Saat Heartsa masuk ke dalam mobil, Gava langsung menatapnya dengan tidak suka, raut wajahnya penuh protes. “Kenapa masuk?” tanya Gava dingin dengan matanya yang sayup. Heartsa menghela napas dan tanpa pikir panjang langsung meraih setir mobil yang sudah siap Gava kemudikan. “Kakak mabuk,” ucapnya tegas, matanya tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Gava menyengir kuda, sinis. “Aku cukup sadar untuk sampai ke tempat selanjutnya,” balasnya dengan nada menantang, seolah ingin membuktikan sesuatu. Heartsa menggeleng, tidak menyerah. “Tidak masuk akal. Kakak nggak bisa nyetir dalam keadaan seperti ini.” Gava tertawa kecil, tapi kali ini tawanya hambar, lebih mirip cemoohan terhadap situasi. “Pintu keluar sudah terbuka, segera lah turun. Siapa yang mabuk, anak kecil sok tau.” “Ana