Bab 8 Jujur itu menyenangkan.

1027 Words
"Ya... hujan nya kenapa deras begini?" ucap Nathan sembari memakaikan jaket itu ke tubuh Jessi disana. "Kamu nggak.kedinginan emangnya?" tanya Jessi lagi. Membuat lelaki yang menatap ke segala arah tersebut kembali berfokus menatap kearah Jessi. "Yang... aku nggak terbiasa loh kamu manis kayak gitu! biasa aja napa sih!" balas Nathan disana. "Apaan sih! aku beneran Nathan..." balas Jessi. "Hemz... aku laki yang... lagian... kalau kamu sakit juga nggak bisa jenguk nenek kak? makanya... pakai aja lah..." ucap lelaki itu lagi. Hingga nampak Nathan menangkupkan kedua tangannya sembari mengusap beberapa kali kedua lengannya disana. Tanda ia kuga sedang kedinginan saat itu. Jessi jelas bisa melihatnya. Lalu gadis itu pun dengan suka rela mendekat kearah Nathan dan memeluk tubuh lelaki itu disana. Nathan pun seketika merasa pelukan itu tulus dari hati Jessi untuknya. "Yang... kamu goda aku nih maksudnya?" tanya Nathan jujur saat itu. Membuat Jessi sedikit ingin memukul lelaki itu disana. "Ya... tulus dikata godain! yaudah lah... nikmati aja dinginnya!" ucap Jessi sembari melepas pegangan tangan dari tubuh lelaki itu. Seketika itu pula Nathan menangkap tangan-tangan gadis itu lalu menahannya. Mendorong pelan tubuh Jessi ke tembok yang ada di sampingnya. Lalu menekannya disana. Tatapan mata lelaki itu menatap lekat wajah Jessi disana. "Yang... jangan gini deh... di lihat orang ntar... masuk majalah, masuk koran dan berita emang mau? sepasang muda mudi tengah m***m fi tempat umum." Bisik Jessi yang berusaha ingin menghindar dari lelaki itu. "Nggak! nggak mungkin! aku udah mengamatinya dari tadi. Itu nggak mungkin yang! nggak ada orang kok." Ucap Nathan jujur disana. Lalu lelaki itu segera membasahi bibirnya yang tengah kedinginan dengan ujung lidahnya. Lalu perlahan mengecup bibir Jessi saat itu. Lalu menyudahinya. "Nyaman kan? nyaman lah... bibir kamu dingin banget." Bisik Nathan begitu saja. Sembari satu jemari lelaki itu mengusap lembut bibir gadis di depannya. Lalu mendaratkan ciumannya kembali di sana. Ciuman yang menghanyutkan, membuat keduanya terengah, meski di luar tengah hujan lebat, namun bagi keduanya tidak ada rasa dingin disana. Hingga ciuman Nathan merayap dan menurun. Membuat darah Jessi berdesir disana. Lelaki itu meratakan ciumannya menyeluruh di setiap inci jenjang leher Jessi. Gadis itu pun tidak bisa menolak keinginan Nathan saat itu. Mengingat lelaki itu sudah memberi bayaran atas tubuhnya. Dan entah apa yang akan terjadi nanti, tidak akan membuat dirinya terluka. Mengingat semua yang ada padanya sudah sepenuhnya milik Nathan sampai satu buan ke depan. Nampak Jessi yang terengah disana. Tubuhnya menyandar dinding di belakangnya. Sampai terdengar hujan yang mereda. Di iringi pelukan gadis itu yang mulai mengendur dari leher Nathan. Dan juga akhir dari ciuman panas lelaki itu disana. Nampak senyum Nathan tersungging saat itu. "Yang... buka matanya!" ucap Nathan yang sesekali mengusap kedua pipi gadis di depannya yang nampak memerah saat itu. Terlihat begitu merona. Jessi pun segera membuka perlahan kedua matanya. Ia segera menatap ke sekeliling yang rupanya memang sudah mereda hujan di luar sana. "Tenang yang... nggak ada yang lihat kok!" bisik lelaki itu. "Ih kamu yang." Dengus Jessi yang nyatanya memang menikmati sentuhan bibir kekasihnya itu di setiap kulitnya. "Emb... aku jadi pengen tanya deh yang. Boleh nggak? jawab jujur ya?" ucap