi Karin. "Tentu setelah kamu berkelahi dan membuat kekacauan di bar itu membuatku takjub, kau benar-benar wanita yang WOW!" puji Jason. Ia lalu menatap bandara dan menatap Karin. Karin balas menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kamu mandi sedangkan aku akan mengurus penerbangan pesawat. Mengurus Visa, kartu tanda pengenal, tiket dan kartu kredit."
"Oh ya lantas bagaimana aku mengganti baju sedangkan aku tidak mempunyai baju ganti."kata Karin sambil tersenyum remeh menatap Jason. Jason mengeryitkan dahi menatap heran Karin.
"Oh, jadi selama ini kamu tidak mengganti bajumu." katanya sambil menunjuk Karin.
"Haruskah aku bilang riwayat hidupku, hei orang Amerika aku ini pencuri. Mencuri baju yang sedang di jemur dan baju ini. Baju ini milik orang kucuri saat ia baru pulang dari Mall,para polisi mengejar diriku dan kau tahu sendiri, aku LOLOS." Karin melambaikan tangannya di depan Jason.
"Wow, kamu wanita bajingan." Jason tertawa kecil.
"Well, kuanggap itu sebagai pujian." Karin tidak merespon ejekan Jason.
"Stop talking okay, aku ingin membeli baju setelah itu kau ambil dan mandi lalu pakai baju itu." kata Jason sambil menarik tangan Karin menuju bandara tetapi Karin menepis tangan Jason.
"I not child anymore, and stop touch my hand. I follow you, are you understand?" tanya Karin menatap Jason kesal, merasa dirinya dijadikan b***k oleh Jason.
Jason membiarkan Karin mengikuti dirinya dari belakang dan membeli kaos berwarna putih dan handuk untuk Karin. Ia lalu melempar baju itu kepada Karin. "Mandi lalu pakai." katanya sambil pergi keruangan dimana orang-orang membeli tiket keberangkatan.
Karin segera pergi ke kamar mandi dan menatap ranselnya lalu ia gantungkan di tempat gantung baju yang tersedia di kamar mandi. Karin melepaskan bajunya, menggantungkan jaketnya dan mandi, suara guyuran air terdengar. Karin mengeringkan badannya menggunakan handuk dan menatap dirinya di kaca.
Ia lalu menatap baju yang tadinya di beli oleh Jason dan segera dipakainya bersama dengan jaketnya. Ia lalu meraih bajunya yang lama dan membuangnya ke tempat sampah yang di sediakan di kamar mandi, memasukkan handuk ke dalam ranselnya lalu keluar dari kamar mandi.
Karin menatap seorang anak kecil yang asyik bermain karet rambut yang begitu banyak, sepertinya ia baru membelinya dari bandara. Karin yakin anak itu sedang menunggu ibunya di kamar mandi bandara.
"Hei, anak cantik." Karin berjongkok dan menatap anak perempuan itu dengan senyumannya. "Bisakah kau memberikanku satu karet gelang yang baru kau beli itu, sepertinya cantik." pinta Karin.
Anak itu mengangguk dan memberikan satu, toh karet rambut yang dibeli oleh ibunya masih banyak untuk dirinya sendiri. Karin menaruhnya dalam tas, rambutnya masih basah. Karin keluar dari kamar mandi dan menatap Jason yang menunggunya.
"Now you beautiful.” senyum Jason.Aroma roti tercium membuat perut Karin berbunyi tanpa diperintah, Jason yang mendengarnya tertawa kecil. "Are you starving?" tanyanya, Karin terlihat cemberut merasa tidak perlu dijawabnya dengan cepat pipinya tersipu, merasa sedikit malu, Karin menunduk.
"Kalau begitu ayo kita makan dahulu, masih sedikit lama hingga pesawat kita tiba." lalu melangkahkan kakinya menuju sebuah kafe yang juga menyediakan makanan.
Jason memesan menu makanan,murah tetapi mengenyangkan padahal Karin tahu uang Jason pasti banyak tersimpan di bank atau kita sebut ATM. Selagi menunggu pesanan tiba Karin mendekatkan wajahnya kepada Jason dan berbisik, seolah-olah mereka membicangkan percakapan rahasia.
"Katakan kenapa kau membawaku hingga kemari?" tanyanya sambil menatap tajam Jason. "Aku tahu siapa Tom Holland tetapi aku sama sekali tidak tahu ia memiliki putra, kau tahu aku merasa firasat buruk akan kedatanganmu padaku."
Jason terdiam sebentar dan menghela napasnya, menatap Karin. "Kau tahu Tom Holland adalah ilmuwan yang juga dituduh buronan atau teroris seperti ayahmu, tetapi dokter Tom memilih menyerahkan dirinya, seluruh dunia sepakat memenjarakannya selama 20 tahun. Ia mempunyai istri yang masih mengandung jadi harus kau ketahui, aku bertatap muka dengan ayahku saat aku berusia 21 tahun, tepatnya hari ulang tahunku."
“Kau tidak menjenguk ayahmu?” tanya Karin pelan.
“Well, harus ku katakan apa, ayahku tidak ingin menatap mukaku karena takut polisi menyebutku teroris, sama seperti dirinya.” jawab Jason tenang. “Ibuku juga melarangku.”
Karin terdiam ketika Jason mengatakan hal itu. Seorang pelayan membawa makanan ke meja Jason dan Karin, Jason mengangguk sebentar dan kembali berbicara.
"Harus kau tahu juga, walaupun ia sekarang sudah bebas. Ia membentuk aliansi yang hebat, tak pernah kupikirkan aku mempunyai ayah yang hebat. Ia merekrut para orang-orang pandai yang terbuang dan penjahat tetapi memiliki hati mulia. Gangster Meksiko, Hacker dari Kanada dan New Zealand, perancang busana dari Rusia yang memiliki otak pandai dalam merancang busananya, tentara-tentara yang hebat yang berasal dari bermacam Negara." Jason meneguk Wine dan menawarkannya kepada Karin untuk mencicipi minuman anggur itu.
Tetapi Karin menggeleng, ia tidak suka mencium bau mulut dari orang yang habis minum mabuk, ia benci alkohol. Karin hanya menyukai soft drink, jus dan air putih. Jason meneruskan perbincangannya. "Kami membentuk aliansi hebat, dan kau terpilih menjadi anggota dari aliansi yang dibuat oleh ayahku." katanya.
"Untuk apa?" tanya Karin.
"Kau adalah putri dari Paul Duncan yang luar biasa. Selama 5 tahun ini, karirmu benar-benar luar biasa. Putri Paul Duncan yang bisa bertahan hidup di dunia luar, mempunyai bela diri yang bagus untuk menjaga diri, pencuri kelas kakap, dan petarung jarak dekat dan punya banyak catatan kriminal lainnya. Tidak bisa kujelaskan satu-persatu.B erapa banyak orang yang kau bunuh?" tanya Jason agak sedikit keras.
"109 orang mungkin bisa jadi 110 jika kau terus berbicara mengenaiku di depan umum." geram Karin, tangannya memegang kaleng soft drink yang sudah habis sedari tadi menjadi mengeras. Kaleng soft drink itu penyok karena genggaman Karin yang begitu kuat.
"Kau mengancamku?" tanya Jason sambil meremehkan kemampuan Karin. "Kau benar-benar perempuan jahat..." katanya.
"STOP TALKING!" gertak Karin. Banyak orang yang berada di bandara melihat sikap Karin dan terganggu karena seruannya.
Jason menyengir dan menurunkan tangan Karin yang menunjuk mukanya. "Kamu marah?" tanyanya.
Karin memalingkan mukanya, merasa malu. "Harus kau tahu, dokter Tom Holland memerlukan dirimu untuk percobaannya..."
"Ayahmu akan menjadikanku kelinci percobaan!" marah Karin, wajahnya memerah kembali.
"Tidak, percobaannya kali ini akan membuat kamu menjadi senjata berbahaya. Dan harus kau tahu, bukan kamu saja yang terpilih." kata Jason.
Karin tidak mengerti, Jason membayar makanan dan pergi menuju ruang tunggu dan pergi menuju ruangan pemindai. Karin meletakkan tas ranselnya disebuah roda berjalan dan berdiri di belakang Jason.
"Kau tidak membawa senjata,kan?" tanya Jason. "Kita akan melewati pemindai, jika kau membawanya maka pemindai itu berkedip dan mengeluarkan suara.”
Karin terkejut teringat pistol yang tadinya ia rampas di bar. Pistol itu masih berada di sakunya.
Subway London, Inggris
Terdengar pengumuman dan menggema diruangan stasiun kereta bawah tanah, seorang lelaki yang sedang terburu-buru tidak sengaja menabrak wanita. Lelaki itu meminta maaf dan berlalu dari wanita itu.Wanita itu menatap punggung lelaki yang tadi menabraknya, sementara tangannya sudah berhasil mendapatkan tiket yang tadinya terselip di saku lelaki.
Dirinya buru-buru mengejar kereta dan menampak tiketnya kepada petugas. Petugas segera membuka pintu, memberi jalan kepada dirinya. Wanita itu masuk kedalam kereta api tanpa perlu menggunakan uang sepeser pun.
Ia menggunakan hijab berwarna putih, beberapa penumpang memberikan cibiran kepadanya, saat itu orang muslim di negeri non muslim menganggap orang Islam itu teroris. Ia hanya tersenyum, segera ia melihat tas kecilnya. Menatap handphone dan memainkannya tetapi sebuah pesan masuk di handphone tanpa di ketahui.
"Dokter-Tom Holland
Hello,miss Sarah.My name is Tom Holland.
My partner he watching and followed you in subway.
He said you take ticket a man and he now see you in the train.
I hope you good to my partner and i am waiting you"
Wanita berhijab putih yang dinamai Sarah itu sedikit terkejut, ternyata ada yang melihat tindakannya dalam mencuri tiket seorang penumpang. Ia menoleh kesana-kemari, melihat seorang lelaki mengenakan jas abu-abu dengan dasi berwarna biru, lelaki itu memakai kacamata dan ia tersenyum kepada Sarah. Muka Sarah tegang, ia berharap semoga kereta api dengan cepat sampai di tempat tujuan.
Bandara Spanyol
"Berikutnya!" suara petugas menggema, Jason sudah melewati alat pemindai. Berikutnya adalah Karin. Karin menutup matanya dan melewati alat pemindai. Tidak ada suara berkedip, Karin menoleh kesana kemari, padahal didalam saku jaketnya jelas-jelas ada sebuah pistol.
"Berikutnya!" seruan petugas kembali membahana. Karin melewati alat pemindai tanpa masalah apapun.
"What happened?" tanya Karin tidak mengerti.
"Entahlah sepertinya rekanku merusak dan memblokade sistem pemindainya." jawab Jason tenang. Karin sungguh kebingungan sekarang. Mereka tinggal menunggu kedatangan pesawat diruang tunggu. 20 menit kemudian, pesawat yang akan mereka tumpangi telah tiba dan mereka menuju pesawat itu, meninggalkan negara Spanyol.