Nathan saat itu. "Tanya apa? jangan tanya yang aneh-aneh apa lagi soal kimia!" ucap Jessi pada lelaki itu. Lalu membuat lelaki itu tertawa seketika. Mengingat keduanya bukan dari jurusan kimia. "Ya kali aku tanya soal kimia yang! nggak lah!" ucap Nathan saat itu. "Lalu mau tanya apaan sih yang?" tanya Jessi pada lelaki itu. "Emb... aku lihat... kulit kamu sangat sensitif ya? emangnya... kekasih kamu dulu jarang ngelakuin itu sama kamu? atau memang kulit kamu yang seakan peka sama rangsangan ya?" tanya Nathan disana. Sembari sesekali jemarinya menyibakkan sedikit rambut yang menutupi sebagian wajah gadis di depannya itu. "Emb... gimana ya yang... aku jujur apa kamu akan percaya padaku?" jawab Jessi saat itu. "Oke cerita lah sekarang! aku akan mencoba mempercayainya. Dan... sekalian nunggu sekalian gerimis mereda." Ucap Nathan pada gadis itu. Dimana saat itu keduanya tahu jika diluar hujan masih gerimis. Dan belum benar-benar reda saat itu. "Dengerin ya yang... dengerin baik-baik." Ucap Jessi disana. Sembari kedua tangan gadis itu menarik lembut kaus bagian depan yang Nathan kenakan. Agar lelaki itu sedikit mendekat ke arahnya. "Hemz..." bisik Nathan disana. "Denganmu adalah kali pertama bagiku. Dan pertama pula seorang lelaki-laki yang menjamah tubuhku." Ucap Jessi jujur. Namun malah membuat Nathan tertawa meledeknya. "Akh... nggak yakin aku! masak iya cewek se cantik dan se populer kamu ini malah belum pernah ngerasain sih? akh... nggak yakin pokoknya!" ucap Nathan disana. Namun membuat Jessi terdiam seketika. Dimana ia sudah tahu pasti lelaki itu tidak akan mempercayainya. Jadi menurut Jessi. Ia lebih baik diam saja. "Udah terang noh... udah nggak ujan. Pulang gih!" ucap gadis itu yang lalu akan beranjak pergi meninggalkan Nathan sendiri disana. Jessi merasa sebal atas ekspresi dan jawaban dari kekasihnya itu. Namun lelaki itu segera menarik pergelangan tangan Jessi dan mengapitnya dalam pelukan. "Maaf yang... kamu pasti tersinggung kan? oke... aku akui aku memang tidak percaya pada kata-kata yang kamu tuturkan barusn. Tapi jujur indra perasaku tahu jika memang ini baru pertama kalinya bagimu. Dan terlebih lagi... punyamu masih sangat kencang dan.padat. Kamu tahu itu? tandanya belum ada lelaki satupun yang memerasnya. Baru aku. Dan aku sangat sayang. Seakan aku simpan aja sampai nanti biar aku terus bisa merasakan kekencangan itu." Bisik Nathan tepat di telinga Jessi. Membuat gadis itu memerah pipinya. Jessi terdiam disana. "Jika bukan karena uang seratus tujuh puluh juga yang kamu berikan. Sampai aku menikah pun tidak akan aku biarkan tangan dan bibirmu menyentuh milikku! menyentuh tubuhku. Paham!" ucap Jessi dengan sewotnya yang lalu mendorong seketika tubuh Nathan dari pelukannya. Lelaki itu pun segera melepaskan begitu saja. "Oke, oke baiklah... anggap saja aku beruntung bertemu denganmu. Jangan judes-judes dong sama pacar sendiri!" ucap Nathan disana. "Bodo amat!" sahut Jessi. "Yaudah aku balik dulu! kamu sih... begitu menggoda. Aku kan jadi nggak mau pisah lama-lama sama kamu." Ucap jujur Nathan saat itu. Sebelum gadis itu benar-benar beranjak pergi dari sisinya. "Hemmz... nggak mau pisah sama aku apa tubuh aku! keliatan banget deh!" dengus Jessi lagi-lagi. Lalu pergi begitu saja. "Hati-hati kalau pulang. Ingat... bawa mobilnya di tepi aja... gosah ke tengah!" ucap Jessi sebelum ia pergi semakin jauh dari sisi Nathan disana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD